Jumat, 22 November 2013

Tinjauan Manajemen Pendidikan dalam Persfektif Psikologis



Tinjauan Manajemen Pendidikan Dalam Persfektif  Psikologis
Oleh :  Sri Purwati

Pendahuluan
   Pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab (Jalaluddin, 1997:15).  Selanjutnya, konsep pendidikan dikembangkan pula oleh Sa’ud (2009:6) yang merumuskan konsep pendidikan sebagai  upaya yang dapat digunakan untuk mempercepat pengembangan potensi manusia sehingga mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat didik dan mendidik. Selain itu, pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan, dan ketakwaan manusia.
Pentingnya peran dan fungsi pendidikan secara konseptual akan menjadi semakin berarti dengan adanya realisasi pelaksanaan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan melalui suatu proses manajemen yang baik. Stoner (dalam Sufyarma:1995:8) mengemukakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien. Manajemen dalam pendidikan diungkapkan oleh Soebagio Atmodiwiro (2002:23) sebagai suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama. Dengan demikian, manajemen telah menempati kedudukan sentral di lembaga pendidikan dalam upaya pembinaan dan pengembangan kegiatan kerjasama kelompok manusia dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu.
Program pengembangan mangemen pendidikan perlu memperhatikan aspek kemanusiaan sebab menurut Hamalik (2006:79) manajemen pendidikan disebut sebagai proses atau sistem organisasi dan peningkatan manusia (human enginering) dalam kaitannya dengn suatu sistem pendidikan maka dari itu di perlukan rujukan dalam membuat manajemen pendidikan khusunya dalam aspek psikologi. Kajian teroritis mengenai psikologi tertuang dalam konsep psikologi pendidikan yang dijelaskan oleh khodijah (2011:9) sebagai cabang psikologi yang khusus menguraikan aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan cabang-cabang psikologi semakin berkembang sesuai dengan bidang penerapannya. Dalam bidang pendidikan juga berkembang psikologi belajar, psikologi belajar, psikologi intelegensi, psikologi motivasi, dan sebagainya.
Dengan demikian untuk menghadapi tantangan global, manajemen pendidikan diarahkan pada pemberdayaan manusia agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratisserta bertanggung jawab. Karena pentingnya pemahaman mengenai bagaimana implikasi dan fungsi tinjauan psikologi dalam manajemen pendidikan diperlukan kajian lebih lanjut terhadap hal tersebut, sehingga tulisan ini dibuat untuk melakukan tinjauan kritis terhadap manajemen pendidikan dalam persfektif psikologi.

Hakekat Manajemen Pendidikan
Secara etimologi istilah manajemen diambil dari bahasa Inggeris, yaitu management, artinya pimpinan, pengurus. Dalam bahasa Latin managemen terdiri atas dua suku kata, yaitu manus (tangan), agare (pemerintah, melakukan, melaksanaan). Engkoswara (1990:126-127) menjelaskan bahwa konsep administrasi pendidikan sejajar dengan konsep manajemen pendidikan (pengelolaan pendidikan). Fungsi dan ruang lingkup manajemen pendidikan diuraikan menjadi: perencana, pelaksanaan dan pengawasan. Perencanaan berkaitan dengan perumusan kebijakan awal sebagai pedoman dalam pelaksanaan. Pelaksanaan memerlukan pengawasan, karena pengawasan atau penilaian untuk mengetahui kekurangan atau kesenjangan termasuk kemajuan yang telah dicapai. Keberhasilan pengelolaan pendidikan memerlukan beberapa dukungan, terutama dukungan human resources (sumber daya manusia) yang terdiri dan guru, murid, atasan dan orang tua.
Hamalik (2006:78) merumuskan pengertian manajeman pendidikan sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan; dan manajeman pendidikan sebaga suatu proses atau sistem organisasi dan peningkatan kemanusiaan (human enginering) dalam kaitannya dengan suatu sistem pendidikan. Kegiatan-Kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang maik mencakup: (a) program kurikulum; (b) program ketenagaan;  (c) program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan; (d) program pembiayaan; dan (d) program hubungan dengan masyarakat.
Tilaar mendefinisikan  (2001:4) manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan yang mengimplementasikan perencanaan atau rencana pendidikan yang menyangkut segala usaha bersama mulai dari perencanaan, pengorganisassian, pelaksanaan, dan pengevaluasian dalam hal mendayagunakan semua sumber daya yang ada secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan yang teelah ditetapkan yaitu tujuan pendidikan. Lebih lanjut Mudyahardjo (2006:80) mengemukakan  manajemen pendidikan mencakup sub-sub komponen: (1) perencanaan; (2) sistem pendidikan menurut tahap-tahap perkembangan (jenjang pendidikan) dan aspek-aspek pengembangan (jenis pendidikan); (3) organisasi; (4) administrasi; (5) keuangan; (6) pemasokan tenaga pendidikan; (7) sistem evaluasi; dan (8) penelitian
Manajemen pendidikan mempunyai fungsi yang terpadu dengan proses pendidikan khususnya proses yang berhubungan dengan pengelolaan proses  pembelajaran. Dalam hubungan ini terdapat beberapa fungsi manajemen pendidikan Menurut Hamalik (2006:81-82) yang mencakup: (a) fungsi perencanaan; (b) fungsi organisasi; (c) fungsi koordinasi; (d) fungsi motivasi (penggerakan); dan (e) fungsi kontrol.
Ruang lingkup atau garapan manajemen pendidikan menurut Sutisna (1985:16-20) terdiri atas: (1) manajemen merupakan koordinasi kegiatan dalam organisasi pendidikan; (2) manajemen merupakan alat untuk mengenai tujuan organisasi pendidikan; (3) manajemen menyertakan banyak orang dalam proses pendidikan seperti: peserta didik, guru, pegawai tata usaha, dan orang tua murid; dan (4) partisipasi guru dan  orang lain dalam organisasi pendidikan.
Dengan demikian dari berbagai definisi yang telah diungkapkan maka dapat disimpulkan manajemen pendidikan adalah proses keseluruhan kegiata dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan dan pembiayaan, dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personil, materiil, maupun spirituil untuk mencapai tujuan pendidikan.

Hakekat Psikologi
            Psikologi berasal dalam  bahasa Inggris  dienal dengan istilan psycology yang berakar dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Woodworth (1955:3) memberikan batasan tentang psikologi sebagai berikut: Psychology can be defined as the science of the activities of the individual (psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia). Selanjutnya, Crow & Crow (1958:22) memberikan pula batasan psikologi sebagai berikut: Psychology is the study of human behavior and human relationship. Dari batasan pengertian tersebut maka dijelaskan yang dipelajari psikologi adalah tingkah laku manusia yang meliputi interaksi manusia dengan sekitarnya.
Pengembangan kajian ilmiah psikologi dilakukan oleh Khodijah (2011:3) dengan merumuskan definisi psikologi sebagai sebuah ilmu yang mempelajari aktivitas-aktivitas atau gejala-gejala psikis yang tercermin dalam perilaku manusia dan hewan dengan aplikasinya untuk mengatasi problem-problem yang dialami manusia. Adapun, Syah (2010:10) mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan, dan kejadian yang ada disekitar manusia.
Upaya memperjelas kajian psikologi membutuhkan batasan atas objek kajian psikologi sebab menurut Khodijah (2011:4) objek yang tertentu merupakan ciri utama sebuah ilmu, karena objek itulah yang akan menunjukkan pokok penelitian dan pembahasan dalam bidang ilmu. Tanpa keberadaan objek, maka tidak akan ada kejelasan bidang cakupan dan pertanggung jawaban keilmuanua. Objek sebuah ilmu terdiri dari dua macam yaitu objek material dan objek formal.  Objek material meliputi fakta-fakta, gejala-gejala, atau pokok-pokok yang nyata dipelajari atau diselidiki oleh suatu ilmu, sedangkan objek formal adalah sebuah ilmu yang tercermin dari definisi atau batasan dari ilmu yang bersangkutan.
Rincian akan objek kajian dalam psikologi dirumuskan oleh Purwanto (2010:2) sebagai berikut: objek material merupakan objek yang dipandang secara keseluruannya. Sedangkan objek formal adalah objek yang dipandang menurut aspek mana yang dipentingkan dalam penyelidikan objek kajian psikologi. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa objek kajian psikologi berupa objek material psikologi adalah segala yang berhubungan manusia, sedangkan objek formal adalah perilaku dari manusia itu sendiri. Dengan demikian dari berbagai rumusan definisi psikologi yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu yang mempelajari psikis dan tingkah laku manusia yang berhubungan dengan interaksi manusia dengan lingkunganya.

Tinjauan Manajemen Pendidikan  Dalam Persfektif Psikologi
            Hubungan psikologi dalam dunia pendidikan sangat erat sebab dalam lingkungan pendidikan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang saling berinteraksi yang akan menimbulkan gejala-gejala psikologi serta tingkah laku yang  berbeda antara yang satu dengan yang lainya. Syah (2010:18) menjelaskan setidaknya ada 10 macam kegiatan dalam pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologis yakni: 1) seleksi penerimaan siswa baru; 2) perencanaan pendidikan; 3) penyusunan kurikulum; 4) penelitian pendidikan; 5) administrasi kependidikan; 6) pemilihan materi pelajaran; 7) interaksi mengajar-belajar; 8) pelayanan bimbingan dan penyuluhan; 9) metodologi mengajar; dan 10) pengukurun dan evaluasi.
            Tinjauan manajemen pendidikan dalam persfektif psikologi dapat ditinjau dari aspek fungsi manajemen pendidikan, dalam hal ini dapat dihubungkan tinjuan manajeman pendidikan dalam persfektif psikologi melalui telaah fungsi manajeman yang dikemukakan oleh Hamalik (2006:81-82), dalam kajian manajemen pendidikan disebutkan bahwa fungsi manajemen meliputi lima unsur pokok seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dalam hakekat manajemen pendidikan.
Dari kelima fungsi tersebut maka ada empat aspek dari fungsi tersebut yang dapat diuraikan tinjauan manajemen pendidikan dalam persfektif psikologi yaitu sebagai berikut pertama, fungsi perencanaan mencakup berbagai kegiatan menentukan kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan isi program pendidikan, dan lain-lain. Dalam rangka pengelolaan perlu dilakukan kegiatan penyususnan rencana, yang menjangkau kedepan untuk memperbaiki keadaan dan memenuhi fungsi kebutuhan dikemudian hari, menentukan tujuan yang hendak ditempuh, menyusun  program yang meliputi pendekatan, jenis, dan urutan kegiatan, menetapkan rencana biaya yang diperlukan, serta menentukan jadwal dan proses kerja.
Pada fungsi manajemen pendidikan sebagai suatu perencanaan diperlukan tinjauan psikologis khususnya terhadap potensi-potensi yang dimiliki manusia dihubungkan dengan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam fungsi perencanaan perlu diperhatikan perencaan terhadap individu selaku perencana dan pelaksana dari perencaaan yang telah dibuat sebelumnya yang memperhatikan aspek pembawaan seseorang. Menurut Purwanto (2010:26), tiap-tiap orang atau individu memiliki pembawaan watak, intelejensi, sifat-sifat dan sebagainya yang  berbeda-beda. Dengan perbedaan tersebut maka dalam perencanaan diperlukan perhatian besar terhadap kharakteristik individu seperti pada perencanaan pendidikan dalam menentukan kebutuhan, strategi, serta isi kurikulum. Perlu diperhatikan pemahaman mengenai perkembangan individu seperti pada peserta didik yaitu sejak masa sensori motor hingga ketahapan formal operasional. Dengan demikian perencanaan yang dilandaskan atas pemahaman konsep psikologi akan mengarahkan kepada tujuan yang diharapkan serta dapat terlaksana dengan baik, karena telah memperhatikan aspek kemanusiaan melalui pertimbangan terhadap objek  formal psikologi yaitu manusia.
Fungsi kedua ialah fungsi organisasi, meliputi pengelolaan ketenagaan, sarana dan prasarana, distribusi tugas dan tanggung jawab, dalam pengelolaan secara integral untuk itu diperlukan kegiatan-kegiatan seperti mengidentifikasi jenis  tanggung jawab dan wewenang serta merumuskan aturan hubungan kerja. Melalui kegiatan pengelolaan ketenagaan dalam fungsi organisasi perlu didasarkan atas pertimbangan konsep psikologi agar dapat mengoptimalisasikan efektivitas menyeluruh dalam organisasi untuk mencapai apa yang telah direncanakan sebelumnya. Manajemen pendidikan perlu dilaksanakan secara sinergistis antar sistem khusunya dikaitkan atas keberadaan organisasi sebagai himpunan pelaksana dalam manajemen pendidikan yang telah terstruktus secata sistematis dengan fungsi dan perannya masing-masing.
Winardi (1984:51) menjelaskan sebuah organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem apabila elemen-elemen yang berkaitan satu sama lain yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan. Tinjauan aspek psikologi yang tampak pada sebuah organisasi dapat dilihat pada perwujudan perilaku seperti melalui penekanan pada kebiasaan bekerja yang baik sehingga kinerja akan menjadi optimal melalui proses pelatihan dan kebiasaan. Kebiasaan dalam organisasi  akan timbul karena proses penyusustan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulus yang berulang-ulang. Selain aspek kebiasaan yang juga perlu mendapat perhatian adalah peninjauan keterampilan dalam organisasi. Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai  dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu (Syah, 2010:117).
Fungsi ketiga adalah fungsi koordinasi yang berupaya menstabilakan antara berbagai tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk menjamin pelaksanaan dan berhasilnya program pendidikan. Dalam fungsi koordinasi sangat berkaitan dengan proses interaksi timbal balik yang terjadi khususnya antara fungsi masing-masing individu dalam suatu organisasi dan tidak terlepas pula dari tinjauan perilaku yang terjadi pada proses pelaksanaan manajemen pendidikan. Khodijah (2011:6) menjelaskan meski perilaku merupakan manifestasi atau wujud penampilan dari kondisi kejiwaan, namun tidak berarti bahwa kondisi kejiwaan (psikis) yang sama  akan menghasilkan perilaku yang sama pula.
Sebagai contoh dalam koordinasi diperlukan pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusan dan komunikasi yang baik. Apabila disertai dengan emosional yang negatif maka fungsi koordinasi tidak akan terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan sebab menurut Woodwort dalam Khadijah (2011:6) menjelaskan  perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu sebenarnya tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus  atau rangsangan mengenai individu. Koordinasi sangat dipengaruhi oleh sikap individu dalam sebuah organisasi. Ellis dalam Purwanto (2010:141)  menjelaskan bahwa sikap sangat memerlukan peranan penting karena dipengaruhi oleh faktor perasaan atau emosi serta kecenderungan untuk bereaksi atas respon yang  didapatkan. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu like (senang) atau  dislike (tidak senang). Koordinasi yang dilakukan melalui proses interaksi yang baik dan menyenangkan akan membawa kebaikan pula ke arah tujuan perencanaan, permasalahn sebaliknya akan terjadi bila proses interaksi tidak berlangsung dengan baik dan tidak menyenangkan.
Fungsi keempat yaitu motivasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi proses dan keberhasilan program pelatihan dalam manajeman. Winardi (1984:12), menyebutkan motivasi dapat bersifat positif dan negatif. Motivasi positif yang kadang-kadang dinamakan sebagai cara pendekatan dengan memberikan umpan (carrot approach) sedangkan motivasi negatif sebut juga sebagai cara pendekatan dengan ancaman (stick approach) yang menggunakan ancaman-ancaman hukuman. Duncan dalam Purwanto (2010:72)  mengemukakan  bahwa didalam konsep manajemen, motivasi beberti setiap usaha yang didasari untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi.  Kemudian Campbell adalam Purwanto (2010:71) menambahkan rincian  dalam definisi motivasi  yang didalamnya mencakup arah atau tujuan tingkah laku, kekuatan respon, dan kegigiha tingkah laku. Dengan demikian motivasi akan mampu menggerakkan, mengarahkan, dan menjada tingkah laku seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu.

Kesimpulan
Tinjauan manajemen pendidikan dalam perspektif psikologi disoroti dalam empat fungsi dari manajemen itu sendiri, yaitu perencanaan, organsiasi, koordinasi, motivasi. Perencanaan berkaitan dengan menentukan kebutuhan, penentuan strategi pencapaian tujuan, menentukan isi program pendidikan dengan memperhatikan aspek pembawaan seseorang. Kemudian Tinjauan aspek psikologi yang tampak pada sebuah organisasi dapat dilihat pada perwujudan perilaku seperti melalui penekanan pada kebiasaan bekerja yang baik. Pada koordinasi diperlukan pertimbangan yang matang dalam pengambilan keputusan dan komunikasi yang baik. Dan terakhir, untuk manajemen, motivasi berarti setiap usaha yang didasari untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar meningkatkan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuan organisasi.
Daftar Pustaka
Jalaluddin. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Tilaar, H.A.R. 2006. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mudyahardjo, R. 2006. Filasafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Woodworth. 1955. Psychology A Study Of Mental Life. Methuen & Co.Ltd: London.
Soebagio, A. 2002. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta:  Ardadizya Jaya.

Sufyarma. 2003. Kapita Selekta: Manajemen Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Sutisna, O. 1983. Administrasi pendidikan: Dasar teori untuk praktek profesional. Bandung: Angkasa.

Khodijah. 2011. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press.

Purwanto, N. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mudyahardjo, R. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung: Rosdakarya.
Sa’ud, S. 2009. Perencanaan Penddidikan. Bandung: Rosdakarya.
           
Sufyaeman. 1995. Kapita Selekta: Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar