Landasan Ilmiah dan Penelitian Teknologi Pendidikan
Oleh: Sri Purwati
Pendahuluan
Perkembangan teknologi berpengaruh juga terhadap
perkembangan pendidikan, sehingga lahir beberapa hal baru dalam dunia
pendidikan. Hal baru tersebut pada awalnya hanya menfokuskan diri pada bidang
media, sehingga dapat memberikan nilai tambah dalam proses, produk dan struktur
atau system. Ketiga hal tersebut di kenal sebagai teknologi pendidikan
(education tecnologi).
Lahirnya ilmu baru menuntuk adanya bidang kajian atau bidang
kajian penelitian dengan segala perangkatnya. Hal ini menjadi pemikiran para
ahli bidang teknologi pendidikan yang dapat digunakan untuk panduan dan
pedoman. Terdapatnya beberapa landasan ilmiah yang ada membuat para
perkembangan tekonologi pendidikan semakin cepat dengan didiukung dengan landasan
filosofi dan landasan berfikir. Keadaan tersebut menjadi hal yang
penting dalam penggarapan bidang teknologi pendidikan yang telah mengalami
perubahan pengertian menjadi teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang ilmu
melalui penelitian dan pengembangan teknologi pendidikan atau teknologi
pembelajaran.
Menurut Creswell, Denzin & Lincoln Miaso: di katakan
bahwa ada 2 pembagian penelitian dalam teknologi pendidikan yaitu positivistik
dan pascapostivistik atau fenomenologik. Pendekatan
positivistic dilakukan dalam pendekatan ilmu-ilmu eksakta dengan menggunakan
pola statistic, yang didalamnya terdapat variable yang dikontrol, pengacakan
sample, pengujian validitas dan realiabelitas instrument, dan ditujukan pada
genaralisasi sample ke dalam populasi. Sedangkan pendekatan atau
penelitian pascapositivistik/fenomenologi berakar pada penelitian social
seperti bidang etnografi, studi kasus,
studi naturalistic, sejarah, biografi, dan teori membumi (grounded theory)
dan studi deskriptif. (Miarso, 2007:209)
Penelitian dalam bidang apapun akan
sangat dipengaruhi oleh paradigma yang digunakan tentang substansi yang
diteliti. Dalam bidang teknologi pendidikan
banyak pengertian yang mencakup keseluruhan aspek instruksional, mulai
dari perencanaan, pengembangan pemanfaatan, pengelolaan, dan penilain.Hal
tersebut adalah cakupan penelitian dan pendekatan serta jenis penelitian,
untuk itu pembahasan dalam makalah ini dimulai batasan tentang Landasan ilmiah
teknologi pendidikan dan penelitiantentang teknologi pendidikan dalam konteks
pradigma pendidikan yang baru.
Hakekat
Teknologi Pendidikan menurut AECT
Menurut
Komisi definisi dan terminologi The Association for Educational Communication
and Technology atau AECT, 1972, menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah
suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia,
melalui usaha sisematik dalam identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan
pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas
keseluruhan proses tersebut.
Dengan demikian, maka teknologi pendidikan sebagai suatu bidang keilmuan
dan memiliki kepentingan untuk memfasilitasi belajar pada manusia dengan
menggunakan suatu sistem. Teknologi pendidikan dinyatakan sebagai suatu bidang
keilmuan, karena pada tahun 1976 di Indonesia sudah menjadi suatu program studi
baik untuk jenjang S1; dan pada tahun 1978 ditingkatkan pada jenjang S2; dan S3
Teknologi
pendidikan merupakan suatu bidang kajian khusus ( spesialisasi) ilmu pendidikan
dengan objek forma ”belajar” pada manusia secara pribadi atau yang tergabung
dalam suatu organisasi. Setiap bidang kajian hanya dapat berkembang bilamana
didukung oleh pengkajian ilmiah yang dilakukan secara terus-menerus. Pengkajian
ilmiah dalam teknologi pendidikan tidak terlepas dari (Miarso, 2009: 199):
a.
Falsafah
dan landasan ilmiah yang menunjang keberadaan dan perkembangannya
b.
Unsur-unsur
dasar yang membentuknya
c.
Arah
perkembangannya serta kegunaannya
Landasan
Ilmiah
Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki
obyek formal “belajar” manusia baik secara pribadi maupun secara kelompok yang
memiliki pola pendekatan isomeristik, sistematik dan sistemik.
a.
Isomeristik: yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai unsure yang
saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang lebih bermakna
b.
Sistematik: yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola
tertentu.
c.
Sistemik: dilakukan secara menyeluruh, holistic atau komprehensif.
Menurut Miarso, (2011:199) landasan ilmiah yang menunjang
keberadaan teknologi pendidikan beserta bidang penelitiannya adalah sebagai
berikut:
1.
A.A
Lumsidaine (1964): teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu dan saint
dasar, yaitu:
a.
ilmu
fisika
b.
rekayasa
mekanik, optic, electro dan elektronik
c.
teknologi
komunikasi & telekomunikasi
d.
ilmu
perilaku
e.
ilmu
komunikasi
f.
ilmu
ekonomi
2.
Robert
Morgan (1978) berpendapat ada 3 disiplin utama yang menjadi fondasi teknologi
pendidikan
a.
ilmu
perilaku
b.
ilmu
komunikasi
c.
ilmu
manajemen
3.
Donald
P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang
terapannya menjadi suatu prinsip, prosedurdan keterampilan. Disiplin yang
memberikan kontribusi adalah :
a.
basic
contributing discipline: komunikasi, psikologi, evaluasi dan menajemen
b.
related
contributing field : psikolodi persepsi, prikologi kognisi, psikologi social,
media, system dan penilaian kebutuhan.
4.
Barbara
B. Seels & Rita C. Richey (1994): akar intelektual teknologi pembelajaran
berasal dari disiplin lain meliputi:
a.
Psikologi
b.
Rekayasa
c.
Komunikasi
d.
ilmu
computer
e.
bisnis
f.
pendidikan.
Eichelberger (dalam Miarso, 2009: 211) membedakan
tiga paradigma filsafat yang melandasi metodologi pengetahuan, yakni positivistik,
fenomenologik dan hermeunetik. Penganut filsafat positivistik
berpendapat bahwa keberadaan sesuatu merupakan besaran yang dapat diukur.
Filsafat fenomenologik berupaya untuk memahami makna yang sesungguhnya
atas suatu pengalaman dan menekankan pada kesadaran yang disengaja (intentionallity of consciousness) atas
pengalaman, karena pengalaman mengandung penampilan keluar dan kesadaran di
dalam, yang berbasis pada ingatan, gambaran dan makna. Sedangkan filsafat hermeunetik
berusaha mencari kebenaran dengan menafsirkan makna atas gejala yang ada.
Berikut perbandingan tiga landasan epistimologik penelitian:
POSITIVISTIK
|
FENOMENOLOGIK
|
HERMEUNETIK
|
Analitik
|
Holistik
|
Sintetik
|
Nomotetik
|
Ideografik
|
Interpretatik
|
Deduktif
|
Induktif
|
Sinkretik
|
Laboratorik
|
Empirik
|
Empatik
|
Pembuktian
dengan logika
|
Pengukuhan
pengalaman
|
Penafsiran tidak
memihak
|
Kebenaran
universal
|
Kebenaran
bersifat unik
|
Kebenaran yang
diterima
|
Bebas nilai
|
Tidak bebas
nilai
|
Tidak bebas
nilai
|
Menurut
Creswell, Denzin & Lincoln (Miarso, 2009) di katakan bahwa ada 2 pembagian
penelitian dalam teknologi pendidikan yaitu positivistik dan pascapostivistik
atau fenomenologik. Pendekatan positivistic dilakukan dalam pendekatan
ilmu-ilmu eksakta dengan menggunakan pola statistik, yang didalamnya terdapat
variable yang dikontrol, pengacakan sampel, pengujian validitas dan
realiabelitas instrument, dan ditujukan pada genaralisasi sample ke dalam
populasi. Sedangkan pendekatan atau penelitian pascapositivistik/fenomenologi
berakar pada penelitian sosial seperti bidang etnografi, studi kasus, studi
naturalistik, sejarah, biografi, dan teori membumi (grounded theory) dan studi
deskriptif. (Miarso, 2009:209)
Secara umum perkembangan landasan ilmiah teknologi
pendidikan bersifat ekletik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau
dari berbagai segi atau sudut pandang. Sudut pandang yang baru mengenai
teknologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan dengan ciri-ciri:
1.
Keseluruhan
masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi
diperhatikan dan dikaji saling kaitannya, dan bukannya dikaji secara
terpisah-pisah
2.
Unsur-unsur
yang berkempentingan diintegrasikan dalam suatu proses komplek secara sistemik,
yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai dan dikelola sebagai satu kesatuan, dan
ditujukan untuk memecahkan masalah
3.
Penggabungan
ke dalam proses yang komplek dan perhatian agar gejala secara menyeluruh, harus
mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana masing-masing
fungsi berjalan sendiri-sendiri. (Miarso, 2007:108)
Landasan
falsafah Penelitian teknologi pendidikan, terdiri atas 3 komponen seperti yang
diungkapkan oleh Suriasumantri dalam Miarso. Ada 3 jenis komponen dalam
teknologi pendidikan yaitu: ontology (apa), epistemology (bagaimana) dan
aksiologi (untuk apa).
· Ontologi
: merupakan bidang
kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan sebagai ilmu maka bidang
kajiannya itu apa
- Estimologi : Pendekatan yang digunakan dalam suatu ilmu
·
Aksiologi :
Menelaah tentang nilai guna, baik secara umum maunpun secara khusus, baik
secara kasad mata maupun secara abstrak.
Beberapa
perkembangan dalam bidang pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Ashby( dalam
Fadli, 2010) yaitu adanya revolusi dalam bidang pendidikan, yakni:
Revolusi I: Pada saat orang tua menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya
kepada oran lain. Orang lain tersebut diserahi untuk melaksanakan pendidikan
anak-anaknya. Sebelumnya orang-orang melaksanakan pendidikan anak-anaknya
sendiri-sendiri atau mengajar anak-anak sendiri tidak memberikan kepada orang
lain, hampir semua keluarga mendidik anak-anaknya dalam keluarga sendiri.
Pendidikan yang dilakukan secara individual.
· Revolusi
II : Ada suatu lembaga guru, jadi pada tahapan ini ada lembaga pendidikan
formal. Tidak seperti sebelumnya belum ada lembaga resmi yang ada sehingga
pendidikan dilaksakan orang per orang. Dalam lembaga ada aturan-aturan yang
diberlakukan, contohnya untuk masuk SR usianya 6 tahun dan lain-lain. Dalam
revoluasi ini guru dianggap sangat penting segala sesuatu dianggap diketahui
oleh guru, dan guru dipandang memiliki pengetahuan yang lebih dari orang lain.
Sehingga lembaga ini memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat.
· Revolusi
III : Disebabkan oleh ditemukannya mesin cetak, cetak secara manual
dilakukan oleh Cina, dan cetak dengan menggunakan mesin cetak dilakukan oleh
Eropa (Prancis). Dengan mesin cetak maka pengetahuan tidak hanya diperoleh dari
guru tetapi dapat diperoleh dari hasil cetakan seperti: buku, majalah, koran
dan lain-lain. Pada revolusi ke-3 ini peran guru sudah mengalami pengurangan.
Revolusi ke-3 sampai dengan saat ini masih terjadi
· Revolusi IV : Disebabkan oleh berkembangnya bidang elektronik
sepeti telpon, tv, komputer, internet dimana guru tidak dapat lagi untuk
mengontrolnya. Atau
minimal peran guru berkurang, dan guru tidak dapat mengklaim dirinya sebagai.
Pengkajian
ilmiah dalam teknologi pendidikan tidak
hanya mempersoalkan unsur-unsur yang terkandung dalam objek formal, yaitu
belajar, melainkan juga dalam pendekatannya yaitu teknik intelektual atau tata
cara ilmiah yang digunakan dalam mencari pembenaran atas objek yang
dipermasalahkan. Menurut Miarso (2009) penelitian yang berkaitan dengan media
sendiri telah berlangsung dalam lima fase, dan dalam lima fase tersebut
mempermasalahkan tentang:
1.
apakah pengajaran dengan media ada hasilnya
2.
seberapa besar hasil pengajaran dengan media
3.
dalam kondisi bagaimana dapat diperoleh hasil yang terbaik dari media
4.
siapa saja yang akan memperoleh manfaat dari media
5.
karakteristik pembelajar (learner) seperti apa, dalam kondisi dan situasi
bagaimana dapat diperoleh manfaat maksimal dari media.
Sebagai
cabang ilmu baru maka teknologi pendidikan harus memiliki kawasan tersendiri
dalam penelitian sehingga dapat memperkokoh landasan atau dasar ilmu tersebut.
Secara garis besar penelitian teknologi pendidikan meliput empat komponen
seperti yang diungkapkan oleh Sells dan Richey (Miarso,2009). Perkembangan
landasan ilmiah tersebut jelas bersifat elektik, yaitu berasal dari
berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. Pandangan
elektik ini telah menghasilkan serangkaian perkembangan dalam pengertian atau
definisi teknologi pendidikan. Dalam definisi ini terdapat empat komponen, yaitu:
(1) riset dan
teori, (2) desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian, (3) proses, sumber dan sistem, dan (4) belajar
Pada poin kedua di atas merupakan kawasan penelitian pendididikan,
dimana hal tersebut merupakan kawasan penelitian pendidikan. Definisi dan
perkembangan landasan ilmiah ini telah membentuk landasan ilmiah tersendiri
berupa teori, model, konsep, prinsip, proporsi dan prosedur yang merupakan ciri
unik teknologi pendidikan. Perkembangan ini juga meliputi nama yang kemudian
menjadi “teknologi pembelajaran”, hal ini untuk menegaskan fokus penggarapan,
yaitu masalah “belajar” yang bertujuan (terarah) dan disengaja. Adapun penulisan karya ilmiah
penelitian memiliki karakteristik, yakni: memecahkan masalah/ menjawab
pertanyaan, terencana, sistematik, etis dan logis
Landasan Berpikir
Strategi memperoleh
kebenaran ilmiah dapat dilakukan dengan pengembangan, penelitian, dan penilaian
(Miarso, 2011:5). Kebenaran itu dapat dibedakan dalam empat lapis, yaitu:
1.
Kebenaran
inderawi, yang diperoleh melalui panca indera yang dapat diperoleh oleh siapa
saja.
2.
Kebenaran
ilmiah, yang diperoleh melalui kegiatan sistematik, logis, dan etis oleh mereka
yang terpelajar.
3.
Kebenaran
falsafi, yang diperoleh melalui kontemplasi mendalam oleh orang yang sangat
terpelajar.
4.
Kebenaran
religi, yang diperoleh dari Yang Maha Pencipta.
Kajian tentang teori kebenaran ilmiah telah dibahas sejak periode
filsafat Yunani kuno dan selalu mengalami perkembangan hingga zaman sekarang.
Aliran yang membahas tentang teori kebenaran
ini antara lain:
1. (400 SM): Paham idealisme
dipelopori oleh Plato, berpendapat bahwa pengindraan manusia merupakan sesuatu
yang tidak dapat dipercaya untuk dijadikan suatu pengetahuan.
1.
Realisme (384-322 SM): Dipelopori
oleh Aristoteles berpendapat bahwa dunia berjalan atas dasar hukum alam yang
tetap, yang dapat ditemukan dengan melalui observasi dan pemikiran.
3. Empirisme: Dipelopori oleh Francis Bacon dan John Locke, berpendapat bahwa
pengetahuan dibangun melalui proses induktif dari pengalaman.
4. Rasionalisme: Dipelopori oleh Immanuel Kant, berpendapat bahwa pengetahuan dapat
dibangun baik melalui proses induktif dari pengalaman, maupun dengan proses
deduktif menggunakan penalaran.
Ada
enam
hal kegunaan yang potensial dalam teknologi pendidikan yaitu:
1.
Meningkatkan
peroduktivitas pendidikan dengan jalan
a.
memperlaju
penahanan belajar
b.
membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik
c.
mengurangi beban guru dalam penyajian informasi, sehingga
guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak.
2.
Memberikan
kemungkinanan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan:
a.
mengurangi
kontrol guru yang kaku dan sederhana
b.
memberikan kesempatan anak sesuai kemampuannya
3.
Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah:
a.
perencanaan
program pengajaran yang lebih sistematik
b.
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian
tentang prilaku
4.
Lebih
menerapkan pelajaran, dengan jalan:
a.
meningkatkan
kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
b.
penyajian informasi dan data secara lebih konkrit
5.
Memungkinkan
belajar lebih akrab
a.
mengurangi
jurang pemisah antara pelajaran didalam dan diluar sekolah
b.
memberikan pengetahuan tangan pertama
6.
Memungkinkan
penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan:
a.
pemanfaatan
bersama tenaga atau kejadian yang langka
b.
penyajian informasi menembus batas geografi
Kawasan
Penelitian Teknologi Pendidikan
Untuk dapat memahami kawasan penelitian dalam Teknologi
Pendidikan ada baiknya dilihat status penelitian Teknologi Pendidikan pada masa
lalu, seperti yang di tulis oleh Hannafin bahwa ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan penelitian Teknologi pendidikan sebelum tahun 1985:
1.
tradisi penelitian ilmu behavioural yaitu Tradisi
dan standar penelitian yang telah dikembangkan dalam sains behavioural
yang melingkupi pelaksanaan penelitian bidang ilmu telah diterapkan dalam
penelitian Teknologi
Pendidikankarena pada hakikatnya berakar pada
sains behavioural. Ukuran yang dipakai adalah yang berlaku dalam penelitian
eksperimental. Dapat dikatakan bahwa belum memiliki identitas intelektual
tersendiri. Akibatnya, jumlah penelitian yang khas
makin menurun
2.
identitas penelitian yang nirfokus, yaitu .
Identitas intelektual khas Teknologi
Pendidikan tidak muncul meskipun dasar teoretis kuat dapat dibangun dari psikologi
c. sikap bidang ini terhadap penelitianBidang Teknologi Pendidikan masih tetap didominasi oleh penelitian
eksperimental, meskipun sudah ada tawaran paradigma-paradigma lain. Misalnya,
Driscoll (1984), seperti disitir oleh Hannafin & Hannafi (1991) menawarkan
13 model penelitian Teknologi
Pendidikan, termasuk model etnografi, penclembangan teknik, dan efektivitas-biaya.
Begitu kuatnya pengaruh dari tradisi sains behavioural menjadi
makin dibentuk oleh R&D yang dihasilkan oleh peneliti di luar bidang ini.
. Dalam kawasan penelitian Teknologi pendidikan tidak banyak
yang ditulis tentang tema-tema khas. Seperti ditulis Hannafin dan Haanafin
(1991) dari Sach (1984), hanya sedikit sekali tema-tema khas yang ditemukan dalam literatur, dan relatif
sedikit jumiah pakar Teknologi Pendidikan. Bahkan di antara pakar-pakar yang
telah diidentifikasi, beberapa sebenarnya pakar psikologi yang memiliki minat
kuat terhadap Teknologi Pendidikan, meskipun bukan minat utama ataupun
eksklusif, misalnya David Ausubel, Rodert Gagne, clan Jeremy Bruner. Dari
tinjauan pustakanya, Sach menyimpulkan bahwa para pakar jarang menyitir karya
pakar IT sebelumnya. Beberapa peneliti menggunakan karya dengan kerangka
berpikir mereka sendiri; pengarang sering menerbitkan secara terpisah dari
penelitian yang ada. Jadi identitas intelektual TP saat itu masih sangat lemah.
Menurut Creswell, Denzin & Lincoln
dalam Miarso (2011) di katakan bahwa ada 2 pembagian penelitian
dalam teknologi pendidikan yaitu positivistik dan pascapostivistik atau
fenomenologik. Pendekatan positivistic dilakukan dalam pendekatan ilmu-ilmu
eksakta dengan menggunakan pola statistik, yang didalamnya terdapat variabel
yang dikontrol, pengacakan sampel, pengujian validitas dan realibilitas
instrumen, dan ditujukan pada generalisasi sampel ke dalam populasi, Sedangkan
pendekatan atau penelitian pascapositivistik/fenomenologi berakar pada
penelitian sosial seperti bidang etnografi, studi kasus, studi naturalistik,
sejarah, biografi, dan teori membumi (grounded theory) dan studi
deskriptif (Miarso, 2011:209).
Kawasan teknologi pendidikan meliputi teori dan praktik
dalam merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan menilai proses,
sumber dan sistem belajar. Pemecahan masalah belajar secara empiris dapat
dilakukan dengan berbagai cara, strategi dan prosedur. Kawasan penelitian
teknologi pendidikan sangat luas sekali bahkan boleh dikatakan hampir tidak
terbatas, sepanjang penelitian itu berkaitan dengan pemecahan masalah belajar.
Dasar pertimbangan kesimpulan ini adalah sebagai berikut: (Miarso, 2007:204)
1.
Belajar dapat dilakukan oleh siapa saja,
baik secara perorangan (individu) maupun secara kelompok
2.
Belajar dapat dilakukan mengenai apa
saja, meskipun yang menjadi perhatian utama kita adalah yang bertujuan,
terarah, dan disengaja serta yang sesuai dengan norma dan nilai dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa
3.
Belajar dapat berlangsung kapan saja,
sejak dalam kandungan hingga akhir hayat.
4.
Belajar dapat dilaksanakan dimana saja,
di sekolah, di rumah, di tempat kerja, di tempat ibadah, di masyarakat luas.
5.
Belajar dapat berlangsung dengan cara
bagaimana saja (aneka proses), baik dilakukan secara individu maupun secara
massal.
6.
Belajar dapat dilakukan dengan
rangsangan internal dan eksternal, yaitu dari dalamdiri sendiri atau dari apa
dan siapa saja di luar diri (aneka sumber).
7.
Belajar dapat dilakukan untuk
kepentingan apa saja, tentunya yang bermanfaat untuk diri sendiri dan
lingkungannya.
Penelitian Pengembangan dalam
Kawasan Teknologi Pendidikan
1.
Teori yang mempengaruhi domain
pengembangan
a.
Teori Shannon dan Weaver. Shannon dan Weaver menjelaskan tentang proses
penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima dengan menggunakan sarana
sensorik.
b.
Berlo (1960) yang menekankan fakta
bahwa sesungguhnya oranglah (bukan media) yang merupakan
jantung proses komunikasi. Model ini menguraikan hubungan yang sirkuler antara
pengirim, pesan, saluran, dan penerima. Schram yang bergerak dalam bidang
komnikasi massa juga menerapkan karya Shannon dan Weaver untuk audiens yang
lebih besar dan menekankan pada aspek perilaku manusia dalam komunikasi.
c.
Mc Luhan memberi penjelasan beberapa keanehan dalam bidang komunikasi massa karena
bidang komunikasi massa dan teknologi pembelajaran menggunakan media sang sama,
konsep komunikasi massa tetap dalam cakupan teknologi pembelajaran. Sebagai
contoh, penelitian tentang pengaruh televisi berasal dari dua bidang, yakni
televisi pembelajaran dan media massa. Contoh penelitian pada level mikro yang
telah mempengaruhi perancangan teks dan teknik pengembangan materi pembelajaran
dengan menggunakan teknologi, adalah perancangan layar komputer.
d.
Hcinich, Molenda, dan Russell (1993)
mendefinisikan literasi visual sebagai kemampuan yang dipelajari untuk
menerjemahkan pesan visual dalam membuat pesan visual. Asumsi yang mendasari
literasi visual adalah bahwa bahasa visual itu ada yaitu bahwa orang berfikir
dan belajar secara visual, dan orang dapat menyatakan dirinya secara visual
Teori berfikir visual sangat berguna dalam pengembangan materi pembelajaran
terutama dalam mencari ide untuk perlakuan visual.Berfikir visual merupakan
reaksi internal. Berfikir visual itu meliputi manipulasi bayangan mental dan
asosiasi sensori dan emosi daripada tahap berpikir yang lain. Berfikir
visual sebagai pikiran kiasan dan dibawah sadar. Berpikir visual menuntut
kemampuan mengorganisasi bayangan sekitar unsur garis, bentuk, warna, tekstur
atau komposisi. Unsur-unsur visual digunakan untuk membuat penyataan visual
vang memberikan dampak besar terhadap proses belajar orang pada semua usia
Aplikasi teori belajar visual berfokus pada perancangan visual yang merupakan
bagian penting dalam berbagai tipe pembelajaran yang menggunakan media. Dalam
hal ini, prinsip-prinsip estetika juga merupakan dasar proses pengembangan.
2.
Penelitian yang
Mempengaruhi Sistem Pengembangan.
Menurut Yusuf Hadi Miarso ada empat bidang kegiatan dalam
sub domain pengembangan, yaitu teknologi cetak, teknologi audiovisual,
teknologi komputer, dan teknologi terpadu. Masing-masing sub domian, proses dan
prosedur produksi juga telah mengalami perkembangan. Pada era perkembangan teknologi
komputer, teknik-teknik baru muncul akibat dari hasil penelitian pengembangan
dan kreativitas pemakai. Teknik pemrograman mulai banyak diaplikasikan
pada berbagai hal. Sering kali sekumpulan pengetahuan tentang hal itu
dikombinasikan dengan teori-teori yang bersifat lebih umum.
Pengembangan program belajar jarak jauh mungkin memerlukan
prinsip-prinsip komunikasi umum, prinsip-prinsip desain grafis, prinsip-prinsip
belajar interaktif, dan teknik elektronik canggih. Termasuk dalam hal ini
adalah proses pengembangan pembelajaran dengan multimedia atau media terpadu
yang menggabungkan prinsip audio dan video, prinsip penyusunan berbasis
komputer, prinsip desain grafis, dan prinsip desain pembelajaran.
Sebagian besar prinsip-prinsip yang mengacu pada teknologi yang lebih baru
berakar dari penelitian dan teori terdahulu yang banyak terkait dengan
teknologi audiovisual.
Pada saat terjadi kelangkaan kerangka
teoritis yang jelas mengenai penelitian media, peranan media pembelajaran telah
menjadi hal yang sangat penting di bidang ini. Seperti yang telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya bahwa bertahun-tahun para peneliti telah melakukan
sejumlah eksperimen yang dikenal sebagai studi perbandingm media yang
mencoba mendemontrasikan efektivitas suatu media dibandingkan dengan media
yang lain, atau tentang efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media
dibandingkan dengan pembelajaran yang non media. Penelitian tersebut telah
memacu perbaikan-perbaikan dalam proses pemilihan media, termasuk validitas
penggunaan teknologi yang ada sekarang. Penelitian pengembangan terbaru sudah lebih inovatif dan
banyak mengarah pada pemanfaatan multi media bersama IT (information Technology) yang
sangat canggih.
Simpulan
Teknologi
pendidikan hanya dapat diakui sebagai suatu disiplin ilmu jika dapat memberikan
kemungkinan untuk dilakukannya berbagai macam penelitian yang diselenggarakan
dengan pendekatan yang bervariasi sesuai dengan perkembangan paradigma
penelitian. Dari
pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan Secara umum perkembangan
landasan ilmiah teknologi pendidikan bersifat ekletik, yaitu berasal dari
berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. Sudut
pandang yang baru mengenai teknologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan
dengan ciri-ciri:
1.
Keseluruhan
masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi
diperhatikan dan dikaji saling kaitannya, dan bukannya dikaji secara
terpisah-pisah
2.
Unsur-unsur
yang berkempentingan diintegrasikan dalam suatu proses komplek secara sistemik,
yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai dan dikelola sebagai satu kesatuan, dan
ditujukan untuk memecahkan masalah
3.
Penggabungan
ke dalam proses yang komplek dan perhatian agar gejala secara menyeluruh, harus
mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana masing-masing
fungsi berjalan sendiri-sendiri. (Miarso, 2007:108)
Sesungguhnya penelitian pengembangan merupakan salah satu
pilihan yang tepat untuk penyelesaian studi bagi mahasiswa teknologi
pendidikan. Oleh karena, inovasi pembelajaran terbuka lebar melalui
pemamfaatan teknologi Di samping itu, penelitian yang berada dalam kawasan
Teknologi Pendidikan merupakan tuntutan professional lulusan Teknologi
Pendidikan. Tidak mungkin kiranya, para mahasiswa Teknologi Pendidikan
melalukan penelitian di luar kawasan Teknologi Pendidikan itu sendiri.
Daftar
Pustaka
Depdiknas,
2003. Model-Model Pembelajaran, Materi Pembekalan Instruktur KBK 2004.
Jakarta: Depdiknas.
Eichelberger,
Tony R, 1989. Disciplined inquiri: Understanding and Doing Educational
Research. New York: Longman Inc
Miarso, Yusufhadi, 2007. Menyemai
Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana.
Nur, Mohammad, 2000. Strategi-strategi
Belajar. Surabaya: University Press-UNESA
Seels,
Barbara. B., Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya. Jakarta:
Unit Penerbitan Universitas Negeri Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar