PROGRAM
STUDI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
UJIAN TENGAH SEMESTER
Nama
Mahasiswa : Sri Purwati
NIM
: 06032681318031
Mata
Kuliah : Perencanaan Pendidikan
Kode /Sks :
GTP 52512 / 3
sks
Dosen
Pengampu : Prof. Waspodo,
M.A, Ph.D.
:
Dr.
Riswan Jaenudin, M.Pd.
Soal:
1. Jelaskan konsep perencanaan, pendidikan, dan perencanaan
pendidikan. dukung dengan penjelasan menurut pendapat ahli dan berikan kesimpulan?
(Bobot15%)
2.
Jelaskan untuk kepentingan
apa perencananaan dibuat serta bagaimana langkah-langkah strategis perencanaan pendidikan
? (Bobot20%)
3. Visi merupakan rumusan umum mengenai
keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Aspek-aspek apa yang harus dipertimbangkan dalam menyusun suatu Visi, jelaskan?
(Bobot15%)
4. Jelaskan
pemahaman anda tentang pengertian SWOT (lengkapi dengan tabel perbandingannya)
dan contohnya masing-masing dalam praktek pelaksanaan pendidikan di sekolah, serta apa manfaat analisis
SWOT bagi sekolah! (Bobot20%)
5. Lakukan
analisis SWOT pada mata pelajaran yang anda ajarkan masing-masing! (Bobot30%)
Jawaban
1. Konsep perencanaan, pendidikan, dan
perencanaan pendidikan menurut para ahli beserta kesimpulannya.
Perencanaan
Konsep perencanaan pada dasarnya selalu terkait
dengan konsep manajemen/tau administrasi. Namun secara lebih luas lagi konsep
perancanaan dapat bermana kompleks dan dapat didefinisikan beragam tergantung
dari sudut pandang mana melihat, ataupun latar belakang apa yang mempengaruhi
berbagai pendapat dalam merumuskan definisi perencanaan (Sa’ud,2009:4).
Menurut
Uno (2008:2), perencanaan
merupakan suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan
dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil
kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebuut mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, adapun menurut Fakry
(dalam Sa’ud, 2009:4-5), Konsep perencanaan dapat
diartikan sebagai proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan
pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Selain itu perencanaan itu dapat
pula diberi arti sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk
mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan dan sebagai upaya yang digunakan untuk memadukan
antara cita-cita nasional dan resources
yang tersedia yang diperlukan untu mewujudkan cita-cita tersebut.
Konsep perencanaan dalam arti seluas-luasnya
diungkapkan oleh Tjokroamiddjojo (1977) yang menyatakan perencanaan adalah
proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Sa’ud (2009:34), perencanaan
diarahkan pada suatu konsep pemikiran yang memfokuskan
kajian perencanaan pada suatu upaya yang berhubungan dengan usaha menyiapkan
sesuatu, sehingga ia kemudian merumuskan konsep perencanaan sebagai
suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang
diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya) dan apa yang
akan dilakukan (intensifikasi,
ekstensifikasi, revisi, renovasi, subtitusi, kreasi, dan sebagainya).
Berdasarkan
beberapa definisi dari para ahli di atas, maka ada beberapa hal penting yang
dapat di jadikan pegangan dalam menyusun suatu rencana yakni :
(a) berhubungan
dengan masa yang akan datang
(b)
seperangkat kegiatan
(c) proses
yang sistematis
(d) hasil
serta tujuan tertentu.
Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut maka perencanaan dapat disimpulkan perencanaan
adalah proses mempersiapkan sesuatu kegiatan-kegiatan dengan merumuskan
langkah-langkah kegiatan secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
Pendidikan
Berdasarkan Undang-Undang
RI Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan pendidikan
sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Jalaluddin
(1997:15), pendidikan merupakan
rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa
kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan makhluk
sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi yang
bertanggung jawab.
Selanjutnya,
konsep pendidikan dikembangkan pula oleh Sa’ud (2009:6) yang merumuskan konsep pendidikan
sebagai upaya yang dapat digunakan untuk mempercepat pengembangan
potensi manusia sehingga
mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat
didik dan mendidik. Selain itu, pendidikan
dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan,
dan ketakwaan manusia.
Pengertian
pendidikan kemudian dijelaskan pula oleh Mudyahardjo (2010:46), ia menjelaskan
konsep pendidikan pada suatu pengertian yang diarahkan kepada suatu keseluruhan
pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka konsep pemikiran pendidikan menjadi lebih luas karena
tidak terbatas akan usia karena dan siapapun berhak memperoleh pendidikan.
Konsep pendidikan ini kemudian semakin berkembang dengan adanya istilah
pendidikan sepanjang hayat (PSH).
Pengembangan konsep pendidikan dijelaskan pula oleh Tirtarahardja
(2008:33-35) yang menyebutkan
pendidikan terdiri
dari berbagai proses yang menyangkut: a) proses
transformasi budaya; b) proses pembentukan pribadi; c) prose penyiapan warga
negara; d) proses penyiapan tenaga.
Sedangkan pendidikan dalam dictionary
of education merupakan (a) proses dimana seseorang
mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam
masyarakat dimana dia hidup, (b) proses sosial dimana orang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khusunya yang dating dari
sekolah), sehingga mereka dapat
memperoleh
dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang
optimal.
Dari berbagai definisi tersebut maka, dapat dikatakan pendidikan sebagai
suatu sistem memiliki komponen yang saling berhubungan, menyangkut proses
aktivitas individu yang memiliki potensi untuk berkembang dan pihak diluar
individu yang memiliki potensi untuk mempengaruhi perkembangan individu secara
interaktif dengan intensitas yang ditentukan untuk mencapai tujuan dari
pendidikan.
Dengan demikian dari berbagai konsep pemikiran mengenai pendidikan
tersebut dapat disimpulkan pendidikan merupakan suatu
proses pengalaman belajar dan usaha mengembangkan kemampuan dan potensi pada
diri individu sehingga terjadi perubahan tingkah laku, peningkatan kemampuan
daya pikir dan emosi yang positif.
Perencanaan Pendidikan
Coombs dalam Sa’ud (2009:8) merumuskan konsep perencanaan pendidikan sebagai upaya perencanaan pendidikan
adalah suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses
perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan
efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan
masyarakat.
Adapun
menurut Sa’ud (2008:12), perencanaan pendidikan adalah suatu
proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan dan
menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai
konsistensi (taat asas) internal dan berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan
lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain
dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta
tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
Selain itu
kedua pendapat tersebut Dror dalam Sa’ud (2009:8) mengungkapkan pula definisi dari perancanaan
pendidikan yaitu definition
of an educational planning is as the process of preparing a set of decisions of
action in the future for the overall economic and social development of a
country (perencanaan pendidikan adalah sebagai suatu proses mempersiapkan seperangkat
keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan sosial
secara menyeluruh dari suatu negara ).
Selaras
dengan pendapat tersebut, Guruge (1972) mengungkapkan bahwa a simple definition of educational planning
is the process of preparing decisions for action in the future in the field of educational development is the
function of educational planning. (perencanaan pendidikan adalah proses
mempersiapkan kegiatan pendidikan sebagai proses mempersiapkan kegiatan di masa
depan dalam bidang pembangunan pendidikan adalah tugas dari perencanaan
pendidikan).
Dari berbagai
pendapat para ahli yang telah diungkapkan maka dapat dipahami beberapa unsur
penting yang terdapat dalam perencanaan pendidikan meliputi : (a) penggunaan
analisis yang bersifat rasional dan sistematik dalam perencanaan pendidikan;
(b) proses pembangunan dan pengembangan pendidikan yang dilakukan dalam rangka
mereformasi pendidik sesuai dengan yang di cita-citakan; (c) prinsip
efektivitas dan efisiensi menyangkut
penggalian sumber-sumber pembiayaan pendidikan, alokasi biaya, hubungan
pendidikan dengan tenaga kerja, hubungan pengembangan pendidikan dengan
pertumbuhan ekonomi; (d) kebutuhan dan
tujuan peserta didik dan masyarakat dalam arti perencanaan pendidikan mencakup
aspek internal dan eksternal dari keorganisasian sistem pendidikan.
Secara konsepsional
definisi perencanaan pendidikan sangat ditentukan oleh cara, sifat, dan proses
pengambilan keputusan serta berhubungan dengan tujuan pendidikan nasional dan
masalah strategis termasuk penanganan kebijakan operasional yang mempengaruhi
pelaksanaan perencanaan pendidikan.
Berdasarkan
kajian definisi perencanaan pendidikan yang diungkapkan para ahli maka dapat
disimpulkan perencanaan pendidikan sebagai proses
mempersiapkan dan menyusun seperangkat keputusan yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan dalam periode tertentu yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang di selenggarakan secara sistematis, efektif, efisien, dan
berkualitas.
2.
Fungsi
Perencanaan dan langkah-langkah strategis perencanaan pendidikan
Dibuatnya
suatu perencanaan tidak terlepas dari fungsi perencanaan itu sendiri, seperti
yang diungkapkan oleh Sa’ud (2009:5) bahwa fungsi perencanaan adalah :
(a)
Sebagai pedoman
pelaksanaan pengendalian
(b)
Menghindari
pemborosan sumber daya
(c)
Alat bagi
pengembangan quality assurance
(d)
Upaya untuk
memenuhi accountability kelembagaan
Langkah-langkah
stategis perencanaan pendidikan menurut Sa’ud (2009:26) terdiri dari berbagai
tahapan yaitu:
1.
Kajian terhadap
hasil perencanaan pembangunan pendidikan periode sebelumnya sebagai titik
berangkat perencanaan
2.
Rumusan tentang
tujuan umum perencanaan pendidikan yang merupakan arah yang harus dijadikan
titik tumpu kegiatan perencanaan
3.
Rumusan
kebijakan atau posisi yang kemudian dapat dijabarkan ke dalam stategi dasar
perencanaan
4.
Pengembangan program dan proyek sebagai operasionalisasi
prioritas yang ditetapkan
5.
Schedulling dalam
arti mengatur menemukan dua aspek yaitu keseluruhan program dan prioritas
secara teratur dan cermat karena penjadwalan ini secara makro mempunyai dua
arti tersendiri yang amat strategik bagi keseluruhan pelaksanaan perencanaan
6.
Implementasi
rencana termasuk didalamnya proses legalisasi dan persiapan aparat pelaksana
rencana, pengesahan, dan persiapan aparat pelaksana rencana, pengesahan
dimulainya suatu kegiatan, monitoring, dan controlling
untuk membatasi kemungkinan tindakan yang tidak terpuji yang dapat menghambat
pelaksanaan rencana
7.
Evaluasi dan
Revisi yang merupakan kegiatan evaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilan
dan kegiatan untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap tuntutan baru
yang berkembang
Sedangkan
menurut Banghart & Trull dalam Sa’ud (2009:23-24) langkah-langkah
perencanaan pendidikan meliputi:
1.
Proloque:
pendahuluan atau langkah persiapan untuk memulai kegiatan perencanaan
2.
Identifying educational planning problems yang mencakup (a) delineating the scope of educational problems atau menentukan ruang
lingkup permasalahan perencanaan, (b) studying
what has been atau mengkaji apa yang
telah direncanakan, (c) determining what
has been versus what should be artinya membandingkan apa yang telah dicapai
dengan apa yang seharusnya di capai, (d)
resources and contraints atau sumber daya yang tersedia dan
keterbatasannya, (e) establishing
educational palnning parts and priorities artinya mengembangkan
bagian-bangian perencanan dan prioritas perencanaan
3.
Analizing planning problem area artinya mengkaji permasalahan perencanaan yang
mencakup: (a) study areas and system of
subareas artinya mengkaji permasalahan pendidikan dan sub permaslahan, (b) gathering date artinya pengumpulan data, tabulating data atau tabulasi data, (c) forecasting atau proyeksi.
4.
Conceptualizing and designing plans, mengembangkan rencana yang mencakup (a) identifiying
prevailing trends atau identifikasi kecenderungan-kecenderungan yang ada, (b) estabilishing goals and objective atau merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus,
(c) designing plans, menyusun rencana
5.
Evaluating plan, menilai rencana yang telah disusun tersebut yang mencakup: (a) planninng through simulation, simulasi
rencana, (b) evaluating plan, evaluasi
rencana, (c) selecting a plan, memilih
rencana
6.
Specifying the plan, menguraikan
rencana yang mencakup (a) problem
formulation, merumuskan masalah, (b) reporting
result atau menyususn hasil rumusan
dalam bentuk final plan draft atau
rencana akhir
7.
Implementing the plan, melaksanakan rencana yang mencakup (a) program preperation, persiapan rencana
operasional, (b) plan approval, legal
justification, persetujuan dan pengesahan rencana, (c) organizing
operational units, mengatur aparat
organisasi.
8.
Plan feedback, balikan
pelaksanaan rencana yang mencakup: (a) monitoring
the plan, memantau pelaksanaan rencana, (b) evaluation the plan, evaluasi pelaksanaan rencana, (c) adjusting, altering or planning for what,
how, and by whom yang berarti
mengadakan penyesuaian, mengadakan pereubahan recana atau merancang apa yang
perlu dirancang lagi bagaimana racanganya, dan oleh siapa.
3.
Aspek yang
harus dipertimbangkan dalam penyusunan Visi yaitu :
(a)
Visi harus dapat
memberikan arah pandangan kedepan terkait dengan kinerja dan peranaan
organisasi
(b)
Visi harus dapat
memberikan tentang gambaran kondisi masa
depan yang ingin diwujudkan oleh organisasi
(c)
Visi harus
ditetapkan secara rasional, realistis, dan mudah dipahami
(d)
Visi harus
dirumuskan secara singkat, padat, dan mudah diingat
(e)
Visi harus
dilaksanakan secara konsisten dalam pencapaian
(f)
Visi harus
berlaku pada semua kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi sehingga suatu
visi hendaknya mempunyai sifat fleksibel
Aspek-aspek yang harus
dipertimbangkan dalam menyusun suatu visi menurut Mulyasa
(2010:176) adalah kekuatan-kekuatan yang relevan bagi kegiatan internal
sekolah. kekuatan-kekuatan tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok.
Pertama, kekuatan yang berhubungan dengan apa yang sedang berlangsung
di luar sekolah. Kedua, kekuatan yang berhubungan dengan apa yang sedang
berlangsung di luar sekolah. kedua, kekuatan yang berhubungan dengan
klien pendidikan yaitu latar belakang sosial, aspirasi keuangan,
sumber-sumber masyarakat dan karakteristik lingkungan. Dalam
mengembangkan visi, kepala sekolah harus mampu menyeleksi secara
berkelanjutan atas kelompok-kelompok kekuatan tersebut.
Adapun kreteria yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan Visi adalah sebagai berikut :
a)
Bukan fakta
tetapi justru gambaran ideal (impian) masa depan yang ingin diwujudkan.
b)
Dapat
mengilhami, mengarahkan, dan mendorong anggota organisasi dalam berkinerja yang
berkualitas.
c)
Dinyatakan
dalam satu kalimat.
d)
Menggambarkan
kondisi ideal, keunikan, dan keunggulan lembaga
4.
Analisis
SWOT
SWOT
adalah singkatan dari lingkungan internal
yang terdiri dari Strenghts dan Weaknesses serta lingkungan eksternal yang meliputi Opportunities dan Threats.
Adapun definisi Analisis SWOT mengarah kepada sebuah metode
untuk menguji strategi-strategi yang potensial yang dikembangkan atas dasar
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (Stengths) dan peluang (Opportunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats).
Sa’ud
(2009:83) menjelaskan seorang perencana pendidikan dalam melakukan pekerjaannya
akan berhadapan dengan berbagai kekuatan dan kepentingan yang akan mempengaruhi
proses perumusan perencanaan, oleh karena itu seorang perencana harus mampu
mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT) yang
akan mempengaruhi proses perencanaan.
Menurut
Johnson (1989) dan Bartol (1991), SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan
digunakan sebagai langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai
perencanaan strategis dalam berbagai terapan. Sedangkan menurut Rohman
(2009) definisi analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, dan
Threats) adalah suatu metoda penyusunan strategi perusahaan atau organisasi
yang bersifat satu unit bisnis tunggal.
SWOT secara sistematis dapat membantu
dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar (O dan T) dan faktor didalam
perusahaan (S dan W). Kata-kata tersebut dipakai dalam usaha penyusunan suatu
rencana matang untuk mencapai tujuan baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang. Melalui pengombinasian
masing-masing unsur dan data yang luas yang telah terkumpul sebagai hasil
analisis dapat berfungsi sebagai perbaikan strategi yang selama ini telah
digunakan atau mengembangkan strategi-strategi baru. Analisis
SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan dan
kelemahan internal sebuah organisasi, serta peluang dan ancaman
lingkungan eksternalnya yang bertujuan
untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan
membangun peluang.
Bagan Analisis SWOT
Manfaat analisa SWOT:
a)
Dapat membantu kita berfikir praktis dari setiap
permasalah yang dihadapi
b)
Sebagai tolak ukur untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan diri
c)
Dapat meningkatkan mutu pendidikan dan mutu yang ada
pada diri
d)
Dapat melakukan tindakan pelayanan dengan baik setelah
mengetahui potensi yang ada
e)
Mampu memilih kebijakan dan rencana terbaik untuk
perkembangan yang akan datang
f)
Dapat merumuskan strategi (tindakan) yang tepat dalam
mencapai tujuan yang diharapkan
g)
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
Contoh analisis
SWOT pada praktek pelaksanaan pendidikan
Analisis SWOT
Pada Praktek Pelaksanaan Pendidikan
SMA Negeri 1 Sungai
Pinang
No.
|
Faktor
Penilaian
|
Bobot
|
Rating
|
Bobot x Rating
|
1.
|
A. FAKTOR INTERNAL KEKUATAN (S)
a. Kualifikasi
latar belakang pendidikan guru
b. Kegiatan Ekstrakurikuler siswa
c. Manajemen
sekolah
d. Kebudayaan
sekolah
|
0,10
0,10
0,15 0,15
|
2
3
2
2
|
0,20
0,30
0,30
0,30
|
Jumlah
|
|
|
1,10
|
2.
|
KELEMAHAN (W):
a. Kurangnya
sarana dan prasarana
b. Posisi
keuangan
c. Kurangnya
akses informasi pendidikan bagi siswa
d. Loyalitas
pegawai
|
0,15
0,10
0,10
0,15
|
3
3
3
1
|
0,45
0,30
0,30
0,15
|
Jumlah
|
1,0
|
|
1,20
|
|
FAKTOR
EKSTERNAL
PELUANG
(O)
a. Kebijakan
pemerintah
b. Support
orang tua siswa
c. Kerjasama
dengan universitas
d. Intake
masyarakat
|
0,10
0,15
0,15
0,10
|
4
2
2
3
|
0,40
0,30
0,30
0,30
|
Jumlah
|
|
|
0,85
|
|
TANTANGAN
(T):
a. Lingkungan
sekolah
b. Akreditasi
Sekolah
c. Kebudayaan
masyarakat
d. Globalisasi
Teknologi
|
0,15
0,15
0,05
0,15
|
2
1
2
4
|
0,30
0,15
0,10
0,60
|
Jumlah
|
0,10
|
|
1,15
|
Berdasarkan
data tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1.
Strenght (Kekuatan)
a. Kualifikasi
latar belakang pendidikan guru diberi bobot 0,10 dengan skor 2 sehingga diperoleh nilai 0,15.
Hal ini berdasarkan kenyataan dimana guru yang direkrut untuk mengajar di
SMA Negeri 1 Sungai Pinang memiliki kualifikasi dengan standar kualifikasi S1
dan S2. Jumlah guru dengan kualifikasi pendidikan S1 sebanyak 94,4% , sedangkan
guru dengan kualifikasi pendidikan S2 sebanyak 5,5%. Kualifikasi guru telah
memenuhi standar peserta didik yang
diharuskan minimal lulusan S1.
b. Kegiatan
Ekstrakurikuler siswa
diberi bobot 0,10 dengan skor 3 diperoleh nilai 0,30
Kegiatan ekstrakurikuler
siswa meliputi pramuka, PMR, Seni Tari,
Seni Suara, Rebana, Paskibra, Rohis, Voli dan Futsal. Seluruh siswa SMA Negeri
1 Sungai Pinang diwajibkan mengikuti salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang
ada di sekolah. Adapun prestasi siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pada tahun 2012-2013, lomba masak juara II tingkat Kecamatan Sungai Pinang Tahun 2012, lomba
juara III hiking tingkat Kecamatan Sungai Pinang Tahun
2012, juara rebana juara III tingkat kabupaten Ogan
Ilir tahun 2012, lomba volly Ball
juara II tingkat Kecamatan Sungai Pinang Tahun 2012, lomba kreatif Jumbara PMR
tingkat Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2012, lomba LTBB
tingkat SMA mendapat juara II, lomba sepak
bola juara II tingkat kecamatn Sungai Pinang, Juara I lomba volly ball putri
tingkat Kecamatan Sungai Pinang, lomba volly ball putra juara I tingkat
kecamatan Sungai Pinang, Lomba vocal group
tingkat kabupaten juara II Tahun 2013, lomba puisi tingkat Kabupaten Juara II
tahun 2013.
c. Manajemen
sekolah dengan bobot
0,15 dengan skor 2 sehingga diperoleh nilai 0,30
Adanya pembagian tugas yang jelas baik secara wewenang dan tanggung jawab
dalam hirarki jabatan sehingga memungkinkan penyelenggaran pendidikan sekolah
lebih terkoordinasi dengan baik. Saat ini SMA Negeri 1 Sungai Pinang telah
mendapat Akreditasi B.
d. Kebudayaan
sekolah dengan bobot
0,15 dan skor 2 sehingga diperoleh nilai 0,30
Telah menjadi kebiasaan di SMA Negeri 1 Sungai Pinang setiap awal
pelajaran dimulai bagi yang beragama Islam mengadakan kegiatan mengaji bersama
selama 10 menit dengan dipandu satu orang siswa perwakilan setiap kelas secara
bergantian setiap hari. Hal ini menanamkan nilai keagamaan bagi siswa dan
melekat pada kepribadian siswa itu sendiri. Sedangkan pada hari jum’at SMA N 1
Sungai Pinang mengadakan pembacaan surat yasin bersama setiap pagi sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai. Adapun pada akhir kegiatan pembelajaran
dilaksanakan kegiatan menyanyikan lagu wajib nasional yang dilakukan oleh
seluruh siswa diiringi oleh lagu atau instrumen musik yang diperdengarkan dari
pengeras suara agar meningkatkan semangat cinta tanah air, semangat kebangsaan,
dan sebagai sarana pembelajaran agar seluruh siswa SMA N 1 Sungai Pinang mampu
menyanyikan lagu wajib nasional dengan baik dan benar.
2. Weakness (Kelemahan)
a.
Sarana
dan prasarana bobot 0,15 dan skor 3 sehingga
diperoleh nilai 0,45. Sarana
dan prasarana di SMA Negeri 1 Sungai Pinang masih kurang mendukung seperti belum adanya ruang multi media dan
perpustakaan. Selain itu jalan menuju ke sekolah masih tanah dan berlokasi di
dataran rendah sehingga saat musim hujan lapangan sekolah akan banjir.
b.
Posisi
keuangan bobot 0,10 dan
skor 3 sehingga di peroleh nilai
0,30. Sumber
pendanaan pelaksanaan belajar dan pembelajaran serta administrasi sekolah
terbatas dari APBD.
c.
Rendahnya
minat baca peserta didik bobot
0,10 dan skor 3 sehingga diperoleh nilai 0,30. Rendahnya minat baca peserta
didik disebabkan karena minimnya sumber bacaan yang didapatkan dari sekolah
ataupun yang di miliki peserta didik. Sumber atau materi belajar masih terbatas
dan berorientasi kepada guru sebagai penyampai informasi pembelajaran.
d.
Loyalitas pegawai bobot 0,05 skor
2 Sehingga diperoleh nilai 0,10.
Ada beberapa guru maupun
tenaga kependidikan yang kurang loyal terhadap sekolah. Bekerja jika ada SK
atau imbalan dalam bentuk materi. Meskipun tidak banyak jumlah tenaga
kependidikan yang seperti itu namun tetap saja mengganggu kelancaran jalannya
kegiatan pembelajaran di sekolah.
3. Opportunity (kesempatan)
a.
Kebijakan
pemerintah bobot 0,15 dan skor 3 sehingga diperoleh 0,45. Pemerintah menetapkan
sekolah SMA Negeri 1 Sungai Pinang sebagai SMA Negeri pertama yang ada di
kecamatan Sungai Pinang.
b.
Support
orang tua siswa bobot 0,10 dan skor 3 sehingga
diperoleh 0,30 dukungan orang tua siswa
yang berharap anaknya mendapatkan prestasi sehingga memberikan kemudahan dengan
memfasilitasi anaknya dan memotivasinya. Misalnya saat ikut perlombaan seni
tari orang tua memfasilitasi anak dengan menyiapkan pakaian misalnya baju
kebaya dan kain. Orang tua memberikan sumbangan ketika acara pelepasan
siswa-siswi SMA Negeri 1 Sungai Pinang.
c.
Kerjasama
dengan universitas bobot 0,05 dan skor 1 sehingga
diperoleh nilai 0,05. SMA Negeri 1 Sungai Pinang menjalin kerjasama dengan
universitas di seluruh Indonesia. Universitas atau perguruan tinggi tersebut telah
membuka peluang menerima lulusan SMA Negeri 1 Sungai Pinang melalui program
Penerimaan Mahasiswa Berprestasi atau menerima mahasiswa tanpa tes.
d.
Intake
masyarakat bobot 0,15 dan di peroleh nilai 3
sehingga diperoleh nilai 0,45 dan nilai bobot x skor 0,10,
besarnya minat masyarakat untuk mendaftarkan anaknya pada SMA Negeri 1
Sungai Pinang apalagi sekolah ini merupakan SMA pertama yang ada di Kecamatan
Sungai Pinang KabupatenOgan Ilir. Selain
itu, kepercayaan masyarakat terhadap SMA N 1 Sungai Pinang adalah dengan
mengundang para siswa diajak berpartisipasi sebagai pengisi acara di kecamatan
dalam rangka pelantikan anggota BPD kecamatan Sungai Pinang yang dalam acara
tersebut diundang pula seluruh masyarakat
Sungai Pinang.
4.
Treath (Tantangan)
a.
Lingkungan
sekolah bobot 0,15 dan skor 2 sehingga diperoleh nilai 0,30. Letak
sekolah SMA Negeri 1 Sungai Pinang berada di Jalan Ampera kecamatan Sungai
Pinang. Adapun jalan menuju ke sekolah masih dalam keadaan tanah sehingga apabila hujun jalan tersebut sangat mengganggu
karena licin dan apabila musim penghujan, halaman sekolah banjir.
b.
Akreditasi
Sekolah bobot 0,15 dan skor 1 sehingga diperoleh nilai 0,15 Akreditasi
Sekolah SMA 1 Sungai Pinang adalah B yang untuk dikemudian hari menjadi
tantangan sebab dibutuhkan upaya yang lebih optimal lagi agar SMA N 1 Sungai
Pinang mendapatkan akreditasi yang lebih meningkat lagi.
c. Kebudayaan masyarakat
bobot 0,05 dan skor 2 sehingga diperoleh nilai
0,10. Beberapa kebudayaan masyarakat Sungai Pinang yang tidak mendukung
pengembangan kepribadian siswa misalnya siswa menghadiri acara pesta-pesta yang
dilaksanakan pada malam hari sehingga mengantuk dalam proses pembelajaran.
Selain itu, ketika hari kalangan (pasar) beberapa siswa tidak masuk ke sekolah.
d.
Globalisasi
Teknologi bobot 0,15 dan skor 4 sehingga
diperoleh nilai 0,60 Kemajuan teknologi menuntut sekolah untuk memperbaiki
sistemnya sehingga selalu mengikuti perkembangan teknologi global khususnya
perlu adanya ruang multimedia di SMA N 1 Sungai Pinang yang dapat dimanfaatkan
bagi pendidikan.
Kuadran Analisis SWOT
Analisis Faktor
internal
Srenght (S) =
1,10 dan Weaks (W) = 1,20
Jadi S – W = 1,10 – 1,20 = -0,1
Analisis Faktor
Eksternal
Opportunity (O)
= 1,30 dan Treats (T) = 1,15
Jadi O – T = 1,30 – 1,15 = 0,15
Hasil
analisis SWOT di atas menunjukan bahwa SMA Negeri 1 Sungai Pinang
berada pada kuadran II, hal ini merupakan keadaan yang menguntungkan dimana
sekolah tersebut memiliki peluang untuk menjadi maju dan berkembang, namun
masih memiliki kelemahan yang menjadi kendala untuk mengoptimalkan peluang yang
ada sehingga dibutuhkan suatu upaya dalam mengatasi segala kelemahan yang ada
tersebut.
5.
Analisis
SWOT pada mata pelajaran sejarah kelas XI Semester I Program IPA di SMA Negeri 1 Sungai Pinang
Standar Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
1. Menganalisis perjalanan bangsa Indonesia pada masa
negara-negara tradisional
|
1.1 Menganalisis
pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Budha terhadap masyarakat
diberbagai daearah di Indonesia
1.2 Menganalisis
perkembangan kehidupan negara-negara kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
1.3 Menganalisis
pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan
Islam terhadap masyarakat diberbagai daearah di Indonesia
1.4 Menganalisis
perkembangan kehidupan negara-negara
kerajaan-kerajaan di Indonesia
1.5 Menganalisis
proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia
|
Analisis
SWOT
Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kelas XI Semester 1 Program IPA
SMA
Negeri 1 Sungai Pinang
No.
|
Faktor
Penilaian
|
Bobot
|
Rating
|
Bobot x Rating
|
1.
|
A. FAKTOR INTERNAL KEKUATAN (S)
a. Keanekaragaman teori pada
sejarah proses masuknya pengaruh Hindu-Budha dan Islam di Indonesia yang
dapat melatih dan memperkuat analis peserta didik
b. Gambaran peta konsep sesuai dengan
kompetensi dasar yang ditetapkan
c. Penulisan sejarah sesuai dengan Standar Kompetensi yang
ditetapkan dengan memperhatikan tekhnik historiografi sejarah berdasarkan
prinsip kronologis dan periodesasi
|
0,15
0,15
0,20
|
3
3
4
|
0,45
0,45
0,80
|
Jumlah
|
|
|
1,7
|
2.
|
KELEMAHAN (W):
a. Terbatasnya media gambar yang ada pada mata pelajaran sejarah khususnya berhubungan
dengan peta sejarah
b. Terbatasnya alat peraga seperti miniatur candi peninggalan hindu budha
c. Pada materi pelajaran sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Budha dan Islam
di Indonesia belum dirincikan bagian-bagian wilayah atau cakupan wilayah pada masa pemerintahan
kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
|
0,25
0,15
0,10
|
2
3
2
|
0,50
0,45
0,20
|
Jumlah
|
1,0
|
|
1,15
|
|
FAKTOR
EKSTERNAL
PELUANG (O)
a.
Guru
yang mengajar sesuai dengan spesifikasi mata pelajaran sejarah
b.
Intake
masyarakat
c.
Kebijakan
pemerintah
|
0,25
0,10
0,15
|
4
2
2
|
1,0
0,20
0,20
|
Jumlah
|
|
|
1,40
|
|
TANTANGAN
(T):
a.
Sumber
belajar (buku) yang sangat terbatas
b.
Keterbatasan
waktu bagi kegiatan pembelajaran sejarah yang hanya 1 jam pelajaran perminggu
c.
Jarak
lokasi sekolah yang jauh dari sumber-sumber sejarah seperti museum
|
0,20
0,20
0,10
|
3
4
2
|
0,60
0,80
0,20
|
Jumlah
|
1,0
|
|
1,60
|
Berdasarkan data
tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1.
Strenght (Kekuatan)
a.
Keanekaragaman teori pada
sejarah proses masuknya pengaruh Hindu-Budha dan Islam di Indonesia yang dapat
melatih dan memperkuat analis peserta didik diberi bobot 0,15 dengan skor 3 sehingga diperoleh nilai 0,45. Seperti
pada mata pelajaran sejarah di kompetensi dasar menganalisis pengaruh
perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Budha terhadap masyarakat diberbagai
daearah di Indonesia terdapat teori
yang dikemukakan oleh para ahli seperti teori sudra dikemukakan oleh van Faber,
teori waisya oleh N.J Krom, teori ksatria oleh C.C.Berg, teori brahmana oleh
F.D.K Boasch, dan teori arus balik dikemukakan oleh J.C.van Leur, selain itu
pada mata pelajaran sejarah di kompetensi dasar menganalisis
pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan
Islam terhadap masyarakat diberbagai daerah di Indonesia menganalisis
perkembangan kehidupan terdapat pula teori masuknya Islam ke Indonesia
seperti teori Persia dikemukakan oleh Hoesein Djajadiningrat, teori Gujarat
(India) dikemukakan oleh Snouck Horgronje dan Moquette serta Seeptjipto
Wirjosoeparto, Teori Mesir dan Mekah yang dikemukan oleh Haji Abdul Malik Karim
Amrullah (Hamka) dan Alwi Sihab yang menghubungkan masuknya Islam dari Arab ke
Cina. Dengan adanya berbagai teori tersebut dapat menjadi bahan kajian siswa
dalam melakukan analisis terhadap mata pelajaran yang diberikan dan meningkatkan kemampuan identifikasi siswa
melalui pengamatan atas berbagai bukti atau sumber sejarah yang
melatarbelakangi lahirnya teori-teori
yang diungkapkan para ahli sejarah tersebut.
b. Gambaran peta konsep sesuai dengan kompetensi
dasar yang ditetapkan diberi
bobot 0,15 dengan skor 3 sehingga diperoleh nilai 0,45. Pada mata pelajaran
sejarah gambaran peta konsep yang sesuai dengan kompetensi dasar sangat
mendukung agar rencana pelaksanaan proses pembelajaran dapat belangsung secara
sistematis dengan konsep yang teratur khususnya konsep sebab akibat dari suatu
peristiwa sejarah. Peta konsep yang terdapat pada mata pelajaran sejarah dapat
juga di jadikan rujukan dan pedoman untuk mengetahui kelanjutan dari materi
mata pelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
c. Penulisan sejarah sesuai dengan
Standar Kompetensi yang ditetapkan dengan memperhatikan tekhnik historiografi
sejarah berdasarkan prinsip kronologis dan periodesasi diberi bobot 0,20
dengan skor 4 sehingga diperoleh skor 0,80. Penulisan sejarah pada mata
pelajaran sejarah diberikan skor yang tinggi karena, historiografi merupakan tekhnik terpenting dalam penulisan sejarah.
Pada mata pelajaran sejarah tekhnik historiografi
wajib diajarkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menulis peristiwa
sejarah. Seluruh penulisan peristiwa maupun kejadian masa lampau pada mata
pelajaran sejarah menggunakan tekhnik historiografi
dengan memperhatikan prinsip kronologis dan periodesai
2. Weakness (Kelemahan)
a.
Terbatasnya media gambar yang ada pada mata pelajaran
sejarah khususnya berhubungan dengan peta sejarah diberi bobot 0,25 dengan skor 2 sehingga diperoleh
nilai 0,50. Keterbatasan media gambar terutama peta sejarah pada mata pelajaran
sejarah menjadi kendala dalam mengajarkan pelajaran sejarah sebab peta sejarah
akan dapat membatu dalam menjelaskan materi sejarah secara lebih rinci dan
memperjelas peristiwa yang terjadi pada masa lampau bila dihubungankan dengan
peristiwa sejarah dan lokasi tempat terjadinya peristiwa tersebut.
b.
Terbatasnya alat peraga seperti miniatur candi
peninggalan Hindu- Budha diberi
bobot 0,15 dengan skor 3 sehingga diperoleh nilai 0,45 menjadi kelemahan pada
mata pelajaran sejarah. Adapun peran dari miniatur candi sebagai alat peraga
dapat meningkatkan kemampuan visualisasi
siswa dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan membandingkan bentuk candi
peninggalaan Hindu dan bentuk candi peninggalan Budha.
c.
Pada materi pelajaran sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Budha
dan Islam di Indonesia belum dirincikan daerah kekuasaan serta bagian-bagian
wilayah atau cakupan wilayah pada masa
pemerintahan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia diberi bobot 0,10 dengan skor 2 sehingga diperoleh
nilai 0,20. Masih minimnya data-data mengenai daerah kekuasaan bagian wilayah
atau cakupan wilayah pada masa pemerintahan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
dikaitkan keberadaan daerah kekuasaannya atas kerajaan Hindu Budha yang
dihubungkan dengan lokasi daerah pada masa sekarang ini. Selain itu, keadaan
ini disebabkan pula masih minimnya penelitian sejarah serta bukti sejarah yang
ditemukan yang tidak menunjang pemetaan sejarah daerah kekuasaan serta
bagian-bagian wilayah atau cakupan
wilayah pada masa pemerintahan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
3.
Opportunity (kesempatan)
a.
Guru yang mengajar sesuai
dengan spesifikasi mata pelajaran sejarah diberi bobot 0,25 dengan skor 4 sehingga
diperoleh nilai 1,0. Guru yang mengajar pelajaran sejarah adalah guru yang
telah memperoleh pendidikan pada program studi pendidikan sejarah sehingga
terdapat keselarasan dan kesesuaian dengan latar belakang pendidikan terhadap
mata pelajaran yang diajarkan di SMA N 1 Sungai Pinang.
b.
Intake masyarakat diberi bobot 0,10 dengan
skor 2 sehingga diperoleh nilai 0,20. Peran masyarakat sangat berpengaruh
terhadap pengaplikasian mata pelajaran sejarah yang telah diberikan di sekolah
dan penerapannya pada kehidupan sehari-hari. Pada hari besar nasional seperti perayaan
HUT RI dan peringatan Hari Pahlawan, masyarakat beserta para siswa dan
perangkat pemerintahan secara bersama-sama melaksanakan upacara HUT RI atau
Upacara dalam rangka memperingati hari pahlawan dalam rangka mengenang sejarah
perjuangan bangsa.
c.
Kebijakan Pemerintah di beri bobot 0,15 dengan
skor 2 sehingga diperoleh nilai 0,30. Kebijakan pemerintah ialah menjadikan
mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh para
siswa baik untuk jurusan IPA ataupun IPS selain itu, telah adanya pula
kebijakan pemerintah mengenai stantarisasi mata pelajaran sejarah khususnya
mengenai struktur dan muata kurikulum pada mata pelajaran sejarah berdasarkan
peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.
4.
Treath (Tantangan)
a.
Sumber belajar (buku) yang
sangat terbatas diberi bobot 0,20 dengan skor 3 sehingga diperoleh nilai 0,60. Buku
untuk mata pelajaran sejarah sangat terbatas di SMA N 1 Sungai Pinang seperti
pada kelas X yang dalam kelas tersebut sebanyak 32 siswa namun buku yang ada hanya 16 hingga 20 pada setiap kelas
yang ada di kelas X, sedangkan untuk kelas XI tidak ada buku yang diberikan
kepada siswa sebagai pedoman atau penunjang pelajaran agar proses pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan maksimal.
Adapun dengan siswa sendiri mereka tidak berusaha untuk membeli buku dengan
insiatif sendiri dengan alasan biaya. Keadaaan ini disebabkan pula oleh
kurangnya sarana dan prasarana di SMA N 1 Sungai Pinang seperti belum adanya
perpustakaan.
b.
Keterbatasan waktu bagi
kegiatan pembelajaran sejarah yang hanya 1 jam pelajaran perminggu diberikan bobot 0,20 dengan
skor 4 sehingga diperoleh nilai 0,80. Materi pelajaran yang padat dengan
perlunya pemahaman secara mendalam pada mata pelajaran sejarah memerlukan waktu
setidaknya 2-3 jam perminggu namun, dalam pelaksanaannya terutama program IPA
SMA N 1 Sungai Pinang, waktu proses pembelajaran di kelas hanya diberikan 1 jam
pelajaran atau sukitar 45 menit yang sangat kurang untuk penyampaiaan proses
pembelajaran sejarah pada khususnya dan pendidikan pada umumnya.
c.
Jarak lokasi sekolah yang
jauh dari sumber-sumber sejarah seperti museum diberikan bobot 0,10 dengan skor 2 sehingga
diperoleh nilai 0,20. Sumber sejarah seperti museum berada di kota Palembang
yang jaraknya jauh dari kecamatan Sungai Pinang Ogan Ilir sekitan 65 Km,
sehingga dibutuhkan biaya yang lebih besar untuk pergi ke museum yang memiliki
peran penting dalam proses peningkatan pengetahuan atas sumber-sumber sejarah.
Kuadran Analisis SWOT
Analisis Faktor
internal
Srenght (S) = 1,70 dan Weaks (W) = 1,15
Jadi S – W = 1,70
– 1,15 = 0,55
Analisis Faktor
Eksternal
Opportunity (O)
= 1,50 dan Treats (T) = 1,60
Jadi O – T = 1,50
– 1,60 = -0,1
Hasil
analisis SWOT mata pelajaran
sejarah kelas XI semester I di SMA Negeri 1 Sungai Pinang berada pada
kuadran IV,
hal ini merupakan keadaan yang menguntungkan dimana sekolah tersebut memiliki kekuatan untuk menjadi maju dan
berkembang, namun terdapat pula
berbagai tantangan eksternal mata pelajaran sejarah yang harus diperhatikan dan
ditanggapi dengan baik dan bijak agar kekuatan tersebut menjadi potensi untuk
mengoptimalkan peluang pada mata
pelajaran sejarah dalam mengatasi kelamahan dan tantangan yang ada sehingga
dapat menunjang proses pembelajaran agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran sejarah.
DAFTAR
PUSTAKA
Jalaluddin
dan Abdullah Idi. 1997. Filsafat
Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama
Sa’ud,
Syaefudin dan Abin S. M. 2009. Perencanaan
Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Tirtarahardja,
Umar dan La Sulo. 2008. Pengantar
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Uno, B. Hamzah. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara