Jawaban Ujian Semester
Nama mahasiswa : Sri Purwati
Mata Kuliah :
Difusi Inovasi Pendidikan
Program Studi :
Teknologi Pendidikan
Dosen Penguji :
Dr. Aisyah.A.R, M. Pd
Dr. Sri Sumarni
Soal:
1. Berbagai
macam model inovasi pendidikan yang
dapat diterapkan dalam pendidikan:
a. Model
apa yang paling tepat jika saudara ingin melaksanakannya di sekolah
b. Mengapa
dikatakan tepat atau baik, berikan alasan
c. Buat
petunjuk yang saudara anggap baik untuk
menerapkannya
2. Mengapa
penerapan inovasi dalam suatu sekolah sering mengalami kegagalan? Berikan
alasannya dan berikan suatu kasus serta bagaimana cara mengatasinya.
3. Berikan
suatu contoh, inovasi merupakan bagian dari sistem sosial, jelaskan bahwa
pelaksanaannya terdapat critical mass
sehingga kondisi suatu inovasi tidak
stabil dan cenderung tidak membuat suatu kemandirian atau sebaliknya suatu
keberhasilan, faktor pendukung dan penghambat apa saja yang ada dalam system
sosial tersebut
4. Konsekwensi
inovasi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai hasil dari
perubahan atau penolakan suatu inovasi. Jelaskan dan berikan contoh yang jelas
serta sebutkan konsekwensnyai baik
langsung ataupun tidak langsung
5. Terdapat
empat agen pembaharu, coba jelaskan cirri-cirinya dan berikan contoh
masing-masing
Jawaban
(1) a. Model inovasi pendidikan yang paling tepa dilaksanakan di sekolah
Menurut Ibrahim (1988:177) model
inovasi pendidikan terdiri dari: (1) model penelitian, pengembangan, dan difusi
(Research-Development-Diffusion-Model)
yaitu model inovasi yang berdasarkan pemikiran bahwa
setiap orang tentu memerlukan perubahan, dan unsur pokok perubahan ialah
penelitian, pengembangan, difusi; (2) model
pengembangan organisasi (organization
development mode) yaitu model yang berorientasi pada organisasi dari pada organisasi pada sistem sosial.
Model ini berpusat pada sekolah. Model pengembangan organisasi ini berbeda
dengan model pengembangan dan difusi.
(3)
mode konfigurasi (configuration model). Model konfigurasi atau
disebut juga konfigurasi teori difusi inovasi yang juga terkenal dengan istilah
CLER, model dengan pendekatan secara konprehensif untuk mengembangkan strategi
inovasi (perubahan pendidikan) pada situasi yang berbeda. Adapun menurut
pendapat saya dari ketiga modal yang dipaparkan sebelumnya model inovasi
pendidikan yang paling tepat dilaksanakan di sekolah tempat mengajar saya adalah
model pengembangan organisasi (organization
development mode)
b. Alasan model
inovasi pendidikan dianggap lebih tepat digunakan atau dikatakan lebih baik
Model
Pengembangan Organisasi dikatakan baik karena model ini lebih berorientasi pada
organisasi dari pada organisasi pada sistem sosial. Model ini berpusat pada sekolah.
Model pengembangan organisasi ini berbeda dengan model pengembangan dan difusi. Model
pengembangan organisasi berorientasi
pada nilai yang tinggi artinya dalam model ini juga mendasarkan pada filosofi
yang menyarankan agar sekolah jangan hanya diberi tahu tentang inovasi
pendidikan dan disuruh menerimanya, Sekolah harus menjadi
organisasi yang memahami persoalan yang
dihadapi, serta mampu untuk menciptakan cara pemecahan permasalahan itu sendiri
dengan mengorganisir berbagai macam sumber yang ada dalam organisasi itu
sendiri atau dengan bantuan ahli dari luar organisasi
dan juga mampu menentukan cara bagaimana menerapkan inovasi serta menilai hasil
yang telah dicapai (Ibrahim, 1988:179). Beberapa
contohnya inovasi pendidikan yang
berkaitan dengan model pengembangan organisasi yaitu dengan
dikembangkannya stategi pembelajaran yang inovatif sebagaimana yang diungapkan
oleh Wena (2009) dalam bukunya yang berjudul stategi pembelajaran inovatif
kontemporer terdapat berbagai strategi pembelajaran seperti strategi
pembelajaran pemecahan masalah, strategi pembelajaran ranah motorik, strategi
pembelajaran kreatif produktif-pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran
kuantum, strategi pembelajaran siklus-pembelajaran generative-belajar tuntas
dan pembelajaran kooperatif dan strategi pembelajaran berbasis komputer dan
pembelajaran berbasis elektronik (e-learning).
c. Petunjuk dalam penerapan
model inovasi pendidikan disekolah sebagai berikut:
1.
Membuat rumusan yang jelas tentang
inovasi yang akan diterapkan.
·
Apa yang diperlukan sehingga perlu ada
perubahan?
·
Adakah hal-hal lain yang perlu dilakukan
sehingga perlu ada perubahan?
·
Adakah hal-hal lain yang ikut menunjang
penerapan inovasi?
1.
Menggunakan metode atau cara yang tepat
dalam merancang strategi pembelajaran inovatif dengan syarat:
· Tujuan
diadakannya inovasi perlu dimengerti dan diterima oleh guru, siswa, serta orang
tua dan juga masyarakat. Tujuan hendaknya dapat dirumuskan dengan jelas sesuai
dengna tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan dan sikap .
· Cara
yang tepat dalam merancang strategi pembelajaran inovatif harus memberikan
rangsangan agar mau menerima inovasi melalui pemberian motivasi yang positif
· Pengambilan
keputusan inovasi diusahakan agar individu dapat berpartisipasi aktif dengan
tetap memperhatikan fasilitas dan media yang ada.
· Perlu
direncanakan tentang evaluasi keberhasilan program inovasi.
3. Menggunakan berbagai macam alternatif untuk
mempermudah penerapan inovasi. Dengan cara menggunakan data atau informasi yang
sudah ada untuk bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan penerapan
inovasi. Perubahan atau inovasi di sekolah memerlukan persfektif yang sangat
luas. Berbagai data dari berbagai bidang dan sudut pandang perlu didayagunakan.
Misalnya untuk mengadakan perubahan tentang cara belajar siswa perlu diketahui
tentang data penilaian setiap siswa untuk setiap bidang studi.
4. Menggunakan
tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadinya penerapan inovasi. Seperti
data pemahaman dan partisifasi individu terhadap program yang ada, analisis
kemudahan dan kesukaran untuk mencapai tujuan, data penilaian terhadap bahan
media instruksional yang diproduksi sekolah, data jumlah dan macam diagnostic
tes dari siswa, data perubahan isi kurikulum dan data pandangan ahli tentang
hasil pengamatannya terhadap program baru.
5. Mengusahakan adanya pengorganisasian kegiatan
yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Pengorganisasian
kegiatan perlu memperhatikan jadwal kegiatan. Untuk pelajaran yang menggunakan
latihan/praktek perlu waktu lama dari pada waktu untuk pelajaran yang hanya
dengan ceramah.
6. Mengusahakan
mencari jawaban atas berbagai macam pertanyaan dasar tentang inovasi di
sekolah.
7. Proses
penerapan inovasi pendidikan akan lancar dan dapat mencapai tujuan dengan
efektif jika program inovasi dipersiapkan dan direncanakan dengan matang.
Perencanaan ini perlu memperhatikan peranan prioritas inovasi untuk kemajuan
sekolah.
(2) a. Faktor penyebab kegagalan penerapan inovasi
atau hambatan inovasi
Ibrahim (1988:123-125) mengemukakan enam faktor utama
hambatan inovasi adalah : Faktor pertama,
estimasi tidak tepat terhadap inovasi hal ini disebabkan kurang tepatnya
perencanaan proses inovasi atau estimasi dalam
proses difusi dan inovasi yaitu tidak tepat pertimbangan team pelaksana
inovasi, kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai atau
kurang adanya kerjasama yang baik. Faktor
Kedua, konflik dan motivasi hambatan ini disebabkan karena adanya
masalah-masalah pribadi seperti pertentangan antara anggota team pelaksana,
kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai sikap pribadi yang dapat mengganggu
kelancaran proses inovasi. Secara rinci item yang termasuk masalah konflik dan
motivasi ialah
Adapun apabila
ditinjau dari klasifikasi faktor input
dan faktor output Faktor maka penerapan inovasi dalam suatu sekolah sering mengalami kegagalan
disebabkan oleh faktor berikut ini. Faktor Input terdiri dari: pertama, halangan untuk berubah dari lingkungannya
yang berkaitan
dengan tersedianya sarana dan prasarana untuk berinovasi; Kedua,
kurangnya ketidakterampilan agen
pembaharu karena ketidakmampuan dalam menguasai pengetahuan dan teknologi; Ketiga
inovasi yang bepusat hanya pada seseorang; keempat, Sensitivitas dan defensiveness guru-guru/tenaga
kependidikan; Dalam hal ini
mengakui, bahwa ada guru yang tidak merasa bertanggung jawab atas pendidikan.
Sehingga tidak merasa terpanggil untuk memajukan pendidikan, maka dari itu
tidak mau melakukan inovasi dalam pendidikan. Kelima, Guru/tenaga kependidikan yang bersifat
konservatif. Sifat guru yang konservatif tidak mau berinovasi bisa
disebabkan oleh tingkat ksejahteraan guru yang rendah karena gaji yang kecil.
Sedangkan, faktor output terdiri dari: pertama
tujuan inovasi yang tidak jelas. Hal ini terjadi karena program yang
akan dilakukan biasanya tidak disusun/dirumuskan terlebih dahulu; Kedua, tidak ada reward untuk sebuah inovasi; Ketiga, sekolah /lembaga terlalu memonopoli. Pengaruh
kepemimpinan yang otoriter di pusat( pemerintahan orde baru), mempengaruhi juga
sampi kebawah termasuk sekolah. Sehingga kebebasan guru atau tenaga
kependidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki terbelenggu. Menyebabkan
program inovasi terhambat; Keempat,
komponen pengetahuan rendah sehingga
guru tidak bisa mengikutinya; Kelima,
kesukaran dalam mendiagnosis kelemahan
inovasi; Keenam, sumber daya
teknologi dan keuangan rendah; Ketujuh,
terfokus pada akuntabilitas public. Apa yang dilakukan oleh para
innovator biasanya terfokus pada pertanggungjawaban kepada masyarakat. Sehingga
apa yang dilakukan serasa beban berat yang harus dipikul. Bukan atas kesadaran
bahwa dirinya adalah agen of change sebuah tugas yang niscaya harus dilakukan.
Karena merasa keterpaksaan itulah yang membuat inovasi tidak berkembang: Kedelapan, Kurang
mengarah pada entrepreneurship. Inovasi-inovasi
yang biasa kita lakukan biasanya bersifat pengembangan kompetensi yang bersifat
kognitif. Sedangkan aspek psikomotor kurang dikembangkan, termasuk pada
pengembangan kemampuan entrepreneurship (kewirausahaan).
b. Contoh kegagalan
inovasi di sekolah dan cara mengatasinya
Kurikulum 2013 dilaksanakan berdasarkan pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi namun dalam proses pelaksanaannya
banyak guru yang belum mampu memanfaatkan teknologi yang dapat mempermudah
pekerjaannya. Sebagai contoh di suatu sekolah mendapatkan fasilitas pendidikan
yang baru berupa komputer yang juga dilengkapi oleh jaringan internet. Para
guru diberikan kesempatan untuk memanfaatkan fasilitas tersebut dalam proses
pembelajaran. Namun, karena tidak memiliki kemampuan dasar mengenai program
komputer mengakibatkan fasilitas yang telah ada sebagai inovasi pendidikan
tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Pada kasus ini terjadi kegagalan
inovasi. Adapun cara mengatasinya adalah dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan
kepada guru-guru atau mengikuti kegiatan workshop atau seminar yang dapat
meningkatkan keterampilan para guru tersebut. Pada upaya tersebut sangat
dibutuhkan peran opinion leader dan agent
of change (agen perubahan). Dengan demikian kegagalan inovasi pendidikan
disekolah dapat diatasi.
(3) a. Contoh-contoh inovasi sebagai bagian atau
komponen dari sistem sosial
Miles dalam Ibrahim (1988:52-53) menjelaskan
contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau komponen sistem sosial sebagai berikut:
· Pembinaan personalia. Pendidikan
yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu menentukan personal (orang)
sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personel misalnya:
peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan
sebagainya.
· Banyaknya personal dan wilayah kerja.
Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa jumlah personalia yang terikat
dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya.
· Fasilitas fisik. Sistem sosial
termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan hasil
teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen
ini misalnya: perubahan bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu
meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat
yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan),
perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan CCTV (TVCT- Televisi
Stasiun Terbatas), dan sebagainya.
· Penggunaan waktu. Suatu sistem
pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan
dengan komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan,
pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatan mahasiswa untuk
memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya.
· Perumusan tujuan. Sistem pendidikan
tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen
ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan TK, SD
disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tantangan kehidupan), perubahan
rumusan tujuan pendidikan nasional dan sebagainya.
·
Prosedur. Sistem pendidikan
tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan
dengan komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan
mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.
·
Peran yang diperlukan. Dalam sistem
sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran yang diperlukan
untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan inovasi yang relevan dengan
komponen ini, misalnya: peran guru sebagai pemakai media (maka diperlukan
keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola
kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya.
· Wawasan dan perasaan. Dalam
interaksi sosial biasanya berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang
akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan
dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan
akan mempercepat tercapainnya tujuan. Inovasi yang relevan dengan bidang ini
misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan pendekatan keterampilan
proses, perasaan cinta pada pekerjaan guru, kesediaan berkorban, kesabaran
sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum SD yang disempurnakan,
dan sebagainya.
· Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja).
Dalam sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan antara bagian atau
mekanisme kerja antara bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan.
Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian
tugas antara seksi di kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar
seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerja antara jurusan,
fakultas, dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan
sebagainya.
· Hubungan dengan sistem yang lain.
Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa hal harus berhubungan atau
bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi yang relevan dengan bidang ini
misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah bekerjasama atau
berhubungan dengan Departemen Kesehatan, data pelaksanaan KKN harus kerjasama
dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.
· Strategi. Yang dimaksud dengan
strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan pola strategi yang
digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara kronologis
biasanya menggunakan pola urutan sebagai berikut:
1) Desain. Ditemukannya suatu inovasi
dengan perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu penelitian dan obeservasi
atau hasil penilaian terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.
2) Kesadaran dan perhatian. Suatu potensi yang
sangat menunjang berhasilnya inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian
sasaran inovasi (baik individu maupun kelompok) akan perlunya inovasi.
Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi tentang
inovasi.
3) Evaluasi. Para sasaran inovasi mengadakan
penilaian terhadap inovasi tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang
kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi, pembiayaannya
dan sebagainya.
4) Percobaan. Para sasaran inovasi mencoba
menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah memang benar inovasi yang dinilai
baik itu dapat diterapkan seperti yang diharapkan. Jika ternyata berhasil maka
inovasi akan diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuai strategi inovasi
yang telah direncanakan.
b.
Pelaksanaan
critical mass berpengaruh terhadap
kondisi suatu inovasi
Critical mass pada
dinamika sosial merupakan jumlah khalayak atau adaptor yang mengadopsi suatu
inovasi pada sistem sosial hingga tingkat adopsi tersebut bisa menjadi mandiri
dan menciptakan pertumbuhan yang selanjutnya. Satu tahapan pada proses difusi di
mana media interaktif harus dicapai supaya adopsi tersebut dapat terjadi. Teori
critical mass tidak terbentuk dengan
begitu saja, namun di dalam teori ini ada faktor-faktor sosial yang dapat
mempengaruhi critical mass, yaitu
ukuran, keterhubungan dan tingkat komunikasi dalam masyarakat itu sendiri. Critical mass sangat erat hubungannya
dengan massa, dan berhubungan dengan konsensus mayoritas yang terdapat di
kalangan politik. Adanya critical mass, dapat
menunjang keberhasilan inovasi. Sebab apabila inovasi didifusikan dan berada
pada tahap critical mass apabila
disepakati sebagai inovasi yang tepat guna dan dapat dimanfaatkan dengan baik
masyarakat dapat mengadobsi (adopter). Namun
sebaliknya apabila inovasi tesebut dinilai mempunyai banyak kekurangan maka
pada tahap critical mass hasil
inovasi tidak dapat diterima dan menuntut suatu pembaharuan sebagai inovasi
yang lebih baru daripada sebelumnya.
c. Faktor pendukung dan penghambat inovasi
Faktor-faktor
pendukung inovasi yaitu:
· Intensitas
hubungan/kontak dengan individu yang lain dalm suatu sistem
Kontak
dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu
menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru
tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara
budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan
suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.
·
Tingkat
Pendidikan yang maju
Pendidikan
memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan
mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan
memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya
dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
·
Sikap
terbuka dari masyarakat atau individu
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal
atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak
lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya.
Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan
kemampuan dirinya.
· Sikap
ingin berkembang dan maju dari masyarakat dan menghargai Hasil Karya Orang Lain.
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong
seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin
terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain. Dengan sikap ingin
berkembang dan maju maka inovasi akan dapat diaktualisasikan dan didifusikan
pada masyarakat.
Faktor
penghambat inovasi menurut
Ibrahim (1988:120-122) yaitu:
· Hambatan
geografi
Hambatan geografi mencakup jarak
jauh, transport yang lambat, daerah yang terisolasi, keadaan iklim yang tidak
menguntungkan. Keadaan ini menghambat difusi dan inovasi dalam sistem sosial.
· Hambatan
sejarah
Hambatan sejarah mencakup masalah-masalah
seperti peraturan kolonial, tradisi yang bertentangan dengan inovasi, dan
perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan.
·
Hambatan ekonomi
Hambatan ekonomi
mencakup tidak tersedianya bantuan dana dari pemerintah dan pengaruh inflasi sehingga
difusi dan inovasi terhambat
· Hambatan
prosedur
Hambatan prosedur mencakup berbagai faktor
yang berkaitan dengan teknis administrasi pelaksanaan inovasi. Termasuk
hambatan prosedur ialah kurang cakapnya tenaga yang melaksanakan program
inovasi, kurang kerjasama atau koordinasi antara bagian yang penting dalam
pelaksanaan difusi inovasi. Tidak cukupnya persediaan material yang diperlukan
serta kurang adanya kesepakatan mengenai tujuan proyek inovasi yang merupakan
hambatan prosedur yang perlu diperhatikan.
· Hambatan
personal
Hambatan personal mencakup kurang adanya
pemberian (penguatan) hadiah bagi penerima dan pemakai inovasi, orang-orang
yang memegang peranan yang penting di masyarakat tidak terbuka untuk menerima
dan melaksanakan inovasi, sikap kaku dan pengetahuan yang sempit dari para
personalia yang sebenarnya memiliki peranan penting dalam proyek, serta
terjadinya pertentangan pribadi.
·
Hambatan sosial-budaya
Hambatan
sosial-budaya yang menghambat inovasi ialah kurangnya suasana adanya saling tukar
fikiran secara terbuka, perbedaan nilai budaya (cultural value), serta kurang harmonisnya hubungan antara anggota
team proyek inovasi.
·
Hambatan politik
Hambatan politik
mencakup kurangnya hubungan yang baik dengan pimpinan politik, adanya
pergantian pemerintah akan menyulitkan pembinaan secara kontinu pelaksanaan
program yang sudah direncanakan, pendidikan yang menangani proyek inovasi tidak
mengetahui realitas politik, adanya keberatan terhadap proyek inovasi dengan
berdasarkan kepentingan golongan, kurang adanya pengertian dan kurang adanya
perhatian dari pimpinan politik.
Sedangkan
(4) Berikut contoh konsekwensi inovasi
merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai hasil dari
perubahan atau penolakan suatu inovasi baik langsung ataupun tidak langsung.
Ibrahim (1988:73) menjelaskan sistem sosial
berpengaruh terhadap konsekuensi inovasi, karena perubahan itu terjadi dalam
sistem sosial. Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam sistem
sosial sebagai hasil dari penerimaan atau penolakan dari suatu inovasi. Ditinjau
dari hasil inovasi yang diperoleh atau yang tampak dalam sistem sosial,
konsekuensi inovasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu:
(a) Konsekuensi
yang bermanfaat dengan yang tidak bermanfaat, hal ini tergantung dari hasil
inovasi di dalam sistem sosial itu fungsional atau tidak fungsional.
(b) Konsekuensi
langsung dengan tidak langsung, tergantung dari perubahan yang terjadi pada
individu atau sistem sosial berupa respon yang segera atau pertama terjadi
terhadap inovasi atau respon yang kedua yang terjadi setelah adanya konsekuensi
langsung.
(c) Konsekuensi
yang diharapkan dengan yang tidak diharapkan tergantung dari bagaimana
perubahan itu, diketahui dan direncanakan oleh anggota sistem sosial atau tidak
Ketiga klasifikasi konsekuensi
inovasi tersebut baik konsekuensi bermanfaat, langsung, dan diharapkan,
biasanya berlangsung secara bersamaan. Untuk menentukan suatu konsekuensi
inovasi bermanfaat atau tidak bermanfaat juga sukar, karena biasanya dapat
terjadi suatu inovasi bermanfaat bagi sistem sosial, tetapi tidak bermanfaat
bagi anggota sistem sosial tertentu, atau sebaliknya.
Contoh
konsekuensi difusi inovasi pendidikan menurut Rogers (1983:372-390) mengenai Revolusi Ski-Doo di Artic. Kisah Revolusi
Ski-Doo di Artic mengenai Ski-Doo (mobil salju) adalah alat
rekreasi utama dalam musim dingin (winter)
di Amerika Serikat. Sejak adanya
invensi Ski-Doo yaitu kendaraan
bermesin di musim salju oleh Joseph Armand Bombadier dari Quebec pada tahun
1958. Maka penggunakaan Ski-Doo telah
sangat cepat tersebar di masyarakat. Dalam waktu 12 tahun sudah lebih dari satu
juta Ski-Doo digunakan di Amerika
Utara, walaupun ada juga beberapa warga masyarakat yang memprotes penggunaan Ski-Doo karena menyebabkan polusi udara terutama diwilayah Amerika
Serikat dan Canada yang semula sebagai tempat rekreasi dengan udara segar.
Sebelum diperkenalkannya Ski-Doo, masyarakat
Skolt-Lapp memiliki mata pencarian utama sebagai penggembala rusa. Rusa
dijadikan pula sebagai makanan dan sebagai alat transportasi yang utama selain
itu kulit rusa digunakan untuk membuat pakaian dan sepatu. Selanjutnya, kelebihan
daging rusa dapat di jual ke pasar. Masyarakat Skolt-Lapp mengganggap mereka
sebagai penggembala rusa yang hebat dan mereka bangga bila memiliki banyak rusa
yang sehat dan kuat, namun sejak Ski-Doo digunakan Kereta yang dikendarai dengan
bantuan rusa telah diganti, perjalanan panjang yang biasa ditembuh tiga hari dengan
kereta rusa dapat ditempuh lima jam dengan Ski-Doo.
Hubungan antara rusa dan pemiliknya yang semula akrab menjadi terputus sejak
digunakan Ski-Doo. Jumlah rusa
semakin menurun, rusa yang masih muda dijual untuk membeli Ski-Doo yang telah dianggap sebagai suatu kebutuhan. Penggembala
rusa mulai berkurang yang berdampak menurunnya jumlah rusa sehingga pendapatan
menurun dan mata pencarian berkurang sehingga menimbulkan banyak pengangguran
dan hutang untuk membeli Ski-Doo.
Dari contoh tersebut maka konsekuensi dari inovasi sebagai berikut:
· Konsekuensi
bermanfaat. Bagi keseluruhan warga Lapp sebagai sosial sistem rupanya inovasi
teknologi Ski-Doo tidak bermanfaat
karena ternyata mengakibatkan sebagian besar masyarakat menurun
kesejahteraannya. Namun demikian untuk beberapa warga mayarakat sangat
bermanfaat.
· Konsekuensi
langsung yang tampak dengan adanya Ski-Doo
ialah timbulnya perasaan bahwa Ski-Doo
sebagai kebutuhan dan kebanggaan. Konsekuensi tidak langsung dapat
diketahui dari usaha menjual rusa-rusa muda dan menurunnya angka kelahiran anak
rusa.
· Konsekuensi
yang diharapkan terjadinya kelancaran transportasi untuk menunjang kelancaran
berbelanja di pasar dan juga kelancaran menggembala rusa. Konsekuensi yang
tidak diharapkan ialah timbulnya pengengguran
serta kehidupan masyarakat tergantung pada uang dan hutang.
5.
Jenis
Agen pembaharu, ciri-ciri agen pembaharu dan contohnya
Willis
H. Griffin dan Uday Pareek dalam Moleong
(1997:33) telah
mendefinisikan agen perubahan. Mereka menyatakan bahwa: agen perubahan tersebut
telah muncul sebagai seorang professional yang tugas-tugasnya adalah membantu
komunitas-komunitas dan kelompok-kelompok untuk merencanakan pembangunan atau
merumuskan kembali tujuan-tujuan, memusatkan perhatian pada situasi-situasi
bermasalah, mencari pemecahan-pemecahan yang mungkin, mengatur bantuan,
merencanakan tindakan yang bermaksud untuk memperbaiki situasi-situasi
tersebut, untuk mengatasi kesukaran-kesukaran menurut tindakan yang produktif,
dan mengevaluasi hasil-hasil dari usaha yang direncanakan. Adapun jenis-jenis agen pembaharu menurut Ibrahim (1988:100) terdiri
dari: guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh keluarga berencana,
penyuluh pertanian dan sebagainya
Ciri-ciri
agen pembaharu (agent of change)
yaitu:
· Mempengaruhi klien agar mau
menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha
pembaharuan (agency of change)
· Melancarkan jalannya arus inovasi dari
pengusaha pembaharuan ke klien.
· Menjalin hubungan dua sistem sosial yang
mungkin keduanya heterophily, yaitu berhubungan dengan pengusha pembaharuan dan
sistem klien.
· Di mata klien seorang agen pembaharu
harus tampak benar-benar mampu (competent) serta secara resmi mendapat
tugas untuk membantu klien dalam usaha meningkatkan kehidupannya atau memecahkan
masalah yang dihadapinya.
Apabila dilihat dari aspek tugasnya maka Rogers
menjelaskan agen pembaharu memiliki ciri-ciri bertugas untuk:
1. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen pembaharu pada awal tugasnya
diminta untuk membantu kliennya agar mereka sadar
akan perlunya perubahan.
2. Memantapkan
hubungan pertukaran informasi. Sesudah ditentukannya kebutuhan untuk
berubah, agen pembaharu harus segera membina hubungan yang lebih akrab dengan klien.
3. Mendiagnosa masalah
yang dihadapi. Agen pembaharu
bertanggung
jawab untuk
menganalisa situasi masalah
yang dihadapi klien,
agar dapat menentukan
berbagai alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien.
4. Membangkitkan
kemauan klien untuk berubah. Setelah
agen pembaharu menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat
dicapai oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen
pembaharu bertugas untuk mencari
cara memotivasi dan menarik perhatian agar
klien timbul kemauannya untuk berubah atau membuka dirinya untuk menerima inovasi.
5. Mewujudkan kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu berusaha untuk mempengaruhi
tingkah laku klien.
6. Menjaga
kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berkelanjutannya inovasi. Agen pembaharu harus menjaga
kestabilan penerimaan inovasi dengan cara penguatan
kepada klien yang telah menerapkan inovasi. Perubahan tingkah laku yang sudah sesuai
dengan
inovasi dijaga jangan
sampai berubah kembali pada keadaan sebelum
adanya inovasi.
7. Mengakhiri
hubungan ketergantungan. Tujuan akhir tugas agen pembaharu adalah dapat
menumbuhkan kesadaran unrtuk berubah dan kemampuan
untuk merubah dirinya, sebagai anggota
system social yang selalu mendapat tantangan
kemajuan jaman.
Contoh
agen pembaharuan
Guru yang tergabung dalam MGMP dapat menyampaikan
inovasi pendidikan (sebagai agent of
change) seperti memaparkan persentasi mengenai penggunaan media interaktif
dalam proses pembelajaran kepada guru lainnya dengan tujuan penggunaan media
interaktif dapat diadopsi oleh guru-guru lainnya sebagai upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran
Trimakasih mba sangat bermanfaat.. kebetulan sy ada tugas seperti soal no 2 yg mba tulis disini.. sy baru menemukan ini di tahun 2020 padahal mba posting nya udah lama banget tpi masih sangat bermanfaat dari generasi ke generasi.. teruslah berkarya mba 🙏
BalasHapusTerima kasih mba atas jawabannya😊. Dan sangat membantu saya dalam mencari jawaban. Kebetulan juga saya ada tugas seperti yg nomor 2😊. Sukses terus buat mba😊🙏
BalasHapusTerimakasih semua soal UAS saya jawabannya ada disini
BalasHapus