Sabtu, 09 November 2013

Makalah Landasan dan Problematika Pendidikan Tinjauan Isi Pendidikan (Kurikulum) dalam Persfektif Historis




TINJAUAN ISI PENDIDIKAN (KURIKULUM)
 DALAM PERSPEKTIF HISTORIS
Oleh :
 Sri Purwati

Pendahuluan
Kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena kurikulum bagian dari program pendidikan karena kurikulum berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan bukan semata-mata hanya menghasilkan suatu bahan pelajaran melalui program pendidikan yang telah direncanakan. Menurut Hyemen, kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran dan materi pelajaran yang terorganisir. Berbeda dengan pendapat Hyemen, Macdonald mengungkapkan pengertian kurikulum sebagai rencana kegiatan untuk menentukan pengajaran, sedangkan Taba mendefinisikan kurikulum sebagai rencana untuk membelajarkan peserta didik (Tirtarahardja, 2008:270).
Kurikulum tidak hanya memperhatikan perkembangan dan pembangunan masa sekarang tetapi juga mengarahkan perhatian ke masa depan.Tujuan pendidikan sekolah lebih luas dan kompleks karena dituntut selalu sesuai dengan perubahan. Kurikulum harus selalu diperbarui sejalan dengan perubahan itu seperti yang terjadi di Indonesia. Dipandang dalam aspek historis kurikulum telah mengalami berbagai perubahan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan, kurikulum disusun secara strategis dan dirumuskan menjadi program-program tertentu sejak sebelum kemerdekaan hingga masa setelah kemerdekaan.
Perubahan kurikulum terkait dengan aspek pengembangan kurikulum. Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum.Maka dari itu, tulisan ini akan mendalami lebih lanjut tentang tinjauan isi kurikulum dalam perspektif sejarah.
Hakikat kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari kata curir  yang berarti pelari dan curere yang artinya tempat berpacu.Berdasarkan arti yang terkandung di dalam rumusan tersebut maka Zais dalam Ansyar (1992:7) menganalogikan kurikulum sebagai arena tempat peserta didik “berlari” untuk mencapai “finis”, berupa ijazah, diploma atau gelar.Sementara Print dalam Sanjaya (2010:4) memandang sebuah kurikulum sebagai perencanaan pengalaman belajar, program sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam sebuah dokumen serta hasil dari implementasi dokumen yang telah disusun.
Menurut Sudjana (1993:37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut komponen kurikulum yakni: (a) Perubahan dalam tujuan; (b) Perubahan isi dan struktur; (c) Perubahan strategi kurikulum;(d) Perubahan sarana kurikulum; (e) Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Adapun mengenai tinjauan isi kurikulum menfokuskan tinjauannya pada struktur mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran, aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus diberikan kepada anak, juga organisasi atau pendekatan dari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan pendidikan perlu diperharikan tinjauan isi kurikulum, sedangkan dalam hubungan dengan pembangunan nasional, kurikulum pendidikan mengisi upaya pembentukan sumber daya manusia untuk pembangunan.
Tinjauan Isi Kurikulum Berdasarkan Aspek Sejarah
Tinjauan  Isi Kurikulum Masa Sebelum Kemerdekaan
Secara historis meninjau pelaksanaan kurikulum sebenarnya telah lama ada di Indonesia walaupun istilah kurikulum belum ada namun isi atau muatan kurikulum telah ada. Hal ini dapat diketahui dari adanya tujuan pendidikan dan isi kurikulum seperti adanya mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik dengan sistem yang sederhana dibandingkan dengan kurikulum pada masa kemerdekaan yang telah  menggunakan istilah kurikulum Leer Plan (Rencana Pelajaran).
 Pendidikan Zaman Purba
                Tujuan pendidikan pada zaman purba menurut Djumhur (1976:104) adalah agar anak-anak kelak dapat memegang kekuasaan dalam masyarakat sebagai manusia yang mempunyai kecakapan istimewa yaitu mempunyai semangat gorong royong, menghormati para empu (pandai besi dan dukun),dan taat akan adat. Sedangkan menurut Tatang (2010:191).Tujuan pendidikan pada zaman ini adalah agar generasi muda dapatmencari nafkah, membela diri, hidup bermasyarakat, taat terhadap adapt dan terhadap nilai-nilai religi (kepercayaan) yang mereka yakiniAdapun Istilah pandai besi merupakan sebutan bagi seseorang yang ahli pengetahuan duniawi dan istilah dukun adalah ahli dalam pengetahuan maknawiah Dengan demikian berdasarkan tinjauan isi pendidikan maka, pendidikan yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga dianggap telah mencukupi kebutuhan.
Walaupun pada zaman ini belaum di kenal istilah kurikulum namun pendidikannya telah mencakup aspek kajian kurikulum. meliputi pengetahuan, sikap dan  nilai mengenai kepercayaan melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka menyembah nenek moyang, pendidikan keterampilan mencari nafkah (khususnya bagi anak laki-laki) dan pendidikan hidup bermasyarakat serta bergotong royong melalui kehidupan riil dalam masyarakatnya(Tatang, 2010:192).
Pendidikan Pengaruh Zaman Kerajaan Hindu Budha
                Pendidikan pada zaman ini, selain diselenggarakan di dalam keluarga dan didalam kehidupan keseharian masyarakat, juga diselenggarakan di dalam lembaga pendidikan yang disebut Perguruan (Paguron). Pada zaman Hindu Budha di Indonesia sistem pendidikan disesuaikan dengan cara di India, yaitu sistem guru kula. Sistem ini sama dengan sistem pendidikan asrama. Hal ini sebagaimana telah berlangsung di kerajaan Tarumanegara dan Kutai. Dalam sistem ini murid tinggal bersama guru di rumah guru atau asrama, murid mengabdi dan sekaligus belajar kepada guru. Pola pendidikan seperti ini juga tampak pada zaman berkembangnya agama Budha yang berpusat di Kerajaan Sriwijaya (di Palembang), telah terdapat perguruan tinggi Budha. Selain dari dalam negeri sendiri, murid-muridnya juga berasal dari Tiongkok, Jepang, dan Indocina. Pada perguruan tinggi Budha tersebut terdapat gurusangat terkenal sebagai maha guru Budha yaitu Darmapala (Djumhur, 1976:109; Tatang, 2010:193)
Pada awalnya yang menjadi pendidik (guru atau pandita) adalah kaum Brahmana, kemudian lama kelamaan para empu menjadi guru menggantikan kedudukan para Brahmana. Terdapat tingkatan guru: pertama, guru (perguruan) keraton, di sini yang menjadi murid-muridnya adalah para anak raja dan bangsawan; kedua adalah guru (perguruan) pertapa, di sini yang menjadi murid-muridnya berasal dari kalangan rakyat jelata. Guru-guru pertapa lebih berjiwa kerakyatan, mereka ingin mendekati rakyat dan tidak mendekati keratin, bahkan menjauhi atau bersembunyi di hutan-hutan, supaya tidak berselisih dengan raja sedangkan mengenai Budha (Djumhur, 1976:109).
Tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup yaitu manusia hidup untuk mencapai moksa bagi agama Hindu, dan manusia mencapai nirwana bagi agama Budha. Adapun materi-materi pelajaran yang diberikan ketika itu antara lain: teologi, bahasa dan sastra, ilmu-ilmu kemasyarakatan, ilmu-ilmu eksakta seperti ilmu perbintangan, ilmu pasti, perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa dan lain-lain. Menurut I-Tsing seorang pendeta Cina, bila ingin belajar ke India, sebaiknya belajar dahulu  setahun dua tahun di Fo-Shih (Sriwijaya) baru setelah itu ke India. Ia telah tinggal di sana selama empat tahun antara 685-689 untuk menterjemahkan kitab Budha dari Bahasa Sansekerta ke dalam Bahasa Cina (Poesponegoro, 1993:76).
Pendidikan Pengaruh Zaman Kerajaan Islam
Tujuan pendidikan pada zaman kerajaan Islam diarahkan agar manusia bertaqwa kepada Allah S.W.T., sehingga mencapai keselamatan di dunia dan akhirat melalui “iman, ilmu dan amal”. Selain berlangsung di dalam keluarga, pendidikan berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan lainnya, seperti: di langgar-langgar, mesjid, dan pesantren. Pendidikan berisi tentang tauhid (pendidikan keimanan terhadap Allah S.W.T.), Al-Qur’an, hadist, fikih, bahasa Arab termasuk membaca dan menulis huruf Arab (Tatang, 2010:194).
Pendidikan dilakukan dengan metode yangbervariasi, tergantung dengan sifat materi pendidikan, tujuan, dan peserta didiknya. Contoh metode yang sering digunakan adalah: ceramah atau tabligh (wetonan) untuk menyampaikan materi ajar bagi orang banyak (belajar bersama) biasanya dilakukan dimesjid; mengaji Al-Qur’an dan sorogan (cara-cara belajar individual). Dalam metode sorogan walaupun para santri bersama-sama dalam satu ruangan, tetapi mereka belajar dan diajar oleh ustadz secara individual. (Tatang, 2010:195)
Langgar merupakan tempat pengajaran agama permulaan untuk murid belajar abjad arab, mengeja ayat-ayat Al-Qur’an. Sedangkan pada pesantren menjadi lembaga pendidikan lebih lanjut dan lebih mendalam. Murid-murid di pesanteren disebut dengan istilah santri. Adapun mata pelajaran yang diajarkan yaitu Usuluddin (pokok-pokok ajaran kepercayaan), Usul Fiqh (Alat penggali hukum dari Al-Qur’an dan Hadist), dan Fiqh (cabang dari usuluddin) (Djumhur, 1976:112-13).
            Pesantren diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai atau ulama-ulama. Pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, terdapat pesantren-pesantren diantaranya Pesantren di Ampel yang didirikan oleh Sunan Ampel atau Raden Rahmat, Denta, Surabaya (Poesponegoro, 1993:192)
Pendidikan Zaman PengaruhPortugis dan Spanyol
                Pengaruh bangsa Portugis dalam bidang pendidikan utamanyaberkenaan dengan penyebaran agama Katholik. Demi kepentingan tersebut, tahun 1536 mereka mendirikan sekolah (Seminarie) di Ternate, selain itu didirikan pula di sekolah Solor. Kurikulum pendidikannya berisi pendidikan agama Katolik, ditambah pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Pendidikan diberikan bagi anak-anak masyarakat terkemuka. Pendidikan yang lebih tinggi diselenggarakan di Gowa, pusat kekuasaanPortugis di Asia. Pemuda-pemuda yang berbakat dikirim ke sana untuk dididik. Pada tahun 1546, di Ambon telah ada tujuh kampung yang penduduknya memeluk agama Nasrani Katolik. Penyebaran agama nasrani di Indonesia tidak terlepas peranannya dari kebaradaan missionaris. Seorang diantaranya adalah Franciscus Xaverius yang dianggap sebagai peletak batu pertama dari agama katolik di Indonesia (Djumhur, 1976:114; Tatang, 2010:195)
Pendidikan Zaman Pengaruh Kolonialisme Belanda
Pendidikan Zaman VOC
Pendidikan di bawah kekuasaan kolonial Belanda diawali dengan pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh VOC. VOC menyelenggarakan sekolah dengan tujuan untuk misi keagamaan (Protestan), bukan untuk misi intelektualitas, adapun tujuan lainnya adalah untuk menghasilkan pegawai administrasi rendahan di pemerintahan dan gereja. Sekolah-sekolah utamanya didirikan di daerah-daerah yang penduduknya memeluk Katholik yang telah disebarkan oleh bangsa Portugis. Sekolah pertama didirikan VOC di Ambon pada tahun 1607. Sampai dengan tahun 1627 di Ambon telah berdiri 16 sekolah, sedangkan di pulau-pulau lainnya sekitar 18 sekolah (Tatang, 2010:197).
Pada awalnya yang menjadi guru adalah orang Belanda, kemudian digantikan oleh penduduk pribumi, yaitu mereka yang sebelumnya telah dididik di Belanda. Kurikulum pendidikan pada zaman VOC berisi mengenai pelajaran membaca, menulis dan sembahyang. Tujuan didirikan sekolah-sekolaholeh VOC adalah untuk melaksanakan pemeliharaan dan penyebaran agama Protestant, maka dari itu guru yang diangkat adalah para pendeta. Adapun mengenai uraian rencana pelajaran tidak dibuat karena sekolah yang didirikan memiliki tujuan keagamaan bukan intelektualitas  Indonesia (Djumhur, 1976:116)
Pendidikan Zaman Pemerintahan Kolonial Belanda
Ciri-ciri pendidikan zaman ini antara lain: pertama,minimnya partisipasi pendidikan bagi kalangan Bumi Putera, pendidikan umumnya Pendidikan hanya diperuntukan bagi bangsa Belanda dan anak-anak bumi putera dari golonganpriyayi; kedua, pendidikan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja murah ataupegawai rendahan (Tatang, 2010:198).
Tahun 1893 keluar kebijakan diferensiasi sekolah untuk bumi puterasebagai akibat dikeluarkannya  UU Agraris 1870. Kebijakan tersebut ditandai dengan dikeluarkannya Indisch Staatsblad 1893, No 125 yang membagi sekolah Bumi Petera yaitu SekolahKelas I untuk golongan priyayi, sedangkan Sekolah Kelas II untuk golongan rakyatJelata. Isi rencana pelajarandisesuaikan dengan keharusan sekolah untuk mendidik calon-calon pegawai. Pada mata pelajaran tampak adanya penyesuaian dengan keperluan dan kebutuhan perkantoran seperti menggambar, berhitung, dan ilmu pertanian. Mata pelajaran menggambar dilaksanakan dengan cara memberi tugas menggambar peta-peta lapangan, Mata pelajaran berhitung tidak terlepas dari soal-soal yang berhubungan dengan pemungutan pajak tanah, administrasi gudang-gudang garam dan kopi, membuat macam-macam daftar dan tata buku yang sederhana, sedangkan mata pelajaran ilmu pertanian diupayakan agar meningkatkan hasil kuantitas dan kualitas pertanian (Djumhur, 1976:124).
Pengajaran bumiputera pada sekolah kelas I memiliki tujuan memenuhi kebutuhan akan pegawai-pegawai pemerintah, perdagangan, dan perusahaan dengan lama waktu belajar lima tahun dan mata pelajaran yang diberikan adalah membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, sejarah, pengetahuan alam, menggambar, dan ilmu mengukur tanah, sedangkan sekolah kelas II memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan pengajaran di kalangan rakyat umum dengan lama pendidikan tiga tahun. Adapun mengenai mata pelajaran yang diberikan adalah membaca, menulis, dan berhitung. tahun 1914 Sekolah Kelas I diubah menjadi HIS(Holands Inlandse School) 6 tahun dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. Sedangkan Sekolah Kelas II tetap bernama demikan atau disebut Vervoleg School(sekolah sambungan) dan merupakan lanjutan dari Sekolah Desa yang pelaksanaan pendidikan terdiri dari tiga tingkat kelas yaitu Kelas I, Kelas II, dan Kelas III didirikan mulai tahun 1907 (Djumhur, 1976:124; Tatang, 2010:198; Komarudin, 2009:134).
Contoh kurikulum sekolah Desa di Aceh : Pada tingkat kelas I materi pelajaran yaitu membaca dan menulis bahasa melayu dan huruf latin, selain itu terdapat pula latihan bercakap-cakap dan berhitung dari angka 1 sampai dengan angka 20; Pada tingkat kelas II, materi pelajaran yang disampaikan ialah membaca dan menulis dengan huruf latin dan juga arab. Di kelas ini juga diperkenalkan materi dikte; Pada tingkat Kelas III mulai mengenal ulangan atau tes materi pelajaran yang dipelajari, demikin pula dengan berhitung sudah diatas 100, di kelas ini pun telah dikenalkan pecahan sederhana (Komarudin, 2009:134)
Pendidikan Zaman Pengaruh Pendudukan Jepang
            Tujuan pendidikan pada zaman pendudukan Jepang adalah penyebarluasan dan menanamkan ideology Hakko Ichiu  atau ideology kemakmuran bersama di Asia Timur Raya selain itu Isi pengajaran ditujukan juga sebagai alat propaganda untuk kegiatan perang dengan tujuan memenangkan perang dan menyediakan tenaga kasar dan prajurit secara cuma-cuma. Jepang kemudian, menjadikan Bahasa Indoinesia sebagai Bahasa Pengantar sedangkan Bahasa Jepang dijadikan mata pelajaran wajibadat kebiasaan Jepang harus ditaati. Tiap pagi di sekolah-sekolah dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaanJepang Kimigayo”. Upacara pagi dilanjutkan dengan pengibaran bendera Hinomarudan membungkuk untuk menghormat Tenno Heika. Tiap hari para siswa harusmengucapkan sumpah pelajar dalam bahasa Jepang, melakukan taiso (senam), dandiwajibkan pula melakukan kinrohoshi(kerja bakti). (Komarudin, 2009:143-144; Tatang, 2010:218).
            Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang terdiri dari: (1) Pendidikan Dasar (Kokimun Gakko/Sekolah Rakyat) dengan lama pendidikan enam tahun (2) Pendidikan Lanjutan yang terdiri dari Sekolah Menengah Pertama (Shoto Chu Gakko) dengan lama pendidikan tiga tahun dan Sekolah Menengah Tinggi (Koto Chu Gakko) dengan lama pendidikan juga tiga tahun. (3) Pendidikan Kejuruan yang menyangkut bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian. (4) Pendidikan Tinggi. Materi pokok yang diajarkan antara lain: (1) Indoktrinisasi ideology Hakko Ichiu; (2) Nipon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang; (3) Bahasa, Sejarah, dan adat iatiadat jepang; (4) Ilmu Bumi dengan perpektif geopolitis serta (5) Olah raga dan nyanyian Jepang (Komarudin, 2009, 144-145).

Tinjauan  Isi Kurikulum Masa Setelah Kemerdekaan
Tinjauan Isi Kurikulum Pada Rencana Pelajaran 1947-1968
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan pada tahun 1947 dan baru dilaksanakan di sekolah-sekolah tahun 1950 dengan memakai memakai istilah leer plan yang dalam Bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Kurikulum ini memuat dua hal pokok yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya dan garis-garis besar pengajaran (GBP)
Rencana Pelajaran tahun 1947lebih memperhatikan pendidikan watak (value) atau perilaku(attitude)kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada pendidikan pikiran, meliputi : Adapun Rencana Pelajaran Tahun 1947 meliputi : (a) Kesadaran bernegara dan bermasyarakat, (b) Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, dan (c) Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah. Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama.
                                       Tabel Mata Pelajaran SD kurikulum 1947


Rencana Pelajaran Terurai 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :a) Daya cipta, b) Rasa, c) Karsa, d) Karya, e) Moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi. 1) Moral 2) Kecerdasan 3) Emosional/artistik 4) Keprigelan (keterampilan) 5) Jasmaniah.
Berdasarkan kurikulum tersebut maka, seorang guru diwajibkan mengajar satu mata pelajaran.Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat.yaitu sekolah khusus bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan.Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja. Adapun mata pelajaran terdiri dari Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam,  Ilmu Hayat,  Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan kepurtian, Gerak Badan,  Kebersihan dan kesehatan, Didikan budi pekerti, dan  Pendidikan agama.
Kurikulum Rencana Pendidikan 1964
            Pada akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang lalu diubah menjadi Rencana Pendidikan 1964.Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif.Konsep pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sendiri pemecahan persoalan (problem solving). Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah Pancawardhana. Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artisitk, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak.
            Cara belajar dijalankan dengan metode disebut gotong royong terpimpin.Selain itu pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida.Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan, sesuai minat siswa.Mata Pelajaran berdasarkan kurikulum  ini terdiri dari
1.      Pengembangan Moral (mata pelajaran  pendidikan kemasyarakatan dan mata pelajaran pendidikan agama/budi pekerti)
2.      Perkembangan kecerdasan (mata pelajaran Bahasa Daerah, mata pelajaran Bahasa Indonesia, mata pelajaran Berhitung, mata pelajaran  Pengetahuan Alamiah, mata pelajaran Pengembangan emosional/artistic)
3.      Pengembangan emosional/artistik(mata pelajaranPendidikan kesenian)
4.      Pengembangan keprigelan (mata pelajaran  Pendidikan keprigelan)
5.      Pengembangan jasmani (mata pelajaran Pendidikan jasmani/Kesehatan)
                                       Tebel Mata Pelajaran SD Kurikulum 1964




Kurikulum 1968
Pemerintah berusaha melakukan menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia.Kemudian merancang kurikulum 1968.Kurikulum ini bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama.Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati.Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Bidang studi pada kurikum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus yang terdiri dari: (1) Mata pelajaran aspekpembinaan Jiwa Pancasila terdiri dari Pendidikan agama, Pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan Pendidikan olah raga, (2) Mata pelajaran aspek pengembangan pengetahuan dasar  terdiri dari Berhitung, IPA, Pendidikan kesenian, dan Pendidikan kesejahteraan keluarga dan (3) Mata Pelajaran aspek Pembinaan kecakapan khusus terdiri dari Pendidikan kejuruan.
                                         Tabel Mata Pelajaran SD  Kurikulum 1968




Kurikulum Berorientasi Pencapaian Tujuan (1975-1994)
Kurikulum 1975
Kurikulum tahun 1975 dirancang  mewujudkan strategi pembangunan di bawah pemerintahan orde baru dengan program Pelita dan Repelita.Mata Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 terdiri dariPendidikan agama, Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia, IPS, Matematika, IPA, Olah raga dan kesehatan, Kesenian, Keterampilan khusus.Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang meliputi : tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur: (1). Tujuan institusional adalah tujuan yang hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan program pendidikannya. (2) Struktur Program Kurikulumadalah kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap sekolah. (3) Garis-Garis Besar Program Pengajaran terdiri dari:(a.) Tujuan Kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan. (b) Tujuan Instruksional Umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun satu tahun. (c). Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
                                     Tabel Mata Pelajaran SD Kurikulum 1975



Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984.
Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif; (2) Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA); (3) Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran.Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.(4) Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. (5) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak.(6) Menggunakan pendekatan keterampilan proses.
Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kalau pada Kurikulum 1975 terdapat delapan pelajaran inti, pada Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah: Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
Perubahan program jurusan.

         Tabel Mata Pelajaran SD Kurikulum 1984



Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan.Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut: (1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. (2) Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi). (3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. (4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. (5)Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa.(6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. (7) Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
                                   Tabel Mata Pelajaran SD Kurikulum 1994


Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan 25 tentang otonomi daerah.Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas (2002) adalah sebagai berikut: (1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupu klasikal. (2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. (3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. (4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. (5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.Mata Pelajaran terdiri pada kurikulum KBK dari Pendidikan agama, Pendidikan kewarganegaraan dan pengetahuan sosial, Bahasa Indonesia, Matematika,  IPA, Kerajinan tangan dan kesenian, Pendidikan jasmani, dan Mulok.
                             Tabel Mata Pelajaran KBK (kurikulum 2004)



Kurikulum Berbasis Kompetensi (KTSP)
            Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
StandarIsi  (SI) adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum,beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.Sedangkan SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikandan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153) adalah sebagai berikut: (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya; (2) Beragam dan terpadu yang meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu. (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. (4) Relevan dengan kebutuhan. (5) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja. (6) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. (7) Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. (8) Seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal.




                                Tabel Mata Pelajaran SD Kurikulum KTSP



Daftar Pustaka
Ansyar, M. 1992. Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta: Ditjen Pendidikan Tinggi
Djumhur. 1976.  Sejarah Pendidikan. Bandung:CV Ilmu Bandung
Pesponegoro, M. 1993. Sejarah Nasional  Indonesia II. Jakarta:Balai Pustaka
Pesponegoro,M. 1993. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta:Balai Pustaka
Sanjaya, W. 2008.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, N. 1992.Pendidikan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru
Tatang.S. 2010.Landasan Historis Pendidikan. Jakarta:Universitas Pendidikan Indonesia
Tirtarahardja, U. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar