Sabtu, 09 November 2013

Jawaban Ujian Akhir Martikulasi Mata Kuliah Psikologi



Jawaban Ujian Akhir Martikulasi

Program Studi Magister Teknologi Pendidikan

Universitas Sriwijaya

Nama Mahasiswa        : Sri Purwati
NIM                            : 06032681318031
Mata Kuliah                : Psikologi
Dosen                          : Prof. Dr. H. Fuad Abd. Rachman, M. Ed
 Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag, M. Si
Soal
1.      Diantara berbagai faktor  yang mempengaruhi belajar siswa, motivasi sering dipandang sebagai faktor yang cukup dominan. Jelaskan dan berikan contoh apa saja yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswanya!
2.      Salah satu implikasi penelitian-penelitian tentang memori terhadap pembelajaran adalah  bahwa guru harus memandang tugas mereka adalah untuk membantu siswa membentuk record (rekaman) permanen terhadap informasi yang disajikan di kelas. Jelaskan apa maksudnya dan berikan contoh !
3.      Menurut para ahli, emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Jelaskan apa yang dapat dilakukan oleh guru dalam kaitan dengan ini guna membantu siswa memaksimalkan hasil belajarnya dan berikan contoh!
4.      Menurut De Bono (1989) ada dua tipe berfikir, yaitu berfikir vertikal dan berfikir lateral. Kedua-duanya perlu dikembangkan pada diri siswa melalui proses pembelajaran. Menurut pendapat anda, apa yang bias dilakukan oleh para guru saat ini dalam mengembangkan kedua tipe berfikir ini pada diri siswa? Jelaskan dan berikan contoh aplikasinya!
Jawaban
1.      Usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan cara:
(a)    Menumbuhkan dan membentuk sikap positif pada diri siswa pada awal kegiatan pembelajaran. Usaha ini dapat dilakukan melalui kegiatan apersepsi. Guru dapat mengajukan pertanyaan untuk menumbuhkan ketertarikan siswa pada kegiatan pembelajaran yang akan dilalui. Kemudian menumbuhkan sikap positif pada siswa sehingga siswa memiliki motivasi untuk mengetahui manfaat apa yang akan dia dapatkan bila siswa tersebut mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Pada kegiatan awal pembelajaran ini siswa akan mengetahui tujuan dari pembelajaran. Sebagai guru kita dapat pula memberikan motivasi kepada siswa agar motivasi yang belum ia miliki oleh siswa dapat tumbuh dan bila telah ada motivasi dalam diri siswa dapat semakin meningkat menghasilkan dorongan dan semangat untuk belajar.
(b)   Memberikan stimulus (rangsangan) untuk menumbuhkan ketertarikan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Stimulus atau rangsangan yang dapat dilakukan selama proses pembelajaran seperti menimbulkan daya tarik pada siswa melalui kegiatan permainan dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan materi pembelajaran atau melalui pemanfaatan multimedia dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru sebaiknya telah terlebih dahulu merancang kegiatan pembelajaran sehingga guru dapat lebih mudah mengelola kelas dan menciptakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan memanfaatkan model-model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Menstimulasi siswa melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan akan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Karena dengan kegiatan yang menyenangkan akan mampu membawa perubahan terhadap diri siswa.
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan seorang guru untuk meningkatkan motivasi siswa selain dari  apa yang diungkapkan diatas selama proses pembelajaran yaitu:
(1)     Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui pemberian hadiah (rewards). Pemberian rewards berkaitan dengan kebutuhan akan penghargaan pada diri siswa. Bentuk rewards  yang dapat diberikan seperti sertifikat, buku pelajaran, atau pujian dan penghargaan. Contohnya bila siswa berhasil menjawab pertanyaan dengan benar maka guru dapat memberikan ungkapan dengan simbol mengacungkan jempolnya atau ketika siswa mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar maka guru dapat menepuk bahu siswa tersebut sambil mengucapkan jawaban yang diberikan adalah benar. Dengan melakukan tindakan tersebut, akan tembul semangat, percaya diri, dan rasa kebanggaan pada siswa sehingga ia akan semakin bersemangat untuk belajar dengan demikian dapat dikatakan motivasi belajar siswa itu pun akan semakin meningkat.
(2)     Meningkatkan motivasi belajar siswa melalui kompetisi antara siswa. Adanya kompetisi atau persaingan antara siswa dapat memotivasi siswa untuk semakin kearah yang lebih baik. Dalam kompetisi semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi seorang pemenang dengan alasan tersebut siswa akan bersaing dan berusaha untuk menjadi yang terbaik sebagai seorang pemenang.
(3)     Meningkatkan motivasi siswa melalui pemberian ulangan. Kegiatan pemberian ulangan pada siswa akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebab siswa akan berusaha untuk mendapatkan hasil ulangan yang baik sehingga akan memicunya untuk belajar lebih giat dalam menghadapi ulangan.
(4)     Meningkatkan motivasi siswa melalui penilaian hasil ulangan atau hasil kerja siswa dan memberitahukan hasil ulangan atau hasil kerja yang telah dicapai. Penilaian terhadap hasil belajar dan hasil kerja siswa sangat dibutuhkan siswa karena dengan mengetahui hasil tersebut akan sangat efektif dalam peningkatan motivasi siswa.
(5)     Memberikan contoh yang positif dan inspiratif untuk meningkatkan motivasi. Dalam kegiatan pembelajaran, guru dapat menyampaikan kisah-kisah inspiratif terhadap pentingnya belajar yang dapat meningkatkan motivasi belajar pada siswa.
(c)    Membantu siswa mencapai kompetensinya dan memberikan reinforcement (penguatan) pada kegiatan akhir pembelajaran. Pada akhir kegiatan pembelajaran guru harus membantu siswa dalam memberikan keyakinan padanya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.      Maksud dari istilah guru harus memandang tugas mereka untuk membantu siswa membentuk record (rekaman) permanen terhadap informasi yang disajikan di kelas adalah guru harus memahami peran dan tugas seorang guru untuk membantu siswa membentuk record (rekaman) informasi pada siswa. Hal ini sangat berkaitan dengan fungsi memori siswa sebagai pemberian kode atau sandi, menyimpan dan menimbulkan atau memunculkan kembali atas informasi yang didapatkan siswa. Adapun tugas guru dalam membantu siswa membentuk permanen record memory (memori permanen) atau long term memory berkaitan dengan peran guru sebagai penyampai informasi. Agar tujuan tersebut tercapai maka, guru harus mengetahui struktur memori. Struktur memori terdiri dari sensory storage, short-term memory, dan long-term memory. Agar siswa sampai pada tahap permanen record memory  atau long-term memory,  maka terlebih dahulu siswa akan melalui tahap memori  yang disebut sensory storage. Pada tahap  sensory storage, guru harus mengetahui keterbatasan memori siswa dalam merencanakan dan memberikan pembelajaran. Bila guru terlalu banyak menyampaikan informasi dan terlalu cepat pula dalam penyampaiannya maka, memori siswa tidak akan mampu merekamnya dengan baik. Sebaliknya guru harus menyampaikan informasi dengan mengatur kecepatan informasi yang diberikan, memberikan waktu bagi siswa untuk memproses seluruh informasi tersebut sehingga akan terbentuk rekaman informasi yang baik pada siswa selain itu guru dapat pula mengindikasikan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting dengan menaikan atau menurunkan intonasi suara. Tahap selanjutnya setelah memori siswa melalui tahap sensory stroge, adalah tahap short term memory. Pada tahap ini guru dapat melakukan pengulangan beberapa ide selama beberapa kali, kemudian berhenti sejenak untuk menuliskan poin-poin penting di papan tulis,  memberikan banyak contoh atau ilustrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir dan mengulangi secara mental mengenai apa saja yang baru mereka pelajari. Kegiatan ini akan sangat membantu siswa dalam proses perekaman informasi menuju long term memory (memori permanen). Memori permanen merupakan bagian dari sistem memori yang dapat menyimpan informasi dalam masa yang lama. Agar memori pada siswa menuju memori permanen guru memberikan pengulangan informasi atau merancang proses pembelajaran yang mengarahkan pada prinsip pengulangan misalnya melalui pemberian tugas atau ulangan yang materinya bedasarkan kumpulan pokok bahasan materi sebelumnya yang telah dipelajari. Cara lain yang dapat dilakukan agar memori tersebut lama tersimpan dalam memori maka, guru dapat membantu siswa  dengan melakukan pembelajaran bermakna yaitu proses pembelajaran yang mencakup keterkaitan antara informasi baru dan sesuatu yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang melalui kegiatan pengerjaan tugas pembelajaran.
3.      Tindakan yang dapat dilakukan oleh guru dalam kaitan dengan emosi siswa guna membantu siswa memaksimalkan hasil belajarnya adalah dengan meningkatkan dan mempengaruhi emosi pada siswa menjadi emosi yang positif. Guru dapat berperan untuk membangkitkan emosi, sebab emosi bisa dibangkitkan oleh peristiwa eksternal (dari luar diri siswa). Peran guru dalam membangkitkan emosi positif pada siswa diantaranya:
1.      Guru memberikan motivasi kepada siswa pentingnya belajar, pentingnya pendidikan, dan pentingnya pengetahuan bagi masa depannya dan memberikan contoh  seperti mencontohkan kehidupan orang-orang yang telah mendapatkan kesuksesan karena rajin belajar, tekun berusaha, tidak putus asa bila menghadapi kegagalan, dan membangkitkan kesadaran siswa bahwa sebagai siswa mereka memiliki peran lain dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan belajar dan memperoleh prestasi di sekolah, siswa tersebut akan memberikan kebahagiaan pada orang tuanya. Dengan demikian siswa akan mampu terstimulasi secara emosional dan berdampak akan muncul semangat untuk rajin belajar. Sehingga terjadi peningkatan  kuantitas belajar yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya kualitas siswa.
2.      Guru menciptakan suasana atau lingkungan yang menyenangkan dalam proses pembelajaran. lingkungan yang menyenangkan mencakup lingkungan fisik yang menyangkut penataan ruang kelas, sedangkan lingkungan psikologis misalnya penggunaan musik untuk meningkatkan hasil belajar seperti musik klasik yang mampu menimbulkan dan meningatkan emosi positif pada siswa. Emosi positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik. Sebagai guru, memiliki peran penting dalam menciptakan emosi yang positif. Bila guru tidak mampu menciptakan emosi positif dan membuat situasi pembelajaran yang menegangkan, situasi ketakutan maka tindakan tersebut akan menghasilkan emosi negatif yang akan memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Pentingnya peranan guru sebagai bagian dari faktor eksternal dalam membangkitkan emosi siswa perlu disadari oleh semua guru agar dapat menghasilkan keluaran hasil belajar (out put)  yang berkualitas.
3.      Guru mengajarkan nilai-nilai agama atau nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan budaya masyarakat  atau di dilingkungan sekitar siswa. Mengajarkan nilai-nilai agama dan nilai sosial dalam masyarakat akan mampu menumbuhkan dan membangkitkan emosi positif. Contohnya  siswa diajarkan untuk menghormati orang tua dan guru. Maka secara tidak langsung hal ini akan berpengaruh pada siswa, siswa akan menghormati dan menghargai peran dan kedudukan guru (otoritas guru). Bila siswa diperintahkan membuat tugas belajar, ia akan menuruti nasehat guru sehingga akan segera mengerjakan. Hal ini akan berdampak terhadap meningkatnya kuantitas belajar tidak hanya di sekolah namun juga di rumah.
4.      Tindakan yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan proses berfikir vertikal dan berfikir lateral pada siswa yaitu:
a.    Cara mengembangkan berfikir vertikal pada siswa
Berfikir  vertikal adalah cara berfikir karena adanya dorongan untuk menemukan jawaban yang benar atas suatu permasalahan. Berfikir vertikal bersumber dari fungsi belahan otak kiri yang merupakan cara berfikir rasional, metode analitis, dan linier menuju pada suatu kesimpulan. Berfikir vertikal lebih banyak berkaitan dengan kemampuan intelektual seperti kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan angka, memecahkan masalah analogi verbal, dan mengingat ejaan dari suatu kata. Maka dalam hal ini, guru memiliki peran dalam mengembangkan berfikir vertikal pada siswa melalui kegiatan pembelajaran seperti, (1) guru melakukan pemberian tugas, latihan, dan ulangan pada siswa.
(2) guru menggunakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, guru membantu siswa mencapai pemahaman materi pembelajaran.
(3) guru mengembangkan kemampuan berfikir siswa melalui kegiatan pembelajaran pengklasifikasian kategori-kategori ilmu pengetahuan, melatih siswa membuat hipotesis dan menarik kesimpulan dengan terlebih dahulu melakukan analisis dan memecahkan masalah
(4) guru mengadakan landasan penilaian atau kategori aspek penilaian untuk memberikan nilai akhir pada siswa
(5) guru mendeskripsikan tujuan  pembelajaran sesuai silabus dan menambah area online (alamat website) yang dapat menyediakan akses informasi secara mudah bagi siswa
(6) guru membimbing siswa dalam mengemukakan pendapatnya kemudian memberikan penguatan positif pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.


b.   Cara mengembangkan berfikir lateral pada siswa
Cara berfikir lateral adalah cara berfikir seseorang yang didominasi fungsi belahan otak kanan. Berfikir lateral adalah berfikir kreatif yang dapat memberikan berbagai macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang didapatkan. Pola berfikir lateral merujuk pada pola berfikir ke berbagai arah. Adapun tindakan yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kemampuan berfikir lateral pada siswa adalah :
 (1) guru seharusnya merancang kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar peserta didik mampu berfikir alternatif contohnya guru mengajukan pertanyaan secara lisan kepada seluruh siswa.  Bila salah satu siswa telah mampu menjawab pertanyaan tersebut maka guru beralih bertanya kepada siswa lain dengan menanyakan hal yang sama namun menggunakan kata adakah “cara yang lain?”, “Atau adakah jawaban yang lain?”dengan demikian, siswa akan berusaha mencari alternatif-alternatif jawaban yang terbaik. sehingga siswa akan terstimulasi untuk belajar secara terus-menerus.
 (2) guru meningkatkan kemampuan berfikir kreatif melalui kegiatan evalusai pembelajaran yang dirancang secara inovatif dan variatif seperti guru melakukan variasi tekhnik evaluasi pembelajaran bukan hanya melalui tes obyektif tetapi dapat pula dilakukan melalui kegiatan menyusun laporan eksperiman, menyusun laporan wawancara, dan tes uraian.
 (3) Guru dapat pula melatih otak kanan siswa melalu permainan-permainan mental. Melalui permainan mental maka kemampuan otak kanan siswa dapat dilatih. Contoh permainan mental melatih otak kanan yaitu :
a. Eight game: pura-puralah menulis angka delapan tidur atau simbol ? di udara dengan tangan kiri dan kanan secara bersama-sama. Permainan sederhana ini bertujuan untuk menyeimbangkan syaraf motorik kiri dan syaraf motorik kanan.
b. Thumb game : acungkanlah jempol tangan kiri dan kelingking tangan kanan, sambil menyorongkan kedua belah tangan ke arah kanan. Sebaliknya, acungkanlah jempol tangan kanan dan kelingking tangan kiri, sambil menyorongkan kedua belah tangan ke arah kiri. Permainan sederhana ini bertujuan untuk menyeimbangkan syaraf motorik kiri dan syaraf motorik kanan.
c. Pattern game: gambarlah pola-pola tertentu di atas kertas kosong, dengan tangan kiri dan kanan secara bersama-sama, ke arah dalam, luar, atas, dan bawah. Selain bertujuan untuk menyeimbangkan syaraf motorik kiri dan syaraf motorik kanan, permainan unik ini juga dapat menggali potensi visual.
d. pecific crawl: Gerakkan tangan kanan serentak dengan kaki kiri. Kemudian balaslah, gerakkan tangan kiri serentak dengan kaki kanan. Idealnya, siku tangan menyentuh lutut. Iringi pula dengan lagu permainan ini bertujuan untuk menyeimbangkan syaraf motorik kiri dan syaraf motorik kanan, gerakan ini juga dapat membuat pikiran terbuka terhadap hal-hal yang baru.
e. Rotated reading: Balikkan sebuah tulisan (atas bawah), lalu bacalah tulisan tersebut dari kanan ke kiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar