Senin, 23 Desember 2013

Landasan Ilmiah dan Penelitian Teknologi Pendidikan



Landasan Ilmiah dan Penelitian Teknologi Pendidikan
Oleh: Sri Purwati
Pendahuluan
Perkembangan teknologi berpengaruh juga terhadap perkembangan pendidikan, sehingga lahir beberapa hal baru dalam dunia pendidikan. Hal baru tersebut pada awalnya hanya menfokuskan diri pada bidang media, sehingga dapat memberikan nilai tambah dalam proses, produk dan struktur atau system.  Ketiga hal tersebut di kenal sebagai teknologi pendidikan (education tecnologi).
Lahirnya ilmu baru menuntuk adanya bidang kajian atau bidang kajian penelitian dengan segala perangkatnya. Hal ini menjadi pemikiran para ahli bidang teknologi pendidikan yang dapat digunakan untuk panduan dan pedoman. Terdapatnya beberapa landasan ilmiah yang ada membuat para perkembangan tekonologi pendidikan semakin cepat dengan didiukung dengan landasan filosofi dan landasan berfikir. Keadaan tersebut menjadi hal yang penting dalam penggarapan bidang teknologi pendidikan yang telah mengalami perubahan pengertian menjadi teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang ilmu melalui penelitian dan pengembangan teknologi pendidikan atau teknologi pembelajaran.
Menurut Creswell, Denzin & Lincoln Miaso: di katakan bahwa ada 2 pembagian penelitian dalam teknologi pendidikan yaitu positivistik dan pascapostivistik atau fenomenologik. Pendekatan positivistic dilakukan dalam pendekatan ilmu-ilmu eksakta dengan menggunakan pola statistic, yang didalamnya terdapat variable yang dikontrol, pengacakan sample, pengujian validitas dan realiabelitas instrument, dan ditujukan pada genaralisasi sample ke dalam populasi. Sedangkan pendekatan atau penelitian pascapositivistik/fenomenologi berakar pada penelitian social seperti bidang etnografi, studi kasus, studi naturalistic, sejarah, biografi, dan teori membumi (grounded theory) dan studi deskriptif. (Miarso, 2007:209)
Penelitian dalam bidang apapun akan sangat dipengaruhi oleh paradigma yang digunakan tentang substansi yang diteliti. Dalam bidang teknologi pendidikan  banyak pengertian yang mencakup keseluruhan aspek instruk­sional, mulai dari perencanaan, pengembangan pemanfaatan, penge­lola­an, dan penilain.Hal tersebut adalah cakupan penelitian dan pendekatan serta jenis penelitian, untuk itu pembahasan dalam makalah ini dimulai batasan tentang Landasan ilmiah teknologi pen­didikan dan penelitiantentang teknologi pendidikan dalam konteks pradigma pendidikan yang baru.
Hakekat Teknologi Pendidikan menurut AECT
Menurut Komisi definisi dan terminologi The Association for Educational Communication and Technology atau AECT, 1972, menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia, melalui usaha sisematik dalam identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut.
Dengan demikian, maka teknologi pendidikan sebagai suatu bidang keilmuan dan memiliki kepentingan untuk memfasilitasi belajar pada manusia dengan menggunakan suatu sistem. Teknologi pendidikan dinyatakan sebagai suatu bidang keilmuan, karena pada tahun 1976 di Indonesia sudah menjadi suatu program studi baik untuk jenjang S1; dan pada tahun 1978 ditingkatkan pada jenjang S2; dan S3
Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang kajian khusus ( spesialisasi) ilmu pendidikan dengan objek forma ”belajar” pada manusia secara pribadi atau yang tergabung dalam suatu organisasi. Setiap bidang kajian hanya dapat berkembang bilamana didukung oleh pengkajian ilmiah yang dilakukan secara terus-menerus. Pengkajian ilmiah dalam teknologi pendidikan tidak terlepas dari (Miarso, 2009: 199):
a.                  Falsafah dan landasan ilmiah yang menunjang keberadaan dan perkembangannya
b.                  Unsur-unsur dasar yang membentuknya
c.                  Arah perkembangannya serta kegunaannya
Landasan Ilmiah
Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek formal “belajar” manusia baik secara pribadi maupun secara kelompok yang memiliki pola pendekatan isomeristik, sistematik dan sistemik.
a.                  Isomeristik: yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai unsure yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang lebih bermakna
b.                  Sistematik: yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu.
c.                  Sistemik: dilakukan secara menyeluruh, holistic atau komprehensif.
Menurut Miarso, (2011:199) landasan ilmiah yang menunjang keberadaan teknologi pendidikan beserta bidang penelitiannya adalah sebagai berikut:
1.             A.A Lumsidaine (1964): teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu dan saint dasar, yaitu:
a.              ilmu fisika
b.             rekayasa mekanik, optic, electro dan elektronik
c.              teknologi komunikasi & telekomunikasi
d.             ilmu perilaku
e.              ilmu komunikasi
f.              ilmu ekonomi
2.             Robert Morgan (1978) berpendapat ada 3 disiplin utama yang menjadi fondasi teknologi pendidikan
a.              ilmu perilaku
b.             ilmu komunikasi
c.              ilmu manajemen
3.             Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedurdan keterampilan. Disiplin yang memberikan kontribusi adalah :
a.              basic contributing discipline: komunikasi, psikologi, evaluasi dan menajemen
b.             related contributing field : psikolodi persepsi, prikologi kognisi, psikologi social, media, system dan penilaian kebutuhan.
4.             Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994): akar intelektual teknologi pembelajaran berasal dari disiplin lain meliputi:
a.              Psikologi
b.             Rekayasa
c.              Komunikasi
d.             ilmu computer
e.              bisnis
f.              pendidikan.
Eichelberger (dalam Miarso, 2009: 211) membedakan tiga paradigma filsafat yang melandasi metodologi pengetahuan, yakni positivistik, fenomenologik dan hermeunetik. Penganut filsafat positivistik berpendapat bahwa keberadaan sesuatu merupakan besaran yang dapat diukur. Filsafat fenomenologik berupaya untuk memahami makna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan pada kesadaran yang disengaja (intentionallity of consciousness) atas pengalaman, karena pengalaman mengandung penampilan keluar dan kesadaran di dalam, yang berbasis pada ingatan, gambaran dan makna. Sedangkan filsafat hermeunetik berusaha mencari kebenaran dengan menafsirkan makna atas gejala yang ada. Berikut perbandingan tiga landasan epistimologik penelitian:
POSITIVISTIK
FENOMENOLOGIK
HERMEUNETIK
Analitik
Holistik
Sintetik
Nomotetik
Ideografik
Interpretatik
Deduktif
Induktif
Sinkretik
Laboratorik
Empirik
Empatik
Pembuktian dengan logika
Pengukuhan pengalaman
Penafsiran tidak memihak
Kebenaran universal
Kebenaran bersifat unik
Kebenaran yang diterima
Bebas nilai
Tidak bebas nilai
Tidak bebas nilai
Menurut Creswell, Denzin & Lincoln (Miarso, 2009) di katakan bahwa ada 2 pembagian penelitian dalam teknologi pendidikan yaitu positivistik dan pascapostivistik atau fenomenologik. Pendekatan positivistic dilakukan dalam pendekatan ilmu-ilmu eksakta dengan menggunakan pola statistik, yang didalamnya terdapat variable yang dikontrol, pengacakan sampel, pengujian validitas dan realiabelitas instrument, dan ditujukan pada genaralisasi sample ke dalam populasi. Sedangkan pendekatan atau penelitian pascapositivistik/fenomenologi berakar pada penelitian sosial seperti bidang etnografi, studi kasus, studi naturalistik, sejarah, biografi, dan teori membumi (grounded theory) dan studi deskriptif. (Miarso, 2009:209)
Secara umum perkembangan landasan ilmiah teknologi pendidikan bersifat ekletik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. Sudut pandang yang baru mengenai teknologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan dengan ciri-ciri:
1.                  Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi diperhatikan dan dikaji saling kaitannya, dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah
2.                  Unsur-unsur yang berkempentingan diintegrasikan dalam suatu proses komplek secara sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai dan dikelola sebagai satu kesatuan, dan ditujukan untuk memecahkan masalah
3.                  Penggabungan ke dalam proses yang komplek dan perhatian agar gejala secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri. (Miarso, 2007:108)
Landasan falsafah Penelitian teknologi pendidikan, terdiri atas 3 komponen seperti yang diungkapkan oleh Suriasumantri dalam Miarso. Ada 3 jenis komponen dalam teknologi pendidikan yaitu: ontology (apa), epistemology (bagaimana) dan aksiologi (untuk apa).
·       Ontologi : merupakan bidang kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan sebagai ilmu maka bidang kajiannya itu apa
  • Estimologi : Pendekatan yang digunakan dalam suatu ilmu
·         Aksiologi : Menelaah tentang nilai guna, baik secara umum maunpun secara khusus, baik secara kasad mata maupun secara abstrak.
Beberapa perkembangan dalam bidang pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Ashby( dalam Fadli, 2010) yaitu adanya revolusi dalam bidang pendidikan, yakni:
Revolusi I: Pada saat orang tua menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya kepada oran lain. Orang lain tersebut diserahi untuk melaksanakan pendidikan anak-anaknya. Sebelumnya orang-orang melaksanakan pendidikan anak-anaknya sendiri-sendiri atau mengajar anak-anak sendiri tidak memberikan kepada orang lain, hampir semua keluarga mendidik anak-anaknya dalam keluarga sendiri. Pendidikan yang dilakukan secara individual.
·                   Revolusi II : Ada suatu lembaga guru, jadi pada tahapan ini ada lembaga pendidikan formal. Tidak seperti sebelumnya belum ada lembaga resmi yang ada sehingga pendidikan dilaksakan orang per orang. Dalam lembaga ada aturan-aturan yang diberlakukan, contohnya untuk masuk SR usianya 6 tahun dan lain-lain. Dalam revoluasi ini guru dianggap sangat penting segala sesuatu dianggap diketahui oleh guru, dan guru dipandang memiliki pengetahuan yang lebih dari orang lain. Sehingga lembaga ini memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat.
·                   Revolusi III : Disebabkan oleh ditemukannya mesin cetak, cetak secara manual dilakukan oleh Cina, dan cetak dengan menggunakan mesin cetak dilakukan oleh Eropa (Prancis). Dengan mesin cetak maka pengetahuan tidak hanya diperoleh dari guru tetapi dapat diperoleh dari hasil cetakan seperti: buku, majalah, koran dan lain-lain. Pada revolusi ke-3 ini peran guru sudah mengalami pengurangan. Revolusi ke-3 sampai dengan saat ini masih terjadi
·                 Revolusi IV : Disebabkan oleh berkembangnya bidang elektronik sepeti telpon, tv, komputer, internet dimana guru tidak dapat lagi untuk mengontrolnya. Atau minimal peran guru berkurang, dan guru tidak dapat mengklaim dirinya sebagai.
 Pengkajian ilmiah dalam teknologi pendidikan tidak hanya mempersoalkan unsur-unsur yang terkandung dalam objek formal, yaitu belajar, melainkan juga dalam pendekatannya yaitu teknik intelektual atau tata cara ilmiah yang digunakan dalam mencari pembenaran atas objek yang dipermasalahkan. Menurut Miarso (2009) penelitian yang berkaitan dengan media sendiri telah berlangsung dalam lima fase, dan dalam lima fase tersebut mempermasalahkan tentang:
1.       apakah pengajaran dengan media ada hasilnya
2.       seberapa besar hasil pengajaran dengan media
3.       dalam kondisi bagaimana dapat diperoleh hasil yang terbaik dari media
4.       siapa saja yang akan memperoleh manfaat dari media
5.       karakteristik pembelajar (learner) seperti apa, dalam kondisi dan situasi bagaimana dapat diperoleh manfaat maksimal dari media.
Sebagai cabang ilmu baru maka teknologi pendidikan harus memiliki kawasan tersendiri dalam penelitian sehingga dapat memperkokoh landasan atau dasar ilmu tersebut. Secara garis besar penelitian teknologi pendidikan meliput empat komponen seperti yang diungkapkan oleh Sells dan Richey (Miarso,2009). Perkembangan landasan ilmiah tersebut jelas bersifat elektik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. Pandangan elektik ini telah menghasilkan serangkaian perkembangan dalam pengertian atau definisi teknologi pendidikan. Dalam definisi ini terdapat empat komponen, yaitu:
(1) riset dan teori, (2) desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian, (3)  proses, sumber dan sistem, dan  (4) belajar
Pada poin kedua di atas merupakan kawasan penelitian pendididikan, dimana hal tersebut merupakan kawasan penelitian pendidikan. Definisi dan perkembangan landasan ilmiah ini telah membentuk landasan ilmiah tersendiri berupa teori, model, konsep, prinsip, proporsi dan prosedur yang merupakan ciri unik teknologi pendidikan. Perkembangan ini juga meliputi nama yang kemudian menjadi “teknologi pembelajaran”, hal ini untuk menegaskan fokus penggarapan, yaitu masalah “belajar” yang bertujuan (terarah) dan disengaja. Adapun penulisan karya ilmiah penelitian memiliki karakteristik, yakni:  memecahkan masalah/ menjawab pertanyaan, terencana, sistematik,  etis dan logis
Landasan Berpikir
Strategi memperoleh kebenaran ilmiah dapat dilakukan dengan pengembangan, penelitian, dan penilaian (Miarso, 2011:5). Kebenaran itu dapat dibedakan dalam empat lapis, yaitu:
1.                  Kebenaran inderawi, yang diperoleh melalui panca indera yang dapat diperoleh oleh siapa saja.
2.                  Kebenaran ilmiah, yang diperoleh melalui kegiatan sistematik, logis, dan etis oleh mereka yang terpelajar.
3.                  Kebenaran falsafi, yang diperoleh melalui kontemplasi mendalam oleh orang yang sangat terpelajar.
4.                  Kebenaran religi, yang diperoleh dari Yang Maha Pencipta.
Kajian tentang teori kebenaran ilmiah telah dibahas sejak periode filsafat Yunani kuno dan selalu mengalami perkembangan hingga zaman sekarang.
Aliran yang membahas tentang teori kebenaran ini antara lain:
1. (400 SM): Paham idealisme dipelopori oleh Plato, berpendapat bahwa pengindraan manusia merupakan sesuatu yang tidak dapat dipercaya untuk dijadikan suatu pengetahuan.
1.        Realisme (384-322 SM): Dipelopori oleh Aristoteles berpendapat bahwa dunia berjalan atas dasar hukum alam yang tetap, yang dapat ditemukan dengan melalui observasi dan pemikiran.
3.     Empirisme: Dipelopori oleh Francis Bacon dan John Locke, berpendapat bahwa pengetahuan dibangun melalui proses induktif dari pengalaman.
4.     Rasionalisme: Dipelopori oleh Immanuel Kant, berpendapat bahwa pengetahuan dapat dibangun baik melalui proses induktif dari pengalaman, maupun dengan proses deduktif menggunakan penalaran.
Ada enam hal kegunaan yang potensial dalam teknologi pendidikan yaitu:
1.        Meningkatkan peroduktivitas pendidikan dengan jalan
a.         memperlaju penahanan belajar
b.         membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik
c.         mengurangi beban guru dalam penyajian informasi, sehingga guru dapat lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar anak.
2.        Memberikan kemungkinanan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan:
a.         mengurangi kontrol guru yang kaku dan sederhana
b.         memberikan kesempatan anak sesuai kemampuannya
3.         Memberikan dasar pengajaran yang lebih ilmiah:
a.         perencanaan program pengajaran yang lebih sistematik
b.         pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi penelitian tentang prilaku
4.        Lebih menerapkan pelajaran, dengan jalan:
a.         meningkatkan kapasitas manusia dengan berbagai media komunikasi
b.         penyajian informasi dan data secara lebih konkrit
5.        Memungkinkan belajar  lebih akrab
a.         mengurangi jurang pemisah antara pelajaran didalam dan diluar sekolah
b.         memberikan pengetahuan tangan pertama
6.        Memungkinkan penyajian pendidikan lebih luas dan merata, terutama dengan jalan:
a.         pemanfaatan bersama tenaga atau kejadian yang langka
b.         penyajian informasi menembus batas geografi
Kawasan Penelitian Teknologi Pendidikan           
Untuk dapat memahami kawasan penelitian dalam Teknologi Pendidikan ada baiknya dilihat status penelitian Teknologi Pendidikan pada masa lalu, seperti yang di tulis oleh Hannafin bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan penelitian Teknologi pendidikan  sebelum tahun 1985:
1.                  tradisi penelitian ilmu behavioural yaitu Tradisi dan standar penelitian yang telah dikembangkan dalam sains beha­vioural yang melingkupi pelaksanaan penelitian bidang ilmu telah diterapkan dalam penelitian Teknologi Pendidikankarena  pada hakikatnya berakar pada sains beha­vioural. Ukuran yang dipakai adalah yang berlaku dalam penelitian eksperimen­tal. Dapat dikatakan bahwa belum memiliki identitas intelektual tersendiri. Aki­batnya, jumlah penelitian yang khas  makin menurun
2.                  identitas penelitian yang nirfokus, yaitu . Identitas intelektual khas Teknologi Pendidikan tidak muncul meskipun dasar teoretis kuat dapat dibangun dari psikologi
c.       sikap bidang ini terhadap penelitianBidang Teknologi Pendidikan masih tetap didominasi oleh penelitian eksperimental, meskipun sudah ada tawaran paradigma-paradigma lain. Misalnya, Driscoll (1984), seperti disitir oleh Hannafin & Hannafi (1991) menawarkan 13 model penelitian Teknologi Pendidikan, termasuk model etnografi, penclembangan teknik, dan efektivitas-biaya. Begitu kuatnya pengaruh dari tradisi sains behavioural menjadi makin dibentuk oleh R&D yang dihasilkan oleh peneliti di luar bidang ini.
. Dalam kawasan penelitian Teknologi pendidikan tidak banyak yang ditulis tentang tema-tema khas. Seperti ditulis Hannafin dan Haanafin (1991) dari Sach (1984), hanya sedikit sekali tema-tema khas  yang ditemukan dalam literatur, dan relatif sedikit jumiah pakar Teknologi Pendidikan. Bahkan di antara pakar-pakar yang telah diidentifikasi, beberapa sebenarnya pakar psikologi yang memiliki minat kuat terhadap Teknologi Pendidikan, meskipun bukan minat utama ataupun eksklusif, misalnya David Ausubel, Rodert Gagne, clan Jeremy Bruner. Dari tinjauan pustakanya, Sach menyimpulkan bahwa para pakar jarang menyitir karya pakar IT sebelumnya. Beberapa peneliti menggunakan karya dengan kerangka berpikir mereka sendiri; pengarang sering menerbitkan secara terpisah dari penelitian yang ada. Jadi identitas intelektual TP saat itu masih sangat lemah.
Menurut Creswell, Denzin & Lincoln dalam  Miarso (2011) di katakan bahwa ada 2 pembagian penelitian dalam teknologi pendidikan yaitu positivistik dan pascapostivistik atau fenomenologik. Pendekatan positivistic dilakukan dalam pendekatan ilmu-ilmu eksakta dengan menggunakan pola statistik, yang didalamnya terdapat variabel yang dikontrol, pengacakan sampel, pengujian validitas dan realibilitas instrumen, dan ditujukan pada generalisasi sampel ke dalam populasi, Sedangkan pendekatan atau penelitian pascapositivistik/fenomenologi berakar pada penelitian sosial seperti bidang etnografi, studi kasus, studi naturalistik, sejarah, biografi, dan teori membumi (grounded theory) dan studi deskriptif (Miarso, 2011:209).
Kawasan teknologi pendidikan meliputi teori dan praktik dalam merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola dan menilai proses, sumber dan sistem belajar. Pemecahan masalah belajar secara empiris dapat dilakukan dengan berbagai cara, strategi dan prosedur. Kawasan penelitian teknologi pendidikan sangat luas sekali bahkan boleh dikatakan hampir tidak terbatas, sepanjang penelitian itu berkaitan dengan peme­cahan masalah belajar. Dasar pertimbangan kesimpulan ini adalah sebagai berikut: (Miarso, 2007:204)
1.      Belajar dapat dilakukan oleh siapa saja, baik secara per­orangan (individu) maupun secara kelompok
2.      Belajar dapat dilakukan mengenai apa saja, meskipun yang menjadi perhatian utama kita adalah yang bertujuan, terarah, dan disengaja serta yang sesuai dengan norma dan nilai dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa
3.      Belajar dapat berlangsung kapan saja, sejak dalam kandungan hingga akhir hayat.
4.      Belajar dapat dilaksanakan dimana saja, di sekolah, di rumah, di tempat kerja, di tempat ibadah, di masyarakat luas.
5.      Belajar dapat berlangsung dengan cara bagaimana saja (aneka proses), baik dila­ku­­kan secara individu maupun secara massal.
6.      Belajar dapat dilakukan dengan rangsangan internal dan eksternal, yaitu dari dalamdiri sendiri atau dari apa dan siapa saja di luar diri (aneka sumber).
7.      Belajar dapat dilakukan untuk kepentingan apa saja, tentunya yang bermanfaat untuk diri sendiri dan lingkungannya.
Penelitian Pengembangan dalam Kawasan Teknologi Pendidikan
1.                  Teori yang mempengaruhi domain pengembangan 
a.                  Teori Shannon dan Weaver. Shannon dan Weaver menjelaskan tentang proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima dengan meng­gunakan sarana sensorik.
b.                  Berlo (1960) yang menekankan fakta bahwa sesungguhnya oranglah (bukan media) yang meru­pakan jantung proses komunikasi. Model ini menguraikan hubungan yang sirkuler antara pengirim, pesan, saluran, dan penerima. Schram  yang bergerak dalam bidang komnikasi massa juga menerapkan karya Shannon dan Weaver untuk audiens yang lebih besar dan menekankan pada aspek perilaku manusia dalam komunikasi.
c.                  Mc Luhan memberi penjelasan beberapa keanehan dalam bidang komunikasi massa karena bidang komunikasi massa dan teknologi pembelajaran menggunakan media sang sama, konsep komunikasi massa tetap dalam cakupan teknologi pembelajaran. Sebagai contoh, penelitian tentang pengaruh televisi berasal dari dua bidang, yakni televisi pembelajaran dan media massa. Contoh penelitian pada level mikro yang telah mempengaruhi perancangan teks dan teknik pengembangan materi pembelajaran dengan menggunakan teknologi, adalah perancangan layar komputer.
d.                 Hcinich, Molenda, dan Russell (1993) mendefinisikan literasi visual sebagai kemampuan yang  dipelajari untuk menerjemahkan pesan visual dalam membuat pesan visual. Asumsi yang mendasari literasi visual adalah bahwa bahasa visual itu ada yaitu bahwa orang berfikir dan belajar secara visual, dan orang dapat menyatakan dirinya secara visual Teori berfikir visual sangat berguna dalam pengembangan materi pembelajaran terutama dalam mencari ide untuk perlakuan visual.Berfikir visual merupakan reaksi internal. Berfikir visual itu meliputi manipulasi bayangan mental dan asosiasi sensori dan emosi daripada tahap berpikir yang lain.  Berfikir visual sebagai pikiran kiasan dan dibawah sadar. Berpikir visual menuntut kemampuan mengorganisasi bayangan sekitar unsur garis, bentuk, warna, tekstur atau komposisi. Unsur-unsur visual digunakan untuk membuat penyataan visual vang memberikan dampak besar terhadap proses belajar orang pada semua usia Aplikasi teori belajar visual berfokus pada perancangan visual yang merupakan bagian penting dalam berbagai tipe pembelajaran yang menggunakan media. Dalam hal ini, prinsip-prinsip estetika juga merupakan dasar proses pengembangan.
2.                  Penelitian yang Mempengaruhi Sistem Pengembangan.
Menurut Yusuf Hadi Miarso ada empat bidang kegiatan dalam sub domain pengembangan, yaitu teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi komputer, dan teknologi terpadu. Masing-masing sub domian, proses dan prosedur produksi juga telah mengalami perkem­bangan. Pada era perkembangan teknologi komputer, teknik-teknik baru muncul akibat dari hasil penelitian pengembangan dan kreati­vitas pemakai.  Teknik pemrograman mulai banyak diaplikasikan pada berbagai hal. Sering kali sekumpulan pengetahuan tentang hal itu dikombinasikan dengan teori-teori yang bersifat lebih umum.
Pengembangan program belajar jarak jauh mungkin memerlukan prinsip-prinsip komunikasi umum, prinsip-prinsip desain grafis, prinsip-prinsip belajar interaktif, dan teknik elektronik canggih. Termasuk dalam hal ini adalah proses pengembangan pembelajaran dengan multimedia atau media terpadu yang menggabungkan prinsip audio dan video, prinsip penyusunan berbasis komputer, prinsip desain grafis, dan prinsip desain pembelajaran. Sebagian besar prinsip-prinsip yang mengacu pada teknologi yang lebih baru berakar dari penelitian dan teori terdahulu yang banyak terkait dengan teknologi audiovisual.
Pada saat terjadi kelangkaan kerangka teoritis yang jelas mengenai penelitian media, peranan media pembelajaran telah menjadi hal yang sangat penting di bidang ini. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa bertahun-tahun para peneliti telah melakukan sejumlah eksperimen yang dikenal sebagai studi perban­dingm media yang mencoba mendemontrasikan efektivitas suatu media dibanding­kan dengan media yang lain, atau tentang efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media dibandingkan dengan pembelajaran yang non media. Penelitian tersebut telah memacu perbaikan-perbaikan dalam proses pemilihan media, termasuk validitas penggunaan teknologi yang ada sekarang.  Penelitian pengembangan terbaru sudah lebih inovatif dan banyak mengarah pada pemanfaatan multi media bersama IT (information Technology)  yang sangat canggih.
Simpulan
Teknologi pendidikan hanya dapat diakui sebagai suatu disiplin ilmu jika dapat memberikan kemungkinan untuk dilakukannya berbagai macam penelitian yang diselenggarakan dengan pendekatan yang bervariasi sesuai dengan perkembangan paradigma penelitian. Dari pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan Secara umum perkembangan landasan ilmiah teknologi pendidikan bersifat ekletik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. Sudut pandang yang baru mengenai teknologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan dengan ciri-ciri:
1.                  Keseluruhan masalah belajar dan upaya pemecahannya ditelaah secara simultan. Semua situasi diperhatikan dan dikaji saling kaitannya, dan bukannya dikaji secara terpisah-pisah
2.                  Unsur-unsur yang berkempentingan diintegrasikan dalam suatu proses komplek secara sistemik, yaitu dirancang, dikembangkan, dinilai dan dikelola sebagai satu kesatuan, dan ditujukan untuk memecahkan masalah
3.                  Penggabungan ke dalam proses yang komplek dan perhatian agar gejala secara menyeluruh, harus mengandung daya lipat atau sinergisme, berbeda dengan hal dimana masing-masing fungsi berjalan sendiri-sendiri. (Miarso, 2007:108)
Sesungguhnya penelitian pengembangan merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk penyelesaian studi bagi mahasiswa teknologi pendidikan. Oleh karena, inovasi pem­belajaran terbuka lebar melalui pemamfaatan teknologi Di samping itu, penelitian yang berada dalam kawasan Teknologi Pendidikan merupakan tuntutan professional lulusan Teknologi Pendidikan. Tidak mungkin kiranya, para mahasiswa Teknologi Pendidikan melalukan penelitian di luar kawasan Teknologi Pendidikan itu sendiri.

Daftar Pustaka

Depdiknas, 2003. Model-Model Pembelajaran, Materi Pembekalan Instruktur KBK 2004. Jakarta: Depdiknas.
Eichelberger, Tony R, 1989. Disciplined inquiri: Understanding and Doing  Educational Research. New York: Longman Inc
Deporter, Bobby, dkk., 2001. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Miarso, Yusufhadi, 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana.
Nur, Mohammad, 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya: University Press-UNESA
Seels, Barbara. B., Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya. Jakarta: Unit Penerbitan Universitas Negeri Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar