TINJAUAN ISI PENDIDIKAN (KURIKULUM)
DALAM PERSPEKTIF HISTORIS
Oleh :
Sri Purwati
Pendahuluan
Kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena
kurikulum bagian dari program pendidikan karena kurikulum berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan dan bukan semata-mata hanya menghasilkan suatu
bahan pelajaran melalui program pendidikan yang telah direncanakan. Menurut Hyemen, kurikulum adalah
seperangkat mata pelajaran dan materi pelajaran yang terorganisir. Berbeda
dengan pendapat Hyemen, Macdonald mengungkapkan pengertian kurikulum sebagai
rencana kegiatan untuk menentukan pengajaran, sedangkan Taba mendefinisikan
kurikulum sebagai rencana untuk membelajarkan peserta didik (Tirtarahardja,
2008:270).
Kurikulum tidak hanya memperhatikan perkembangan dan
pembangunan masa sekarang tetapi juga mengarahkan perhatian ke masa
depan.Tujuan pendidikan sekolah lebih luas dan kompleks karena dituntut selalu
sesuai dengan perubahan. Kurikulum harus selalu diperbarui sejalan dengan
perubahan itu seperti yang terjadi di Indonesia. Dipandang dalam aspek historis kurikulum telah mengalami berbagai
perubahan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Untuk mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan, kurikulum disusun secara strategis dan dirumuskan
menjadi program-program tertentu sejak sebelum kemerdekaan hingga masa setelah
kemerdekaan.
Perubahan
kurikulum terkait dengan aspek pengembangan kurikulum. Pembaharuan kurikulum
biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh
perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya
terjadi pada komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode
saja, atau sistem penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh
bila mencakup perubahan semua komponen kurikulum.Maka dari itu, tulisan ini
akan mendalami lebih lanjut tentang tinjauan isi kurikulum dalam perspektif sejarah.
Hakikat kurikulum
Istilah
kurikulum berasal dari kata curir yang berarti pelari dan curere yang artinya tempat
berpacu.Berdasarkan arti yang terkandung di dalam rumusan tersebut maka Zais
dalam Ansyar (1992:7) menganalogikan kurikulum sebagai arena tempat peserta
didik “berlari” untuk mencapai “finis”, berupa ijazah, diploma atau gelar.Sementara
Print dalam Sanjaya (2010:4) memandang sebuah kurikulum sebagai perencanaan
pengalaman belajar, program sebuah lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam
sebuah dokumen serta hasil dari implementasi dokumen yang telah disusun.
Menurut Sudjana (1993:37) pada
umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut komponen kurikulum yakni: (a)
Perubahan dalam tujuan; (b) Perubahan isi dan struktur; (c) Perubahan strategi
kurikulum;(d) Perubahan sarana kurikulum; (e) Perubahan dalam sistem evaluasi
kurikulum. Adapun mengenai tinjauan isi kurikulum menfokuskan tinjauannya pada struktur
mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran, aktivitas belajar anak, pengalaman yang harus diberikan
kepada anak, juga organisasi atau pendekatan dari mata pelajaran-mata pelajaran tersebut. Dengan
demikian, untuk mencapai tujuan pendidikan perlu diperharikan tinjauan isi
kurikulum, sedangkan dalam hubungan dengan pembangunan nasional, kurikulum
pendidikan mengisi upaya pembentukan sumber daya manusia untuk pembangunan.
Tinjauan Isi Kurikulum Berdasarkan Aspek Sejarah
Tinjauan Isi Kurikulum Masa Sebelum Kemerdekaan
Secara
historis meninjau pelaksanaan
kurikulum sebenarnya telah lama ada di Indonesia walaupun istilah kurikulum
belum ada namun isi atau muatan kurikulum telah ada. Hal ini dapat diketahui
dari adanya tujuan pendidikan dan isi kurikulum seperti adanya mata pelajaran
yang diberikan kepada peserta didik dengan sistem yang sederhana dibandingkan
dengan kurikulum pada masa kemerdekaan yang telah menggunakan istilah kurikulum Leer Plan (Rencana Pelajaran).
Pendidikan
Zaman Purba
Tujuan pendidikan pada zaman
purba menurut Djumhur (1976:104) adalah agar anak-anak kelak dapat memegang
kekuasaan dalam masyarakat sebagai manusia yang mempunyai kecakapan istimewa
yaitu mempunyai semangat gorong royong, menghormati para empu (pandai besi dan
dukun),dan taat akan adat. Sedangkan menurut Tatang (2010:191).Tujuan pendidikan pada zaman ini adalah agar generasi muda dapatmencari
nafkah, membela diri, hidup bermasyarakat, taat terhadap adapt dan terhadap nilai-nilai
religi (kepercayaan) yang mereka yakiniAdapun Istilah pandai besi merupakan sebutan bagi
seseorang yang ahli pengetahuan duniawi dan istilah dukun adalah ahli dalam
pengetahuan maknawiah Dengan demikian berdasarkan tinjauan isi pendidikan maka,
pendidikan yang dilaksanakan dalam lingkungan keluarga dianggap telah mencukupi
kebutuhan.
Walaupun pada zaman ini
belaum di kenal istilah kurikulum namun pendidikannya telah mencakup aspek
kajian kurikulum. meliputi
pengetahuan, sikap dan nilai mengenai
kepercayaan melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka menyembah nenek
moyang, pendidikan keterampilan mencari nafkah (khususnya bagi anak laki-laki)
dan pendidikan hidup bermasyarakat serta bergotong royong melalui kehidupan
riil dalam masyarakatnya(Tatang, 2010:192).
Pendidikan Pengaruh Zaman Kerajaan Hindu
Budha
Pendidikan pada zaman ini, selain diselenggarakan di
dalam keluarga dan didalam kehidupan keseharian masyarakat, juga
diselenggarakan di dalam lembaga pendidikan yang disebut Perguruan (Paguron).
Pada zaman Hindu Budha di
Indonesia sistem pendidikan disesuaikan dengan cara di India, yaitu sistem guru
kula. Sistem ini sama dengan sistem
pendidikan asrama. Hal
ini sebagaimana telah berlangsung di kerajaan Tarumanegara dan Kutai. Dalam
sistem ini murid tinggal bersama guru di rumah guru atau asrama, murid mengabdi
dan sekaligus belajar kepada guru. Pola pendidikan seperti ini juga tampak pada
zaman berkembangnya agama Budha yang berpusat di Kerajaan Sriwijaya (di
Palembang), telah terdapat perguruan tinggi Budha. Selain dari dalam negeri sendiri,
murid-muridnya juga berasal dari Tiongkok, Jepang, dan Indocina. Pada perguruan
tinggi Budha tersebut terdapat gurusangat terkenal sebagai maha guru Budha yaitu Darmapala (Djumhur, 1976:109; Tatang, 2010:193)
Pada awalnya yang menjadi pendidik (guru atau
pandita) adalah kaum Brahmana,
kemudian lama kelamaan para empu menjadi guru menggantikan kedudukan para
Brahmana. Terdapat tingkatan guru: pertama, guru (perguruan) keraton, di sini yang menjadi murid-muridnya adalah para anak
raja dan bangsawan; kedua adalah guru (perguruan) pertapa, di sini yang menjadi murid-muridnya berasal dari
kalangan rakyat jelata. Guru-guru pertapa lebih berjiwa kerakyatan, mereka
ingin mendekati rakyat dan tidak mendekati keratin, bahkan menjauhi atau
bersembunyi di hutan-hutan, supaya tidak berselisih dengan raja sedangkan
mengenai Budha (Djumhur, 1976:109).
Tujuan pendidikan identik dengan
tujuan hidup yaitu manusia hidup untuk mencapai moksa bagi agama Hindu, dan
manusia mencapai nirwana bagi agama Budha. Adapun materi-materi pelajaran yang
diberikan ketika itu antara lain: teologi, bahasa dan sastra, ilmu-ilmu
kemasyarakatan, ilmu-ilmu eksakta seperti ilmu perbintangan, ilmu pasti,
perhitungan waktu, seni bangunan, seni rupa dan lain-lain. Menurut I-Tsing
seorang pendeta Cina, bila ingin belajar ke India, sebaiknya belajar
dahulu setahun dua tahun di Fo-Shih
(Sriwijaya) baru setelah itu ke India. Ia telah tinggal di sana selama empat
tahun antara 685-689 untuk menterjemahkan kitab Budha dari Bahasa Sansekerta ke
dalam Bahasa Cina (Poesponegoro, 1993:76).
Pendidikan Pengaruh Zaman Kerajaan Islam
Tujuan pendidikan pada zaman kerajaan Islam diarahkan agar manusia
bertaqwa kepada Allah S.W.T., sehingga mencapai keselamatan di dunia dan akhirat
melalui “iman, ilmu dan amal”. Selain berlangsung di dalam keluarga, pendidikan
berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan lainnya, seperti: di langgar-langgar,
mesjid, dan pesantren. Pendidikan berisi tentang tauhid (pendidikan keimanan
terhadap Allah S.W.T.), Al-Qur’an, hadist, fikih, bahasa Arab termasuk membaca
dan menulis huruf Arab (Tatang, 2010:194).
Pendidikan dilakukan dengan metode yangbervariasi,
tergantung dengan sifat materi pendidikan, tujuan, dan peserta didiknya. Contoh
metode yang sering digunakan adalah: ceramah atau tabligh (wetonan)
untuk menyampaikan materi ajar bagi orang banyak (belajar bersama) biasanya
dilakukan dimesjid; mengaji Al-Qur’an dan sorogan (cara-cara belajar individual). Dalam metode sorogan walaupun para santri bersama-sama dalam satu ruangan, tetapi mereka
belajar dan diajar oleh ustadz secara individual. (Tatang, 2010:195)
Langgar merupakan tempat pengajaran agama permulaan
untuk murid belajar abjad arab, mengeja ayat-ayat Al-Qur’an. Sedangkan pada
pesantren menjadi lembaga pendidikan lebih lanjut dan lebih mendalam.
Murid-murid di pesanteren disebut dengan istilah santri. Adapun mata pelajaran
yang diajarkan yaitu Usuluddin (pokok-pokok ajaran kepercayaan), Usul Fiqh
(Alat penggali hukum dari Al-Qur’an dan Hadist), dan Fiqh (cabang dari
usuluddin) (Djumhur, 1976:112-13).
Pesantren
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai atau ulama-ulama. Pada masa
pertumbuhan Islam di Jawa, terdapat pesantren-pesantren diantaranya Pesantren
di Ampel yang didirikan oleh Sunan Ampel atau Raden Rahmat, Denta, Surabaya (Poesponegoro, 1993:192)
Pendidikan Zaman PengaruhPortugis dan
Spanyol
Pengaruh bangsa Portugis dalam bidang pendidikan
utamanyaberkenaan dengan penyebaran agama Katholik. Demi kepentingan tersebut,
tahun 1536 mereka mendirikan sekolah (Seminarie)
di Ternate, selain itu didirikan pula di sekolah
Solor. Kurikulum pendidikannya berisi pendidikan agama Katolik, ditambah
pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Pendidikan diberikan bagi anak-anak
masyarakat terkemuka. Pendidikan yang lebih tinggi diselenggarakan di Gowa,
pusat kekuasaanPortugis di Asia. Pemuda-pemuda yang berbakat dikirim ke sana
untuk dididik. Pada tahun 1546, di Ambon telah ada tujuh kampung yang
penduduknya memeluk agama Nasrani Katolik. Penyebaran agama nasrani di
Indonesia tidak terlepas peranannya dari kebaradaan missionaris. Seorang
diantaranya adalah Franciscus Xaverius yang dianggap sebagai peletak batu
pertama dari agama katolik di Indonesia (Djumhur, 1976:114; Tatang, 2010:195)
Pendidikan Zaman Pengaruh Kolonialisme
Belanda
Pendidikan Zaman VOC
Pendidikan di bawah kekuasaan kolonial Belanda diawali
dengan pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh VOC. VOC menyelenggarakan
sekolah dengan tujuan untuk misi keagamaan (Protestan), bukan untuk misi intelektualitas,
adapun tujuan lainnya adalah untuk menghasilkan pegawai administrasi rendahan
di pemerintahan dan gereja. Sekolah-sekolah utamanya didirikan di daerah-daerah
yang penduduknya memeluk Katholik yang telah disebarkan oleh bangsa Portugis.
Sekolah pertama didirikan VOC di Ambon pada tahun 1607. Sampai dengan tahun
1627 di Ambon telah berdiri 16 sekolah, sedangkan di pulau-pulau lainnya
sekitar 18 sekolah (Tatang, 2010:197).
Pada awalnya yang menjadi guru adalah orang Belanda, kemudian digantikan oleh
penduduk pribumi, yaitu mereka yang sebelumnya telah dididik di Belanda. Kurikulum pendidikan pada zaman VOC berisi mengenai
pelajaran membaca, menulis dan sembahyang. Tujuan didirikan sekolah-sekolaholeh
VOC adalah untuk melaksanakan pemeliharaan dan penyebaran agama Protestant,
maka dari itu guru yang diangkat adalah para pendeta. Adapun mengenai uraian
rencana pelajaran tidak dibuat karena sekolah yang didirikan memiliki tujuan
keagamaan bukan intelektualitas
Indonesia (Djumhur, 1976:116)
Pendidikan Zaman Pemerintahan Kolonial Belanda
Ciri-ciri pendidikan zaman ini antara lain:
pertama,minimnya partisipasi pendidikan bagi kalangan Bumi Putera, pendidikan
umumnya Pendidikan hanya diperuntukan bagi bangsa Belanda dan anak-anak bumi
putera dari golonganpriyayi; kedua, pendidikan bertujuan untuk menghasilkan
tenaga kerja murah ataupegawai rendahan (Tatang, 2010:198).
Tahun 1893 keluar kebijakan diferensiasi sekolah untuk
bumi puterasebagai akibat dikeluarkannya
UU Agraris 1870. Kebijakan tersebut ditandai dengan dikeluarkannya Indisch Staatsblad 1893, No 125 yang membagi sekolah Bumi Petera yaitu
SekolahKelas I untuk golongan priyayi, sedangkan Sekolah Kelas II untuk
golongan rakyatJelata. Isi rencana pelajarandisesuaikan dengan keharusan
sekolah untuk mendidik calon-calon pegawai. Pada mata pelajaran tampak adanya
penyesuaian dengan keperluan dan kebutuhan perkantoran seperti menggambar,
berhitung, dan ilmu pertanian. Mata pelajaran menggambar dilaksanakan dengan
cara memberi tugas menggambar peta-peta lapangan, Mata pelajaran berhitung
tidak terlepas dari soal-soal yang berhubungan dengan pemungutan pajak tanah,
administrasi gudang-gudang garam dan kopi, membuat macam-macam daftar dan tata
buku yang sederhana, sedangkan mata pelajaran ilmu pertanian diupayakan agar
meningkatkan hasil kuantitas dan kualitas pertanian (Djumhur, 1976:124).
Pengajaran bumiputera pada sekolah kelas I memiliki
tujuan memenuhi kebutuhan akan pegawai-pegawai pemerintah, perdagangan, dan
perusahaan dengan lama waktu belajar lima tahun dan mata pelajaran yang
diberikan adalah membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, sejarah, pengetahuan
alam, menggambar, dan ilmu mengukur tanah, sedangkan sekolah kelas II memiliki
tujuan untuk memenuhi kebutuhan akan pengajaran di kalangan rakyat umum dengan
lama pendidikan tiga tahun. Adapun mengenai mata pelajaran yang diberikan
adalah membaca, menulis, dan berhitung. tahun 1914 Sekolah Kelas I diubah
menjadi HIS(Holands Inlandse School) 6 tahun dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.
Sedangkan Sekolah Kelas II tetap bernama demikan atau disebut Vervoleg School(sekolah
sambungan) dan merupakan lanjutan dari Sekolah Desa yang pelaksanaan pendidikan
terdiri dari tiga tingkat kelas yaitu Kelas I, Kelas II, dan Kelas III
didirikan mulai tahun 1907 (Djumhur, 1976:124; Tatang, 2010:198; Komarudin,
2009:134).
Contoh kurikulum sekolah Desa di Aceh : Pada tingkat
kelas I materi pelajaran yaitu membaca dan menulis bahasa melayu dan huruf
latin, selain itu terdapat pula latihan bercakap-cakap dan berhitung dari angka
1 sampai dengan angka 20; Pada tingkat kelas II, materi pelajaran yang
disampaikan ialah membaca dan menulis dengan huruf latin dan juga arab. Di
kelas ini juga diperkenalkan materi dikte; Pada tingkat Kelas III mulai
mengenal ulangan atau tes materi pelajaran yang dipelajari, demikin pula dengan
berhitung sudah diatas 100, di kelas ini pun telah dikenalkan pecahan sederhana
(Komarudin, 2009:134)
Pendidikan Zaman Pengaruh Pendudukan Jepang
Tujuan pendidikan pada zaman
pendudukan Jepang adalah penyebarluasan dan menanamkan ideology Hakko
Ichiu atau ideology kemakmuran bersama
di Asia Timur Raya selain itu Isi pengajaran ditujukan juga sebagai alat
propaganda untuk kegiatan perang dengan tujuan memenangkan perang dan
menyediakan tenaga kasar dan prajurit secara cuma-cuma. Jepang kemudian,
menjadikan Bahasa Indoinesia sebagai Bahasa Pengantar sedangkan Bahasa Jepang
dijadikan mata pelajaran wajibadat kebiasaan Jepang harus ditaati. Tiap pagi di sekolah-sekolah dimulai dengan
menyanyikan lagu kebangsaanJepang “Kimigayo”. Upacara pagi dilanjutkan dengan pengibaran bendera Hinomarudan
membungkuk untuk menghormat Tenno Heika. Tiap hari para siswa harusmengucapkan sumpah pelajar dalam bahasa
Jepang, melakukan taiso (senam), dandiwajibkan pula melakukan kinrohoshi(kerja
bakti). (Komarudin,
2009:143-144; Tatang, 2010:218).
Sistem pendidikan pada masa
pendudukan Jepang terdiri dari: (1) Pendidikan Dasar (Kokimun Gakko/Sekolah Rakyat) dengan lama pendidikan enam tahun (2)
Pendidikan Lanjutan yang terdiri dari Sekolah Menengah Pertama (Shoto Chu Gakko) dengan lama pendidikan
tiga tahun dan Sekolah Menengah Tinggi (Koto
Chu Gakko) dengan lama pendidikan juga tiga tahun. (3) Pendidikan Kejuruan
yang menyangkut bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan
pertanian. (4) Pendidikan Tinggi. Materi pokok yang diajarkan antara lain: (1)
Indoktrinisasi ideology Hakko Ichiu; (2)
Nipon Seisyin, yaitu latihan
kemiliteran dan semangat Jepang; (3) Bahasa, Sejarah, dan adat iatiadat jepang;
(4) Ilmu Bumi dengan perpektif geopolitis serta (5) Olah raga dan nyanyian
Jepang (Komarudin, 2009, 144-145).
Tinjauan Isi Kurikulum Masa Setelah Kemerdekaan
Tinjauan Isi Kurikulum Pada Rencana Pelajaran 1947-1968
Kurikulum
pertama yang lahir pada masa kemerdekaan pada tahun 1947 dan baru dilaksanakan
di sekolah-sekolah tahun 1950 dengan memakai memakai istilah leer plan yang dalam Bahasa Belanda,
artinya rencana pelajaran. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia
masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya
meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Kurikulum ini memuat dua hal pokok
yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya dan garis-garis besar
pengajaran (GBP)
Rencana
Pelajaran tahun 1947lebih memperhatikan pendidikan watak (value) atau
perilaku(attitude)kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada
pendidikan pikiran, meliputi : Adapun Rencana Pelajaran Tahun 1947 meliputi : (a)
Kesadaran bernegara dan bermasyarakat, (b)
Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, dan (c) Perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah
Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura diberikan bahasa daerah.
Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu
Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara,
Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan,
Didikan Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama.
Tabel
Mata Pelajaran SD kurikulum 1947
Rencana Pelajaran Terurai 1952
Setelah
Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.Yang paling
menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari. Fokusnya pada pengembangan Pancawardhana, yaitu :a) Daya cipta, b)
Rasa, c) Karsa, d) Karya, e) Moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima
kelompok bidang studi. 1) Moral 2) Kecerdasan 3) Emosional/artistik 4)
Keprigelan (keterampilan) 5) Jasmaniah.
Berdasarkan
kurikulum tersebut maka, seorang guru diwajibkan mengajar satu mata
pelajaran.Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat.yaitu sekolah khusus
bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat
mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan
perikanan.Tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung
bekerja. Adapun mata pelajaran terdiri dari Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat,
Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan,
Pekerjaan kepurtian, Gerak Badan, Kebersihan dan kesehatan, Didikan budi pekerti,
dan Pendidikan agama.
Kurikulum Rencana Pendidikan 1964
Pada
akhir era kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang lalu diubah menjadi
Rencana Pendidikan 1964.Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah
konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif.Konsep
pembelajaran ini mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan
sendiri pemecahan persoalan (problem solving). Rencana Pendidikan 1964
melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada pengembangan daya cipta,
rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan istilah
Pancawardhana. Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu
kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional/artisitk, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan
perkembangan anak.
Cara belajar dijalankan dengan
metode disebut gotong royong terpimpin.Selain itu pemerintah menerapkan hari
sabtu sebagai hari krida.Maksudnya, pada hari Sabtu, siswa diberi kebebasan
berlatih kegitan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan,
sesuai minat siswa.Mata Pelajaran berdasarkan kurikulum ini terdiri dari
1. Pengembangan
Moral (mata pelajaran pendidikan kemasyarakatan dan mata pelajaran pendidikan
agama/budi pekerti)
2. Perkembangan
kecerdasan (mata pelajaran Bahasa Daerah, mata pelajaran Bahasa Indonesia,
mata pelajaran Berhitung, mata pelajaran Pengetahuan Alamiah, mata
pelajaran Pengembangan emosional/artistic)
3. Pengembangan
emosional/artistik(mata pelajaranPendidikan kesenian)
4. Pengembangan
keprigelan (mata pelajaran Pendidikan keprigelan)
5. Pengembangan
jasmani (mata pelajaran Pendidikan jasmani/Kesehatan)
Tebel Mata Pelajaran SD Kurikulum 1964
Kurikulum 1968
Pemerintah berusaha melakukan menyempurnakan
sistem kurikulum di Indonesia.Kemudian merancang kurikulum 1968.Kurikulum ini bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama.Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat
politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati.Kurikulum 1968
menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Bidang studi pada kurikum
ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus yang terdiri dari: (1) Mata pelajaran aspekpembinaan Jiwa Pancasila terdiri dari Pendidikan
agama, Pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, dan Pendidikan olah raga, (2) Mata
pelajaran aspek pengembangan pengetahuan dasar terdiri dari Berhitung, IPA, Pendidikan kesenian, dan Pendidikan
kesejahteraan keluarga dan (3) Mata
Pelajaran aspek Pembinaan kecakapan khusus terdiri dari Pendidikan
kejuruan.
Tabel Mata Pelajaran SD Kurikulum
1968
Kurikulum Berorientasi Pencapaian
Tujuan (1975-1994)
Kurikulum 1975
Kurikulum
tahun 1975 dirancang mewujudkan strategi
pembangunan di bawah pemerintahan orde baru dengan program Pelita dan Repelita.Mata
Pelajaran dalam Kurikulum tahun 1975 terdiri dariPendidikan agama, Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa
Indonesia, IPS, Matematika, IPA, Olah raga dan kesehatan, Kesenian, Keterampilan
khusus.Pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh siswa yang
lebih dikenal dengan khirarki tujuan pendidikan, yang meliputi : tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Kurikulum 1975 memuat ketentuan
dan pedoman yang meliputi unsur-unsur: (1). Tujuan
institusional adalah tujuan yang hendak dicapai lembaga dalam
melaksanakan program pendidikannya. (2)
Struktur Program Kurikulumadalah kerangka umum program pengajaran yang
akan diberikan pada tiap sekolah. (3)
Garis-Garis Besar Program Pengajaran terdiri dari:(a.) Tujuan Kurikuler,
yaitu tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program pengajaran yang
bersangkutan selama masa pendidikan. (b) Tujuan Instruksional Umum, yaitu
tujuan yang hendak dicapai dalam setiap satuan pelajaran baik dalam satu
semester maupun satu tahun. (c). Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Tabel Mata Pelajaran SD
Kurikulum 1975
Kurikulum 1984
Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun
1983 dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan sidang umum MPR 1983 yang produknya
tertuang dalam GBHN 1983 menyiratakan keputusan politik yang menghendaki
perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984.
Kurikulum
1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) berorientasi kepada tujuan
instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar
kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus
benar-benar fungsional dan efektif; (2) Pendekatan pengajarannya berpusat pada
anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA); (3) Materi pelajaran
dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang
digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran.Semakin tinggi kelas dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas
materi pelajaran yang diberikan.(4) Menanamkan pengertian terlebih dahulu
sebelum diberikan latihan. (5) Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan
atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat
kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui
pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak.(6) Menggunakan
pendekatan keterampilan proses.
Adanya
perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kalau pada Kurikulum 1975
terdapat delapan pelajaran inti, pada Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata
pelajaran inti. Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah:
Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa
dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi,
Kimia, Fisika, Biologi, Matematika, Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan,
Pendidikan Jasmani dan Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
Perubahan program jurusan.
Tabel Mata Pelajaran SD Kurikulum
1984
Kurikulum 1994
Kurikulum
1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan.Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya
dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi
siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup banyak.
Terdapat
ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai
berikut: (1) Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. (2)
Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi). (3) Kurikulum 1994 bersifat
populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di
seluruh Indonesia. (4) Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara
mental, fisik, dan sosial. (5)Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya
disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir
siswa.(6) Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek. (7) Pengulangan-pengulangan
materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa.
Tabel Mata Pelajaran SD
Kurikulum 1994
Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikulum 1994 disempurnakan lagi sebagai
respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik
menjadi disentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 22 dan
25 tentang otonomi daerah.Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). KBK adalah seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa,
penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan
dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Adapun karakteristik KBK menurut Depdiknas
(2002) adalah sebagai berikut: (1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi
siswa baik secara individual maupu klasikal. (2) Berorientasi pada hasil
belajar (learning outcomes) dan keberagaman. (3) Penyampaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. (4) Sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
(5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.Mata Pelajaran terdiri pada kurikulum KBK dari Pendidikan agama,
Pendidikan kewarganegaraan dan pengetahuan sosial, Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, Kerajinan tangan dan kesenian, Pendidikan jasmani, dan Mulok.
Tabel Mata Pelajaran KBK (kurikulum 2004)
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran
2007/2008 dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).
StandarIsi (SI) adalah ruang lingkup materi dan tingkat
kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi
merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum,beban belajar, kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan.Sedangkan SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan.SKL meliputi kompetensi untuk seluruh mata
pelajaran atau kelompok mata pelajaran.Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati.
Tujuan
diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan
melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikandan mendorong
sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.
Adapun
prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006
sebagaimana dikutip dari Mulyasa (2006: 151-153) adalah sebagai berikut: (1) Berpusat
pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya;
(2) Beragam dan terpadu yang meliputi substansi komponen muatan wajib
kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu. (3) Tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.Kurikulum
dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
berkembang secara dinamis. (4) Relevan dengan kebutuhan. (5) Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan
kebutuhan hidup dan dunia kerja. (6) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi
kurikulum direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua
jenjang pendidikan. (7) Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada
proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. (8) Seimbang antara kepentingan global, nasional,
dan lokal.
Tabel Mata Pelajaran SD Kurikulum KTSP
Daftar Pustaka
Ansyar, M. 1992. Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta: Ditjen Pendidikan
Tinggi
Djumhur.
1976. Sejarah
Pendidikan. Bandung:CV
Ilmu Bandung
Pesponegoro, M. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta:Balai Pustaka
Pesponegoro,M. 1993. Sejarah Nasional Indonesia III.
Jakarta:Balai Pustaka
Sanjaya,
W. 2008.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, N. 1992.Pendidikan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar
Baru
Tatang.S.
2010.Landasan Historis Pendidikan.
Jakarta:Universitas Pendidikan Indonesia
Tirtarahardja,
U. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta :
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar