Sabtu, 31 Mei 2014

INOVASI DALAM ORGANISASI PENDIDIKAN



Inovasi Dalam Organisasi Pendidikan
Oleh: Sri Purwati

Latar belakang
            Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh terhadap perubahan kehidupan sosial dan keadaan tersebut menjadi tantangan dalam pendidikan. Pendidikan sebagai satu kesatuan sistem merupakan bentuk perwujudan sebuah organisasi yang menjadi wadah dalam penerapan inovasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sa’ud (2010:6) bahwa inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru yang sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Adapun Ibrahim (1988:51) menjelaskan inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invesi atau discoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Berkaitan dengan inovasi pendidikan maka yang perlu mendapat perhatian salah satunya adalah memahami sasaran dari inovasi yaitu individu yang diharapkan untuk dapat menerima dan menerapkan inovasi. Keberadaan mereka perlu mendapat tinjauan khusus karena mereka berperan sebagai anggota masyarakat yang menjadi bagian dari suatu organisasi.
Dengan demikian apabila telah memahami proses inovasi dalam organisasi akan mudah pula untuk memahami proses inovasi pendidikan. karena pada dasarnya pelaksana pendidikan formal adalah suatu organisasi. Pelaksana pendidikan formal secara nasional (makro) adalah organisasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan beserta komponen-komponennya, sedangkan pelaksana pendidikan formal secara mikro di sekolah (organisasi sekolah). Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas bagaimana pelaksanaan inovasi pendidikan dan kaitannya dengan inovasi dalam organisasi, maka pada makalah ini, menjelaskan  tentang: hakekat organisasi pendidikan, kepekaan organisasi terhadap inovasi, keputusan inovasi dalam organisasi, dan proses inovasi dalam organisasi
Pengertian Organisasi Pendidikan
              Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai suatu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi seperti melalui oerganisasi pendidikan.
            Organisasi menurut pendapat Rogers (1971:345) adalah a stable system of individuals who work together to achieve common goals through a hierarchy of ranks and a division of labored (salah suatu sistem yang stabil, yang merupakan perwujudan kerjasama antara individu-individu, untuk mencapai tujuan bersama, dengan mengadakan jenjang dan pembagian tugas tertentu). (Ibrahim, 1988 : 129).  Stoner  dalam Singarimbun (176:132) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama. Selanjutnya Mooney dalam Wilis (1996:56) mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa organisasi merupakan perwujudan kerjasama oleh individu-individu dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi secara terorganisasi.
Sedangkan pendidikan merupakan usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya (Al-Toumy dalam Jalaluddin, 1997: 14). Menurut  Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan Negara. Dengan demikian organisasi pendidikan dapat disimpulkan sebagai organisasi dalam bidang pendidikan sebagai perwujudan kerjasama sekelompok orang dalam upaya mencapai tujuan pendidikan dan mengatasi permasalahan pendidikan yang dihadapi secara terorganisasi dan terjadi pembagian structural yang jelas antara anggota organisasi pendidikan.
              Ibramim (1988:129) mengungkapkan kestabilan organisasi akan tercapai jika organisasi memenuhi berbagai persyaratan antara lain :
a.       Memiliki tujuan yang dirumuskan dengan jelas. Dengan rumusan tujuan yang jelas, akan mempermudah untuk menentukan struktur dan fungsi organisasi tersebut. Misalnya tujuan yang akan dicapai organisasi itu bidang politik, maka struktur dan fungsi organsasi tersebut tentu berbeda dengan organisasi yang tujuannya dibidang sosial.
b.      Memiliki pembagian tugas yang jelas. Tugas yang akan dikerjakan oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuan harus dibagi-bagikan kepada anggotanya dengan cara menentukan posisi dan pembagian tugas yang jelas. Misalnya dalam organisasi ada posisi ketua umum,  sekretaris, bendahara, anggota maka posisi tersebut harus dilakukan dengan tanggung jawabnya masing-masing.
c.       Memiliki kejelasan struktur otoritas (kewenangan). Tidak semua posisi dalam organisasi memiliki kewenangan yang sama. Dalam organisasi formal harus ada kejelasan perbedaan wewenang posisi yang satu dengan yang lain. Misalnya ketua umum memiliki wewenang yang lebih dari anggota lainnya.  Dalam mengatur wewenang juga diperjelas tentang pertanggung jawaban setiap posisi.
d.      Memiliki aturan dasar (umum) dan aturan khusus. Sering juga terkenal dengan istilah memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Aturan dasar yang menjelaskan pokok-pokok aturan organisasi misalnya tujuannya, syarat menjadi anggota susunan kepengurusan dan kegiatan yang dilakukan.
e.       Pola hubungan informal. Setiap organisasi formal akan memiliki karakteristik tersendiri yang ditandai dengan adanya berbagai macam ciri hubungan informal berdasarkan norma dan hubungan sosial antar anggota-anggotanya. Pola hubungan informal ini akan muncul dalam kaitan relasi antar manusia dan juga merupakan unsur penting dalam stabilitas organisasi.
Kepekaan Organisasi Terhadap Inovasi
            Kepekaan disini berarti berhubungan dengan sejauh mana organisasi itu peka terhadap inovasi (lebih cepat menerima inovasi). Ada beberapa variabel yang mempengaruhi kepekaan organisasi terhadap inovasi menurut Ibrahim (1988:131-133)  yaitu :
(a) Ukuran organisasi mempunyai hubungan positif dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi. Makin besar ukuran organisasi makin cepat menerima inovasi.
(b) Karakteristik Struktur Organisasi dengan dimensi-dimensi: sentralisasi, kompleksitas, formalitas, dan keterbukaan.
v  Sentralisasi, artinya kekuasaan dan kewenangan kontrol dalam organisasi, dipusatkan pada beberapa orang tertentu. Sentralisasi mempunyai hubungan negatif dengan kepekaan organisasi, inovasi makin lambat diterima atau makin kecil kemungkinan organisasi itu menerima inovasi.
v  Kompleksitas, artinya anggota-anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian atau pengetahuan yang tinggi tingkatannya (misalnya para sarjana). Makin berkualitas atau mempunyai bobot ilmu yang tinggi anggota organisasi, berarti organisasi itu makin komplek. Kompleksitas mempermudah anggota organisasi untuk memahami inovasi, tetapi sukar untuk membuat kesepakatan menerapkan inovasi. Kompleksitas mempunyai hubungan positif dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi.
v  Formalitas, artinya organisasi itu mengutamakan ditaatinya aturan dan prosedur oleh anggota-anggotanya dalam melaksanakan tugas organisasi. Formalitas mempunyai hubungan negatif dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi. Makin formalitas suatu organisasi makin kecil kemungkinan menerima organisasi.
v  Keakraban hubungan antar anggota, yaitu eratnya hubungan interpersonal antar anggota organisasi. Keakraban hubungan antar anggota mempunyai hubungan positif dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi. Makin akrab hubungan antar anggota makin cepat organisasi menerima inovasi.
v  Kelenturan organisasi, artinya sejauh mana organisasi mau menerima sumber dari luar yang tidak ada kaitan secara formal. Kelenturan memiliki hubungan positif dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi.
(c). Karakteristik perorangan (pimpinan). Sikap pimpinan terhadap inovasi , memiliki hubungan positif dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi. Makin terbuka sikap pimpinan organisasi terhadap inovasi, maka makin cepat organisasi menerima inovasi.
(d). Karakteristik Eksternal organisasi yaitu karakteristik yang dimiliki oleh sistem organisasi. Organisasi yang menganut sistem terbuka artinya mau menerima pengaruh dari luar sistem. Sistem terbuka mempunyai hubungan posistif dengan kepekaan organisasi terhadap inovasi. Organisasi yang menganut sistem terbuka berarti akan makin cepat menerima inovasi.

Keputusan Inovasi Dalam Organisasi
Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
                 Pengambilan keputusan sangat berpengaruh terhadap organisasi. Menurut Ibrahim (1988:134) pengambilan keputusan yang tepat dapat memajukan organisasi atau sebaliknya karena kesalahan dalam mengambil keputusan dalam organisasi akan dapat merugikan organisasi itu sendiri. Pengambilan keputusan inovasi berbeda dengan pengambilan keputusan bukan inovasi.
                 Pada umumnya, pengambilan keputusan bukan inovasi memerlukan empat langkah, yaitu :
1) tersedianya berbagai alternatif tantangan kegiatan yang harus dilakukan atau berbagai tindakan yang harus diambil.
2) tersedia rangkaian konsekuensi dari setiap alternatif kegiatan atau tindakan yang harus diambil atau dipilih.
3) menyusun urutan atau ranking konsekuensi dari setiap alternatif,berdasarkan kemanfaatannya bagi organisasi,
4) memilih salah satu alternatif yang paling menguntungkan dan paling mudah dilaksanakan. Dalam proses keputusan tersebut, para pembuat keputusan sudah memahami berbagai alternatif dengan segala konsekuensinya, tinggal pertimbangannya mana yang paling tepat untuk dipilih dengan dasar dapat dilaksanakannya dan menguntungkan bagi organisasi.
Sedangkan keputusan inovasi berbeda dengan pola tersebut, karena pada saat akan mengambil keputusan, para pengambil keputusan dihadapkan pada berbagai kemungkinan. Mungkin mereka telah mengetahui dengan pasti tentang inovasi yang dihadapi serta telah mengetahui segala informasi. Tapi hal ini jarang terjadi, karena yang dikatakan inovasi adalah sesuatu yang dirasakan atau diamati baru bagi seseorang. Artinya, mereka telah mengetahui dengan jelas segala kemungkinan yang akan terjadi dengan berbagai alternatif, tetapi belum mencoba, sehingga harus berani mengambil resiko. Kemungkinan terakhir dan banyak terjadi adalah mereka dalam kondisi serba belum pasti terhadap inovasi. Untuk menghilangkan kondisi yang serba tak tentu, maka mereka harus mencari informasi tentang apa, mengapa, bagaiamana inovasi yang dihadapi. Sehingga, letak perbedaan antara keputusan inovasi dan keputusan bukan inovasi adalah dimulai dengan adanya serba tak tentu (uncertainty) (Ibrahim, 1988:134).
Tipe-Tipe Pengambilan Keputusan Inovasi dalam Organisasi
            Menurut Roger The innovation process consists of a usual sequence of five stages, each characterized by a particular range of events, actions, and decisions made at that point. Tipe-tipe pengambilan keputusan inovasi dalam organisasi terdiri dari tipe kuputusan otoritas dan tipe keputusan kolektif. Perbedaan langkah-langkah proses keputusan inovasi menurut Rogers  dalam Ibrahim (1988:137) yaitu:
Keputusan Inovasi Otoritas
Keputusan Inovasi Kolektif
1.      Pengetahuan
1.      Simulasi
2.      Persuasi
2.      Inisiasi
3.      Keputusan
3.      Legitimasi
4.      Komunikasi
4.      Keputusan
5.      Aktivitas (implementasi)
5.      Aktivitas (implementasi)

Keputusan Otoritas
       Keputusan otoritas  merupakan keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang kemudian dipaksakan kepada anggota organisasi oleh seseorang yang berada pada posisi di atas (mempunyai kekuasaan). Dua macam tipe keputusan otoritas yang sering dipakai dalam organisasi formal :
a) Keputusan otoritas dengan partisipasi anggota organisasi (pendekatan partisipatif). b) Keputusan otoritas tanpa partisipasi anggota organisasi (pendekatan otoritatif) (Ibrahim, 1988:137).
       Contoh keputusan otoritas dengan pendekatan otoritatif, misalnya kepala sekolah memerintahkan kepada para guru mulai tanggal 7 Mei 2014 untuk menyerahkan seluruh hasil belajar siswa. Jika kepala sekolah itu menggunakan pendekatan partisipastif, maka ia mengadakan rapat dengan para guru untuk membicarakan bagaimana sebaiknya terhadap hasil belajar siswa. Dengan menggunakan pendekatan partisipatif, berarti memperluas sumbangan kekuatan penerapan inovasi, sehingga mengurangi terjadinya penolakan inovasi. Dengan kata lain, para guru tidak merasa seolah-olah dipaksa. Keputusan otoritas biasanya dipandang lebih efisien karena urutan pertahapan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.

Keputusan Kolektif 
            Pada tipe keputusan kolektif para anggota organisasi dengan cara pemungunatan susra atau musyawarah yang menetapkan untuk menrima atau menolak inovasi. Keputusan kolektif biasanya digunakan oleh organisasi yang dibentuk secara suka rela. Rogers dan Soemaker (1971) mendefinisikan keputusan kolektif sebagai suatu cara yang digunakan para anggota sistem sosial untuk menerima atau menolak inovasi dengan kesepakatan bersama dan semua anggota harus menerima keputusan yang telah dibuat bersama tersebut. Keputusan kolektif biasanya digunakan oleh organisasi yang dibentuk secara suka rela.

Proses Inovasi Dalam Organisasi
Ibrahim mengungkapkan (1988:140) bahwa proses inovasi sebagai serangkaian  aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar atau tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi.  Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan.  Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara orang satu atau organisasi satu  dengan yang lain tergantung kepada  kepekan orang atau organisasi  terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi  itu berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses itu dinyatakan berakhir. Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung serta perubahan apa saja yang terjadi dalam inovasi, maka hasilnya diketemukan pentahapan proses inovasi.  Untuk memperluas wawasan tentang pentahapan proses inovasi, berikut akan kami tunjukan berbagi model pentahapan dalam proses inovasi baik yang berorientasi pada individu maupun yang berorientasi pada organisasi. Bagan proses inovasi dalam organisasi sebagai berikut (Rogers, 1971:363):
Stage in the Innovation Process in Organization
 

Stage in Innovation Process                            Major Activities At Each Stage in
   The Innovation Process
I.     Initiation:                                                    All of the information-gathering, 
conseptualizing and planning for
the adoption of an innovation,
leading up to the decision to adopt

1.      Agenda Setting                                     General organizational problems
Which may create a perceived need
for an innovation, are defined
the environment is search for innovation of potential value to the organization

2.      Matching                                              A problem from the organization’s
agenda is condidered together
 with an innovation, and the fit between
                                                            them is planned and designed
--------------------------------------The Decision to Adopt--------------------------------------
II.   Implementation                                           All of the even, action, and decidions
involved in putting an innovation into use

3.      Redefinning/restructuring                     (1) the innovation is modified and re-
inveted to fit the situation of the particular organization and its perceived problem, and
(2) organization structures directly relevant to the innovation are altered to accommodate the innovation
4. Clarifying                                                           The relationship between the innovation and the organization is defined
                                                                        more clearly as the innovation is put
into full and regular use
5.Routinizing                                               the Innovation eventually loses its   
                                                                    separate identity and becomes an
                                                                    element in the organization’s
 on going activities

            Pada tahap inisiasi (permulaan) kegiatan pengumpulan informasi, konseptualisasi dan perencanaaan utnuk menerima inovasi, semuanaya diarahakan untuk membuat keputusan menerima inovasi. Tahap agenda yaitu merumuskan semua permasalahan organisasi yang digunakan untuk menentukan kebutuhan inovasi dan diadakan studi lingkungan untuk menentukan nilai potensial inovasi bagi masyarakat. Kemudian tahap penyesuaian dilaksanakan sebagai upaya penyesuaian rencana yang akan dibuat yang sesuai dengan desain penerapan inovasi. Sedangkan pada tahap implementasi  semua kejadian, kegiatan, dan keputusan dilibatkan dalam penggunaan inovasi. Selanjutnya adalah tahap re-strurturalisasi dilaksanakan dengan (1) inovasi dimodifikasi dan masalah organisasi dan (2) struktur organisasi disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat menunjang inovasi. Tahap terakhir yaitu rutinisasi, pada tahap ini inovasi kemungkinan telah kehilangan sebagian identitasnya dan menjadi bagian dari kegiatan rutin organisasi (sudah hilang kebaruannya).

Kesimpulan
organisasi memiliki peran yang sangat penting, karena dampak pemilihan keputusan tersebut akan mempengaruhi keberlangsungan organisasi tersebut. Pengambilan keputusan yang tepat akan berpengaruh positif bagi organisasi tersebut, sebaliknya, jika pengambilan keputusan salah, maka justru akan merugikan organisasi itu

Daftar Pustaka
Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jalaluddin. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta:Gaya Media Pratama
Rogers.1983. Diffusion and Inovations.New York:Free Pres
Singarimbun. 1976. Understanding Practice and Analysis. New York: Random House.
Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar