Inovasi
Dalam Organisasi Pendidikan
Oleh: Sri Purwati
Latar belakang
Kemajuan
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh terhadap perubahan
kehidupan sosial dan keadaan tersebut menjadi tantangan dalam pendidikan. Pendidikan
sebagai satu kesatuan sistem merupakan bentuk perwujudan sebuah organisasi yang
menjadi wadah dalam penerapan inovasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sa’ud
(2010:6) bahwa inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru yang sengaja
diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam
pendidikan. Adapun Ibrahim (1988:51) menjelaskan inovasi pendidikan adalah
suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru
bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invesi atau
discoveri yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan
masalah pendidikan. Berkaitan dengan inovasi pendidikan maka yang perlu
mendapat perhatian salah satunya adalah memahami sasaran dari inovasi yaitu
individu yang diharapkan untuk dapat menerima dan menerapkan inovasi. Keberadaan
mereka perlu mendapat tinjauan khusus karena mereka berperan sebagai anggota
masyarakat yang menjadi bagian dari suatu organisasi.
Dengan
demikian apabila telah memahami proses inovasi dalam organisasi akan mudah pula
untuk memahami proses inovasi pendidikan. karena pada dasarnya pelaksana
pendidikan formal adalah suatu organisasi. Pelaksana pendidikan formal secara
nasional (makro) adalah organisasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan beserta
komponen-komponennya, sedangkan pelaksana pendidikan formal secara mikro di
sekolah (organisasi sekolah). Agar dapat memperoleh gambaran yang jelas
bagaimana pelaksanaan inovasi pendidikan dan kaitannya dengan inovasi dalam
organisasi, maka pada makalah ini, menjelaskan tentang: hakekat organisasi pendidikan,
kepekaan organisasi terhadap inovasi, keputusan inovasi dalam organisasi, dan
proses inovasi dalam organisasi
Pengertian
Organisasi Pendidikan
Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk
hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam
mencapai suatu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka
tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang
mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi seperti melalui oerganisasi
pendidikan.
Organisasi menurut pendapat Rogers
(1971:345) adalah a stable system of
individuals who work together to achieve common goals through a hierarchy of
ranks and a division of labored (salah suatu sistem yang stabil, yang
merupakan perwujudan kerjasama antara individu-individu, untuk mencapai tujuan
bersama, dengan mengadakan jenjang dan pembagian tugas tertentu). (Ibrahim,
1988 : 129). Stoner dalam Singarimbun (176:132) mengatakan bahwa
organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di
bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama. Selanjutnya Mooney dalam Wilis
(1996:56) mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
organisasi merupakan perwujudan kerjasama oleh individu-individu dalam upaya
mencapai tujuan yang diharapkan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi secara
terorganisasi.
Sedangkan pendidikan
merupakan usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya
sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya
(Al-Toumy dalam Jalaluddin, 1997: 14). Menurut
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan Negara.
Dengan demikian organisasi pendidikan dapat disimpulkan sebagai organisasi
dalam bidang pendidikan sebagai perwujudan kerjasama sekelompok orang dalam
upaya mencapai tujuan pendidikan dan mengatasi permasalahan pendidikan yang
dihadapi secara terorganisasi dan terjadi pembagian structural yang jelas
antara anggota organisasi pendidikan.
Ibramim (1988:129) mengungkapkan kestabilan organisasi
akan tercapai jika organisasi memenuhi berbagai persyaratan antara lain :
a.
Memiliki tujuan yang
dirumuskan dengan jelas. Dengan rumusan tujuan yang jelas, akan mempermudah
untuk menentukan struktur dan fungsi organisasi tersebut. Misalnya tujuan yang akan dicapai organisasi itu
bidang politik, maka struktur dan fungsi organsasi tersebut tentu berbeda
dengan organisasi yang tujuannya dibidang sosial.
b.
Memiliki pembagian
tugas yang jelas. Tugas yang akan
dikerjakan oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuan harus dibagi-bagikan
kepada anggotanya dengan cara menentukan posisi dan pembagian tugas yang jelas.
Misalnya dalam organisasi ada posisi ketua umum, sekretaris, bendahara, anggota maka posisi
tersebut harus dilakukan dengan tanggung jawabnya masing-masing.
c.
Memiliki kejelasan
struktur otoritas (kewenangan). Tidak semua posisi dalam organisasi memiliki
kewenangan yang sama. Dalam organisasi
formal harus ada kejelasan perbedaan wewenang posisi yang satu dengan yang
lain. Misalnya ketua umum memiliki wewenang yang lebih dari anggota lainnya. Dalam mengatur wewenang juga diperjelas
tentang pertanggung jawaban setiap posisi.
d.
Memiliki aturan
dasar (umum) dan aturan khusus. Sering juga terkenal dengan istilah memiliki
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Aturan dasar yang menjelaskan
pokok-pokok aturan organisasi misalnya tujuannya, syarat menjadi anggota
susunan kepengurusan dan kegiatan yang dilakukan.
e.
Pola hubungan
informal. Setiap organisasi formal akan memiliki karakteristik tersendiri yang
ditandai dengan adanya berbagai macam ciri hubungan informal berdasarkan norma
dan hubungan sosial antar anggota-anggotanya. Pola hubungan informal ini akan
muncul dalam kaitan relasi antar manusia dan juga merupakan unsur penting dalam
stabilitas organisasi.
Kepekaan
Organisasi Terhadap Inovasi
Kepekaan
disini berarti berhubungan dengan sejauh mana organisasi itu peka terhadap
inovasi (lebih cepat menerima inovasi). Ada beberapa variabel yang mempengaruhi
kepekaan organisasi terhadap inovasi menurut Ibrahim (1988:131-133) yaitu :
(a) Ukuran
organisasi mempunyai hubungan positif dengan kepekaan organisasi terhadap
inovasi. Makin besar ukuran organisasi makin cepat menerima inovasi.
(b) Karakteristik
Struktur Organisasi dengan dimensi-dimensi: sentralisasi, kompleksitas,
formalitas, dan keterbukaan.
v Sentralisasi, artinya kekuasaan dan
kewenangan kontrol dalam organisasi, dipusatkan pada beberapa orang tertentu.
Sentralisasi mempunyai hubungan negatif dengan kepekaan organisasi, inovasi
makin lambat diterima atau makin kecil kemungkinan organisasi itu menerima
inovasi.
v Kompleksitas, artinya
anggota-anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang memiliki keahlian atau
pengetahuan yang tinggi tingkatannya (misalnya para sarjana). Makin berkualitas
atau mempunyai bobot ilmu yang tinggi anggota organisasi, berarti organisasi
itu makin komplek. Kompleksitas mempermudah anggota organisasi untuk memahami
inovasi, tetapi sukar untuk membuat kesepakatan menerapkan inovasi.
Kompleksitas mempunyai hubungan positif dengan kepekaan organisasi terhadap
inovasi.
v Formalitas, artinya organisasi itu
mengutamakan ditaatinya aturan dan prosedur oleh anggota-anggotanya dalam
melaksanakan tugas organisasi. Formalitas mempunyai hubungan negatif dengan
kepekaan organisasi terhadap inovasi. Makin formalitas suatu organisasi makin
kecil kemungkinan menerima organisasi.
v Keakraban hubungan antar anggota,
yaitu eratnya hubungan interpersonal antar anggota organisasi. Keakraban
hubungan antar anggota mempunyai hubungan positif dengan kepekaan organisasi
terhadap inovasi. Makin akrab hubungan antar anggota makin cepat organisasi
menerima inovasi.
v Kelenturan organisasi, artinya
sejauh mana organisasi mau menerima sumber dari luar yang tidak ada kaitan
secara formal. Kelenturan memiliki hubungan positif dengan kepekaan organisasi
terhadap inovasi.
(c). Karakteristik perorangan
(pimpinan). Sikap pimpinan terhadap inovasi , memiliki hubungan positif dengan
kepekaan organisasi terhadap inovasi. Makin terbuka sikap pimpinan organisasi
terhadap inovasi, maka makin cepat organisasi menerima inovasi.
(d). Karakteristik Eksternal organisasi
yaitu karakteristik yang dimiliki oleh sistem organisasi. Organisasi yang
menganut sistem terbuka artinya mau menerima pengaruh dari luar sistem. Sistem
terbuka mempunyai hubungan posistif dengan kepekaan organisasi terhadap
inovasi. Organisasi yang menganut sistem terbuka berarti akan makin cepat
menerima inovasi.
Keputusan
Inovasi Dalam Organisasi
Pengambilan
Keputusan Dalam Organisasi
Pengambilan keputusan sangat berpengaruh terhadap
organisasi. Menurut Ibrahim (1988:134) pengambilan keputusan yang tepat dapat
memajukan organisasi atau sebaliknya karena kesalahan dalam mengambil keputusan
dalam organisasi akan dapat merugikan organisasi itu sendiri. Pengambilan
keputusan inovasi berbeda dengan pengambilan keputusan bukan inovasi.
Pada umumnya, pengambilan keputusan bukan inovasi
memerlukan empat langkah, yaitu :
1) tersedianya berbagai
alternatif tantangan kegiatan yang harus dilakukan atau berbagai tindakan yang
harus diambil.
2) tersedia rangkaian
konsekuensi dari setiap alternatif kegiatan atau tindakan yang harus diambil
atau dipilih.
3) menyusun urutan atau
ranking konsekuensi dari setiap alternatif,berdasarkan kemanfaatannya bagi
organisasi,
4) memilih salah satu
alternatif yang paling menguntungkan dan paling mudah dilaksanakan. Dalam
proses keputusan tersebut, para pembuat keputusan sudah memahami berbagai
alternatif dengan segala konsekuensinya, tinggal pertimbangannya mana yang
paling tepat untuk dipilih dengan dasar dapat dilaksanakannya dan menguntungkan
bagi organisasi.
Sedangkan keputusan
inovasi berbeda dengan pola tersebut, karena pada saat akan mengambil
keputusan, para pengambil keputusan dihadapkan pada berbagai kemungkinan.
Mungkin mereka telah mengetahui dengan pasti tentang inovasi yang dihadapi
serta telah mengetahui segala informasi. Tapi hal ini jarang terjadi, karena
yang dikatakan inovasi adalah sesuatu yang dirasakan atau diamati baru bagi
seseorang. Artinya, mereka telah mengetahui dengan jelas segala kemungkinan yang
akan terjadi dengan berbagai alternatif, tetapi belum mencoba, sehingga harus
berani mengambil resiko. Kemungkinan terakhir dan banyak terjadi adalah mereka
dalam kondisi serba belum pasti terhadap inovasi. Untuk menghilangkan kondisi
yang serba tak tentu, maka mereka harus mencari informasi tentang apa, mengapa,
bagaiamana inovasi yang dihadapi. Sehingga, letak perbedaan antara keputusan
inovasi dan keputusan bukan inovasi adalah dimulai dengan adanya serba tak
tentu (uncertainty) (Ibrahim,
1988:134).
Tipe-Tipe
Pengambilan Keputusan Inovasi dalam Organisasi
Menurut
Roger The innovation process
consists of a usual sequence of five stages, each characterized by a particular
range of events, actions, and decisions made at that point. Tipe-tipe
pengambilan keputusan inovasi dalam organisasi terdiri dari tipe kuputusan
otoritas dan tipe keputusan kolektif. Perbedaan langkah-langkah proses
keputusan inovasi menurut Rogers dalam
Ibrahim (1988:137) yaitu:
Keputusan
Inovasi Otoritas
|
Keputusan
Inovasi Kolektif
|
1.
Pengetahuan
|
1.
Simulasi
|
2.
Persuasi
|
2.
Inisiasi
|
3.
Keputusan
|
3.
Legitimasi
|
4.
Komunikasi
|
4.
Keputusan
|
5.
Aktivitas (implementasi)
|
5.
Aktivitas (implementasi)
|
Keputusan
Otoritas
Keputusan otoritas
merupakan keputusan untuk menerima atau menolak inovasi yang kemudian dipaksakan
kepada anggota organisasi oleh seseorang yang berada pada posisi di atas
(mempunyai kekuasaan). Dua macam tipe keputusan otoritas yang sering dipakai
dalam organisasi formal :
a) Keputusan otoritas
dengan partisipasi anggota organisasi (pendekatan partisipatif). b) Keputusan
otoritas tanpa partisipasi anggota organisasi (pendekatan otoritatif) (Ibrahim,
1988:137).
Contoh keputusan otoritas dengan pendekatan otoritatif,
misalnya kepala sekolah memerintahkan kepada para guru mulai tanggal 7 Mei 2014
untuk menyerahkan seluruh hasil belajar siswa. Jika kepala sekolah itu
menggunakan pendekatan partisipastif, maka ia mengadakan rapat dengan para guru
untuk membicarakan bagaimana sebaiknya terhadap hasil belajar siswa. Dengan
menggunakan pendekatan partisipatif, berarti memperluas sumbangan kekuatan
penerapan inovasi, sehingga mengurangi terjadinya penolakan inovasi. Dengan
kata lain, para guru tidak merasa seolah-olah dipaksa. Keputusan otoritas
biasanya dipandang lebih efisien karena urutan pertahapan proses pengambilan
keputusan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat.
Keputusan
Kolektif
Pada
tipe keputusan kolektif para anggota organisasi dengan cara pemungunatan susra
atau musyawarah yang menetapkan untuk menrima atau menolak inovasi. Keputusan
kolektif biasanya digunakan oleh organisasi yang dibentuk secara suka rela. Rogers
dan Soemaker (1971) mendefinisikan keputusan kolektif sebagai suatu cara yang
digunakan para anggota sistem sosial untuk menerima atau menolak inovasi dengan
kesepakatan bersama dan semua anggota harus menerima keputusan yang telah
dibuat bersama tersebut. Keputusan kolektif biasanya digunakan oleh organisasi
yang dibentuk secara suka rela.
Proses
Inovasi Dalam Organisasi
Ibrahim mengungkapkan (1988:140)
bahwa proses inovasi sebagai serangkaian
aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar atau
tahu adanya inovasi sampai menerapkan (implementasi) inovasi. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas
itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi
perubahan. Berapa lama waktu yang
dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda antara orang satu atau
organisasi satu dengan yang lain tergantung
kepada kepekan orang atau
organisasi terhadap inovasi. Demikian
pula selama proses inovasi itu
berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses
itu dinyatakan berakhir. Dalam mempelajari proses inovasi para ahli mencoba
mengidentifikasi kegiatan apa saja yang dilakukan individu selama proses itu berlangsung
serta perubahan apa saja yang terjadi dalam inovasi, maka hasilnya diketemukan
pentahapan proses inovasi. Untuk
memperluas wawasan tentang pentahapan proses inovasi, berikut akan kami
tunjukan berbagi model pentahapan dalam proses inovasi baik yang berorientasi
pada individu maupun yang berorientasi pada organisasi. Bagan proses inovasi
dalam organisasi sebagai berikut (Rogers, 1971:363):
Stage in the Innovation Process in Organization
Stage in Innovation Process Major
Activities At Each Stage in
The Innovation Process
I.
Initiation: All
of the information-gathering,
conseptualizing and
planning for
the adoption of an innovation,
leading up to the decision to adopt
1.
Agenda Setting General organizational problems
Which may create a perceived need
for an innovation, are defined
the environment is search for innovation of potential
value to the organization
2.
Matching A
problem from the organization’s
agenda is condidered together
with an innovation, and the fit between
them
is planned and designed
--------------------------------------The Decision to
Adopt--------------------------------------
II.
Implementation All
of the even, action, and decidions
involved in putting an innovation into use
3.
Redefinning/restructuring (1) the innovation is modified and re-
inveted to fit the situation of the particular organization and its
perceived problem, and
(2) organization structures directly relevant to the
innovation are altered to accommodate the innovation
4. Clarifying The
relationship between the innovation and the organization is defined
more
clearly as the innovation is put
into full and regular use
5.Routinizing the Innovation eventually loses
its
separate identity and becomes an
element in the organization’s
on going activities
Pada
tahap inisiasi (permulaan) kegiatan pengumpulan informasi, konseptualisasi dan
perencanaaan utnuk menerima inovasi, semuanaya diarahakan untuk membuat keputusan
menerima inovasi. Tahap agenda yaitu merumuskan semua permasalahan organisasi
yang digunakan untuk menentukan kebutuhan inovasi dan diadakan studi lingkungan
untuk menentukan nilai potensial inovasi bagi masyarakat. Kemudian tahap
penyesuaian dilaksanakan sebagai upaya penyesuaian rencana yang akan dibuat yang
sesuai dengan desain penerapan inovasi. Sedangkan pada tahap implementasi semua kejadian, kegiatan, dan keputusan
dilibatkan dalam penggunaan inovasi. Selanjutnya adalah tahap re-strurturalisasi dilaksanakan dengan (1)
inovasi dimodifikasi dan masalah organisasi dan (2) struktur organisasi
disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat menunjang
inovasi. Tahap terakhir yaitu rutinisasi, pada tahap ini inovasi kemungkinan
telah kehilangan sebagian identitasnya dan menjadi bagian dari kegiatan rutin
organisasi (sudah hilang kebaruannya).
Kesimpulan
organisasi memiliki peran yang sangat
penting, karena dampak pemilihan keputusan tersebut akan mempengaruhi
keberlangsungan organisasi tersebut. Pengambilan keputusan yang tepat akan
berpengaruh positif bagi organisasi tersebut, sebaliknya, jika pengambilan
keputusan salah, maka justru akan merugikan organisasi itu
Daftar
Pustaka
Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jalaluddin. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta:Gaya Media Pratama
Rogers.1983. Diffusion and Inovations.New York:Free Pres
Singarimbun.
1976. Understanding Practice and Analysis.
New York: Random House.
Wilis. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar