Sabtu, 31 Mei 2014

JAWABAN UJIAN SEMESTER INOVASI PENDIDIKAN



Jawaban Ujian Semester

Nama mahasiswa        : Sri Purwati
Mata Kuliah                :  Difusi Inovasi Pendidikan
Program Studi             :  Teknologi Pendidikan
Dosen  Penguji            :  Dr. Aisyah.A.R, M. Pd
                                       Dr. Sri Sumarni
Soal:
1.   Berbagai macam model inovasi  pendidikan yang dapat diterapkan dalam pendidikan:
a.    Model apa yang paling tepat jika saudara ingin melaksanakannya di sekolah
b.    Mengapa dikatakan tepat atau baik, berikan alasan
c.    Buat petunjuk yang saudara anggap baik untuk  menerapkannya
2.   Mengapa penerapan inovasi dalam suatu sekolah sering mengalami kegagalan? Berikan alasannya dan berikan suatu kasus serta bagaimana cara mengatasinya.
3. Berikan suatu contoh, inovasi merupakan bagian dari sistem sosial, jelaskan bahwa pelaksanaannya terdapat critical mass sehingga kondisi suatu inovasi  tidak stabil dan cenderung tidak membuat suatu kemandirian atau sebaliknya suatu keberhasilan, faktor pendukung dan penghambat apa saja yang ada dalam system sosial tersebut
4. Konsekwensi inovasi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai hasil dari perubahan atau penolakan suatu inovasi. Jelaskan dan berikan contoh yang jelas serta  sebutkan konsekwensnyai baik langsung ataupun tidak langsung
5.  Terdapat empat agen pembaharu, coba jelaskan cirri-cirinya dan berikan contoh masing-masing

Jawaban
(1)   a. Model  inovasi pendidikan  yang paling tepa dilaksanakan di sekolah
Menurut Ibrahim (1988:177) model inovasi pendidikan terdiri dari: (1) model penelitian, pengembangan, dan difusi (Research-Development-Diffusion-Model) yaitu model inovasi yang berdasarkan pemikiran bahwa setiap orang tentu memerlukan perubahan, dan unsur pokok perubahan ialah penelitian, pengembangan, difusi; (2) model pengembangan organisasi (organization development mode) yaitu model yang berorientasi pada organisasi dari pada organisasi pada sistem sosial. Model ini berpusat pada sekolah. Model pengembangan organisasi ini berbeda dengan model pengembangan dan difusi. (3) mode konfigurasi (configuration model). Model konfigurasi atau disebut juga konfigurasi teori difusi inovasi yang juga terkenal dengan istilah CLER, model dengan pendekatan secara konprehensif untuk mengembangkan strategi inovasi (perubahan pendidikan) pada situasi yang berbeda. Adapun menurut pendapat saya dari ketiga modal yang dipaparkan sebelumnya model inovasi pendidikan yang paling tepat dilaksanakan di sekolah tempat mengajar saya adalah model pengembangan organisasi (organization development mode)

b. Alasan model inovasi pendidikan dianggap lebih tepat digunakan atau dikatakan lebih baik
Model Pengembangan Organisasi dikatakan baik  karena model ini lebih berorientasi pada organisasi dari pada organisasi pada sistem sosial. Model ini berpusat pada sekolah. Model pengembangan organisasi ini berbeda dengan model pengembangan dan difusi. Model pengembangan organisasi berorientasi pada nilai yang tinggi artinya dalam model ini juga mendasarkan pada filosofi yang menyarankan agar sekolah jangan hanya diberi tahu tentang inovasi pendidikan dan disuruh menerimanya, Sekolah harus menjadi organisasi yang  memahami persoalan yang dihadapi, serta mampu untuk menciptakan cara pemecahan permasalahan itu sendiri dengan mengorganisir berbagai macam sumber yang ada dalam organisasi itu sendiri atau dengan bantuan ahli dari luar organisasi dan juga mampu menentukan cara bagaimana menerapkan inovasi serta menilai hasil yang telah dicapai (Ibrahim, 1988:179). Beberapa contohnya inovasi pendidikan yang berkaitan dengan model pengembangan organisasi yaitu dengan dikembangkannya stategi pembelajaran yang inovatif sebagaimana yang diungapkan oleh Wena (2009) dalam bukunya yang berjudul stategi pembelajaran inovatif kontemporer terdapat berbagai strategi pembelajaran seperti strategi pembelajaran pemecahan masalah, strategi pembelajaran ranah motorik, strategi pembelajaran kreatif produktif-pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran kuantum, strategi pembelajaran siklus-pembelajaran generative-belajar tuntas dan pembelajaran kooperatif dan strategi pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis elektronik (e-learning).

c. Petunjuk dalam penerapan model inovasi pendidikan disekolah sebagai berikut:
1.  Membuat rumusan yang jelas tentang inovasi yang akan diterapkan.
·         Apa yang diperlukan sehingga perlu ada perubahan?
·         Adakah hal-hal lain yang perlu dilakukan sehingga perlu ada perubahan?
·         Adakah hal-hal lain yang ikut menunjang penerapan inovasi?
1.     Menggunakan metode atau cara yang tepat dalam merancang strategi pembelajaran inovatif            dengan syarat:
·      Tujuan diadakannya inovasi perlu dimengerti dan diterima oleh guru, siswa, serta orang tua dan juga masyarakat. Tujuan hendaknya dapat dirumuskan dengan jelas sesuai dengna tingkat pengetahuan, tingkat keterampilan dan sikap .
·  Cara yang tepat dalam merancang strategi pembelajaran inovatif harus memberikan rangsangan agar mau menerima inovasi melalui pemberian motivasi yang positif
·     Pengambilan keputusan inovasi diusahakan agar individu dapat berpartisipasi aktif dengan tetap memperhatikan fasilitas dan media yang ada.
·      Perlu direncanakan tentang evaluasi keberhasilan program inovasi.
3.  Menggunakan berbagai macam alternatif untuk mempermudah penerapan inovasi. Dengan cara menggunakan data atau informasi yang sudah ada untuk bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan penerapan inovasi. Perubahan atau inovasi di sekolah memerlukan persfektif yang sangat luas. Berbagai data dari berbagai bidang dan sudut pandang perlu didayagunakan. Misalnya untuk mengadakan perubahan tentang cara belajar siswa perlu diketahui tentang data penilaian setiap siswa untuk setiap bidang studi.
4.  Menggunakan tambahan data untuk mempermudah fasilitas terjadinya penerapan inovasi. Seperti data pemahaman dan partisifasi individu terhadap program yang ada, analisis kemudahan dan kesukaran untuk mencapai tujuan, data penilaian terhadap bahan media instruksional yang diproduksi sekolah, data jumlah dan macam diagnostic tes dari siswa, data perubahan isi kurikulum dan data pandangan ahli tentang hasil pengamatannya terhadap program baru.
5. Mengusahakan adanya pengorganisasian kegiatan yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Pengorganisasian kegiatan perlu memperhatikan jadwal kegiatan. Untuk pelajaran yang menggunakan latihan/praktek perlu waktu lama dari pada waktu untuk pelajaran yang hanya dengan ceramah.
6.  Mengusahakan mencari jawaban atas berbagai macam pertanyaan dasar tentang inovasi di sekolah.
7.  Proses penerapan inovasi pendidikan akan lancar dan dapat mencapai tujuan dengan efektif jika program inovasi dipersiapkan dan direncanakan dengan matang. Perencanaan ini perlu memperhatikan peranan prioritas inovasi untuk kemajuan sekolah.

(2)  a. Faktor penyebab kegagalan penerapan inovasi atau hambatan inovasi
Ibrahim (1988:123-125) mengemukakan enam faktor utama hambatan inovasi adalah : Faktor pertama, estimasi tidak tepat terhadap inovasi hal ini disebabkan kurang tepatnya perencanaan proses inovasi atau estimasi dalam proses difusi dan inovasi yaitu tidak tepat pertimbangan team pelaksana inovasi, kurang adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai atau kurang adanya kerjasama yang baik. Faktor Kedua, konflik dan motivasi hambatan ini disebabkan karena adanya masalah-masalah pribadi seperti pertentangan antara anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai sikap pribadi yang dapat mengganggu kelancaran proses inovasi. Secara rinci item yang termasuk masalah konflik dan motivasi ialah
Adapun apabila ditinjau dari klasifikasi faktor input dan faktor output Faktor maka penerapan inovasi dalam suatu sekolah sering mengalami kegagalan disebabkan oleh faktor berikut ini. Faktor Input terdiri dari: pertama,  halangan untuk berubah dari lingkungannya yang berkaitan dengan tersedianya sarana dan prasarana untuk berinovasi;  Kedua, kurangnya ketidakterampilan agen pembaharu karena ketidakmampuan dalam menguasai pengetahuan dan teknologi; Ketiga  inovasi yang bepusat hanya pada seseorang; keempat, Sensitivitas dan defensiveness guru-guru/tenaga kependidikan; Dalam hal ini mengakui, bahwa ada guru yang tidak merasa bertanggung jawab atas pendidikan. Sehingga tidak merasa terpanggil untuk memajukan pendidikan, maka dari itu tidak mau melakukan inovasi dalam pendidikan. Kelima, Guru/tenaga kependidikan yang bersifat konservatif. Sifat guru yang konservatif tidak mau berinovasi bisa disebabkan oleh tingkat ksejahteraan guru yang rendah karena gaji yang kecil.
Sedangkan,  faktor output terdiri dari: pertama tujuan inovasi yang tidak jelas. Hal ini terjadi karena program yang akan dilakukan biasanya tidak disusun/dirumuskan terlebih dahulu; Kedua, tidak ada reward untuk sebuah inovasi; Ketiga, sekolah /lembaga terlalu memonopoli. Pengaruh kepemimpinan yang otoriter di pusat( pemerintahan orde baru), mempengaruhi juga sampi kebawah termasuk sekolah. Sehingga kebebasan guru atau tenaga kependidikan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki terbelenggu. Menyebabkan program inovasi terhambat; Keempat, komponen pengetahuan rendah sehingga guru tidak bisa mengikutinya; Kelima, kesukaran dalam mendiagnosis kelemahan inovasi; Keenam, sumber daya teknologi dan keuangan rendah; Ketujuh, terfokus pada akuntabilitas public. Apa yang dilakukan oleh para innovator biasanya terfokus pada pertanggungjawaban kepada masyarakat. Sehingga apa yang dilakukan serasa beban berat yang harus dipikul. Bukan atas kesadaran bahwa dirinya adalah agen of change sebuah tugas yang niscaya harus dilakukan. Karena merasa keterpaksaan itulah yang membuat inovasi tidak berkembang: Kedelapan,  Kurang mengarah pada entrepreneurship. Inovasi-inovasi yang biasa kita lakukan biasanya bersifat pengembangan kompetensi yang bersifat kognitif. Sedangkan aspek psikomotor kurang dikembangkan, termasuk pada pengembangan kemampuan entrepreneurship (kewirausahaan).

b. Contoh kegagalan inovasi di sekolah dan cara mengatasinya
       Kurikulum 2013 dilaksanakan berdasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi namun dalam proses pelaksanaannya banyak guru yang belum mampu memanfaatkan teknologi yang dapat mempermudah pekerjaannya. Sebagai contoh di suatu sekolah mendapatkan fasilitas pendidikan yang baru berupa komputer yang juga dilengkapi oleh jaringan internet. Para guru diberikan kesempatan untuk memanfaatkan fasilitas tersebut dalam proses pembelajaran. Namun, karena tidak memiliki kemampuan dasar mengenai program komputer mengakibatkan fasilitas yang telah ada sebagai inovasi pendidikan tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Pada kasus ini terjadi kegagalan inovasi. Adapun cara mengatasinya adalah dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru atau mengikuti kegiatan workshop atau seminar yang dapat meningkatkan keterampilan para guru tersebut. Pada upaya tersebut sangat dibutuhkan peran opinion leader  dan agent of change (agen perubahan). Dengan demikian kegagalan inovasi pendidikan disekolah dapat diatasi.

(3)  a. Contoh-contoh inovasi sebagai bagian atau komponen dari sistem sosial
Miles dalam Ibrahim (1988:52-53) menjelaskan contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan  atau komponen sistem sosial sebagai berikut:
·       Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosial tentu menentukan       personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai dengan komponen personel misalnya: peningkatan mutu guru, sistem kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
·    Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem sosial tentu menjelaskan tentang berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah kerjanya.
·      Fasilitas fisik. Sistem sosial termasuk juga sistem pendidikan mendayagunakan berbagai sarana dan hasil teknologi untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang sesuai dengan komponen ini misalnya: perubahan bentuk tempat duduk (satu anak satu kursi dan satu meja), perubahan pengaturan dinding ruangan (dinding batas antar ruang dibuat yang mudah dibuka, sehingga pada diperlukan dua ruangan dapat disatukan), perlengkapan perabot laboratorium bahasa, penggunaan CCTV (TVCT- Televisi Stasiun Terbatas), dan sebagainya.
·      Penggunaan waktu. Suatu sistem pendidikan tentu memiliki perencanaan penggunaan waktu. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: pengaturan waktu belajar (semester, catur wulan, pembuatan jadwal pelajaran yang dapat memberi kesempatan mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan keperluannya, dan sebagainya.
·   Perumusan tujuan. Sistem pendidikan tentu memiliki rumusan tujuan yang jelas. Inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: perubahan tujuan tiap jenis sekolah (rumusan tujuan TK, SD disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan tantangan kehidupan), perubahan rumusan tujuan pendidikan nasional dan sebagainya.
·         Prosedur. Sistem pendidikan tentu mempunyai prosedur untuk mencapai tujuan. Inovasi pendidikan yang relevan dengan komponen ini misalnya: penggunaan kurikulum baru, cara membuat persiapan mengajar, pengajaran individual, pengajaran kelompok, dan sebagainya.
·       Peran yang diperlukan. Dalam sistem sosial termasuk sistem pendidikan diperlukan kejelasan peran yang diperlukan untuk melancarkan jalannya pencapaian tujuan inovasi yang relevan dengan komponen ini, misalnya: peran guru sebagai pemakai media (maka diperlukan keterampilan menggunakan berbagai macam media), peran guru sebagai pengelola kegiatan kelompok, guru sebagai anggota team teaching, dan sebagainya.
·     Wawasan dan perasaan. Dalam interaksi sosial biasanya berkembang suatu wawasan dan perasaan tertentu yang akan menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Kesamaan wawasan dan perasaan dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan akan mempercepat tercapainnya tujuan. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: wawasan pendidikan seumur hidup, wawasan pendekatan keterampilan proses, perasaan cinta pada pekerjaan guru, kesediaan berkorban, kesabaran sangat diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum SD yang disempurnakan, dan sebagainya.
·       Bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja). Dalam sistem pendidikan perlu ada kejelasan hubungan antara bagian atau mekanisme kerja antara bagian dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan. Inovasi yang relevan dengan komponen ini misalnya: diadakan perubahan pembagian tugas antara seksi di kantor departemen pendidikan dan mekanisme kerja antar seksi, di perguruan tinggi diadakan perubahan hubungan kerja antara jurusan, fakultas, dan biro registrasi tentang pengadministrasian nilai mahasiswa, dan sebagainya.
·    Hubungan dengan sistem yang lain. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam beberapa hal harus berhubungan atau bekerja sama dengan sistem yang lain. Inovasi yang relevan dengan bidang ini misalnya: dalam pelaksanaan usaha kesehatan sekolah bekerjasama atau berhubungan dengan Departemen Kesehatan, data pelaksanaan KKN harus kerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat, dan sebagainya.
·       Strategi. Yang dimaksud dengan strategi dalam hal ini ialah tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Adapun macam dan pola strategi yang digunakan sangat sukar untuk diklasifikasikan, tetapi secara kronologis biasanya menggunakan pola urutan sebagai berikut:
1)    Desain. Ditemukannya suatu inovasi dengan perencanaan penyebarannya berdasarkan suatu penelitian dan obeservasi atau hasil penilaian terhadap pelaksanaan sistem pendidikan yang sudah ada.
2)       Kesadaran dan perhatian. Suatu potensi yang sangat menunjang berhasilnya inovasi ialah adanya kesadaran dan perhatian sasaran inovasi (baik individu maupun kelompok) akan perlunya inovasi. Berdasarkan kesadaran itu mereka akan berusaha mencari informasi tentang inovasi.
3)  Evaluasi. Para sasaran inovasi mengadakan penilaian terhadap inovasi tentang kemampuannya untuk mencapai tujuan, tentang kemungkinan dapat terlaksananya sesuai dengan kondisi situasi, pembiayaannya dan sebagainya.
4)     Percobaan. Para sasaran inovasi mencoba menerapkan inovasi untuk membuktikan apakah memang benar inovasi yang dinilai baik itu dapat diterapkan seperti yang diharapkan. Jika ternyata berhasil maka inovasi akan diterima dan terlaksana dengan sempurna sesuai strategi inovasi yang telah direncanakan.

b.      Pelaksanaan critical mass berpengaruh terhadap kondisi suatu inovasi
Critical mass  pada dinamika sosial merupakan jumlah khalayak atau adaptor yang mengadopsi suatu inovasi pada sistem sosial hingga tingkat adopsi tersebut bisa menjadi mandiri dan menciptakan pertumbuhan yang selanjutnya. Satu tahapan pada proses difusi di mana media interaktif harus dicapai supaya adopsi tersebut dapat terjadi. Teori critical mass tidak terbentuk dengan begitu saja,  namun di dalam teori ini ada faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi critical mass, yaitu ukuran, keterhubungan dan tingkat komunikasi dalam masyarakat itu sendiri. Critical mass sangat erat hubungannya dengan massa, dan berhubungan dengan  konsensus mayoritas yang terdapat di kalangan politik. Adanya critical mass, dapat menunjang keberhasilan inovasi. Sebab apabila inovasi didifusikan dan berada pada tahap critical mass apabila disepakati sebagai inovasi yang tepat guna dan dapat dimanfaatkan dengan baik masyarakat dapat mengadobsi (adopter). Namun sebaliknya apabila inovasi tesebut dinilai mempunyai banyak kekurangan maka pada tahap critical mass hasil inovasi tidak dapat diterima dan menuntut suatu pembaharuan sebagai inovasi yang lebih baru daripada sebelumnya.

c.       Faktor pendukung dan penghambat inovasi
Faktor-faktor pendukung inovasi yaitu:
·      Intensitas hubungan/kontak dengan individu yang lain dalm suatu sistem
Kontak dengan kebudayaan lain dapat menyebabkan manusia saling berinteraksi dan mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Penemuan-penemuan baru tersebut dapat berasal dari kebudayaan asing atau merupakan perpaduan antara budaya asing dengan budaya sendiri. Proses tersebut dapat mendorong pertumbuhan suatu kebudayaan dan memperkaya kebudayaan yang ada.
·       Tingkat Pendidikan yang maju
            Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan mem-biasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak.
·       Sikap terbuka dari masyarakat atau individu
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
·   Sikap ingin berkembang dan maju dari masyarakat dan menghargai Hasil Karya Orang Lain.
Penghargaan terhadap hasil karya seseorang akan mendorong seseorang untuk berkarya lebih baik lagi, sehingga masyarakat akan semakin terpacu untuk menghasilkan karya-karya lain. Dengan sikap ingin berkembang dan maju maka inovasi akan dapat diaktualisasikan dan didifusikan pada masyarakat.

Faktor penghambat inovasi menurut Ibrahim (1988:120-122) yaitu:
·      Hambatan geografi
Hambatan geografi mencakup jarak jauh, transport yang lambat, daerah yang terisolasi, keadaan iklim yang tidak menguntungkan. Keadaan ini menghambat difusi dan inovasi dalam sistem sosial.
           ·        Hambatan sejarah
  Hambatan sejarah mencakup masalah-masalah seperti peraturan kolonial, tradisi yang bertentangan dengan inovasi, dan perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan.
·      Hambatan ekonomi
Hambatan ekonomi mencakup tidak tersedianya bantuan dana dari pemerintah dan pengaruh inflasi sehingga difusi dan inovasi terhambat
           ·      Hambatan prosedur
   Hambatan prosedur mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan teknis administrasi pelaksanaan inovasi. Termasuk hambatan prosedur ialah kurang cakapnya tenaga yang melaksanakan program inovasi, kurang kerjasama atau koordinasi antara bagian yang penting dalam pelaksanaan difusi inovasi. Tidak cukupnya persediaan material yang diperlukan serta kurang adanya kesepakatan mengenai tujuan proyek inovasi yang merupakan hambatan prosedur yang perlu diperhatikan.
            ·      Hambatan personal
    Hambatan personal mencakup kurang adanya pemberian (penguatan) hadiah bagi penerima dan pemakai inovasi, orang-orang yang memegang peranan yang penting di masyarakat tidak terbuka untuk menerima dan melaksanakan inovasi, sikap kaku dan pengetahuan yang sempit dari para personalia yang sebenarnya memiliki peranan penting dalam proyek, serta terjadinya pertentangan pribadi.
·      Hambatan sosial-budaya
Hambatan sosial-budaya yang menghambat inovasi ialah kurangnya suasana adanya saling tukar fikiran secara terbuka, perbedaan nilai budaya (cultural value), serta kurang harmonisnya hubungan antara anggota team proyek inovasi.
·      Hambatan politik
Hambatan politik mencakup kurangnya hubungan yang baik dengan pimpinan politik, adanya pergantian pemerintah akan menyulitkan pembinaan secara kontinu pelaksanaan program yang sudah direncanakan, pendidikan yang menangani proyek inovasi tidak mengetahui realitas politik, adanya keberatan terhadap proyek inovasi dengan berdasarkan kepentingan golongan, kurang adanya pengertian dan kurang adanya perhatian dari pimpinan politik.
Sedangkan

(4)   Berikut contoh konsekwensi inovasi merupakan perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai hasil dari perubahan atau penolakan suatu inovasi baik langsung ataupun tidak langsung.
Ibrahim (1988:73) menjelaskan sistem sosial berpengaruh terhadap konsekuensi inovasi, karena perubahan itu terjadi dalam sistem sosial. Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai hasil dari penerimaan atau penolakan dari suatu inovasi. Ditinjau dari hasil inovasi yang diperoleh atau yang tampak dalam sistem sosial, konsekuensi inovasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu:
(a)      Konsekuensi yang bermanfaat dengan yang tidak bermanfaat, hal ini tergantung dari hasil inovasi di dalam sistem sosial itu fungsional atau tidak fungsional.
(b)      Konsekuensi langsung dengan tidak langsung, tergantung dari perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial berupa respon yang segera atau pertama terjadi terhadap inovasi atau respon yang kedua yang terjadi setelah adanya konsekuensi langsung.
(c)      Konsekuensi yang diharapkan dengan yang tidak diharapkan tergantung dari bagaimana perubahan itu, diketahui dan direncanakan oleh anggota sistem sosial atau tidak
            Ketiga klasifikasi konsekuensi inovasi tersebut baik konsekuensi bermanfaat, langsung, dan diharapkan, biasanya berlangsung secara bersamaan. Untuk menentukan suatu konsekuensi inovasi bermanfaat atau tidak bermanfaat juga sukar, karena biasanya dapat terjadi suatu inovasi bermanfaat bagi sistem sosial, tetapi tidak bermanfaat bagi anggota sistem sosial tertentu, atau sebaliknya.

            Contoh konsekuensi difusi inovasi pendidikan menurut Rogers (1983:372-390) mengenai Revolusi Ski-Doo di Artic. Kisah Revolusi Ski-Doo di Artic  mengenai Ski-Doo (mobil salju) adalah alat rekreasi utama dalam musim dingin (winter)  di Amerika Serikat. Sejak adanya invensi Ski-Doo yaitu kendaraan bermesin di musim salju oleh Joseph Armand Bombadier dari Quebec pada tahun 1958. Maka penggunakaan Ski-Doo telah sangat cepat tersebar di masyarakat. Dalam waktu 12 tahun sudah lebih dari satu juta Ski-Doo digunakan di Amerika Utara, walaupun ada juga beberapa warga masyarakat yang memprotes  penggunaan Ski-Doo karena menyebabkan polusi udara terutama diwilayah Amerika Serikat dan Canada yang semula sebagai tempat rekreasi dengan udara segar. Sebelum diperkenalkannya Ski-Doo, masyarakat Skolt-Lapp memiliki mata pencarian utama sebagai penggembala rusa. Rusa dijadikan pula sebagai makanan dan sebagai alat transportasi yang utama selain itu kulit rusa digunakan untuk membuat pakaian dan sepatu. Selanjutnya, kelebihan daging rusa dapat di jual ke pasar. Masyarakat Skolt-Lapp mengganggap mereka sebagai penggembala rusa yang hebat dan mereka bangga bila memiliki banyak rusa yang sehat dan kuat, namun sejak Ski-Doo  digunakan Kereta yang dikendarai dengan bantuan rusa telah diganti, perjalanan panjang yang biasa ditembuh tiga hari dengan kereta rusa dapat ditempuh lima jam dengan Ski-Doo. Hubungan antara rusa dan pemiliknya yang semula akrab menjadi terputus sejak digunakan Ski-Doo. Jumlah rusa semakin menurun, rusa yang masih muda dijual untuk membeli Ski-Doo yang telah dianggap sebagai suatu kebutuhan. Penggembala rusa mulai berkurang yang berdampak menurunnya jumlah rusa sehingga pendapatan menurun dan mata pencarian berkurang sehingga menimbulkan banyak pengangguran dan hutang untuk membeli Ski-Doo. Dari contoh tersebut maka konsekuensi dari inovasi sebagai berikut:
·      Konsekuensi bermanfaat. Bagi keseluruhan warga Lapp sebagai sosial sistem rupanya inovasi teknologi Ski-Doo tidak bermanfaat karena ternyata mengakibatkan sebagian besar masyarakat menurun kesejahteraannya. Namun demikian untuk beberapa warga mayarakat sangat bermanfaat.
·      Konsekuensi langsung yang tampak dengan adanya Ski-Doo ialah timbulnya perasaan bahwa Ski-Doo sebagai kebutuhan dan kebanggaan. Konsekuensi tidak langsung dapat diketahui dari usaha menjual rusa-rusa muda dan menurunnya angka kelahiran anak rusa.
·      Konsekuensi yang diharapkan terjadinya kelancaran transportasi untuk menunjang kelancaran berbelanja di pasar dan juga kelancaran menggembala rusa. Konsekuensi yang tidak diharapkan ialah timbulnya pengengguran  serta kehidupan masyarakat tergantung pada uang dan hutang.

5.    Jenis Agen pembaharu, ciri-ciri agen pembaharu dan contohnya
Willis H. Griffin dan Uday Pareek dalam Moleong (1997:33) telah mendefinisikan agen perubahan. Mereka menyatakan bahwa: agen perubahan tersebut telah muncul sebagai seorang professional yang tugas-tugasnya adalah membantu komunitas-komunitas dan kelompok-kelompok untuk merencanakan pembangunan atau merumuskan kembali tujuan-tujuan, memusatkan perhatian pada situasi-situasi bermasalah, mencari pemecahan-pemecahan yang mungkin, mengatur bantuan, merencanakan tindakan yang bermaksud untuk memperbaiki situasi-situasi tersebut, untuk mengatasi kesukaran-kesukaran menurut tindakan yang produktif, dan mengevaluasi hasil-hasil dari usaha yang direncanakan. Adapun jenis-jenis agen pembaharu menurut Ibrahim (1988:100) terdiri dari: guru, konsultan, penyuluh kesehatan, penyuluh keluarga berencana, penyuluh pertanian dan sebagainya

Ciri-ciri agen pembaharu (agent of change) yaitu:
·        Mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (agency of change)
·        Melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha pembaharuan ke klien.
·       Menjalin hubungan dua sistem sosial yang mungkin keduanya heterophily, yaitu berhubungan dengan pengusha pembaharuan dan sistem klien.
·     Di mata klien seorang agen pembaharu harus tampak benar-benar mampu (competent) serta secara resmi mendapat tugas untuk membantu klien dalam usaha meningkatkan kehidupannya atau memecahkan masalah yang dihadapinya.

Apabila dilihat dari aspek tugasnya maka Rogers menjelaskan agen pembaharu memiliki ciri-ciri bertugas untuk:
1.     Membangkitkan kebutuhan untuk berubah. Biasanya agen pembaharu pada awal tugasnya diminta untuk membantu kliennya agar mereka sadar akan perlunya perubahan.
2.   Memantapkan  hubungan pertukaran informasi. Sesudah ditentukannya kebutuhan untuk berubah, agen pembaharu harus segera membina hubungan yang lebih akrab dengan klien.  
3.   Mendiagnosa  masalah  yang  dihadapi.  Agen  pembaharu  bertanggung  jawab  untuk menganalisa  situasi  masalah  yang dihadapi  klien,  agar  dapat  menentukan  berbagai alternatif jika tidak sesuai kebutuhan klien.
4.  Membangkitkan kemauan  klien  untuk  berubah.  Setelah agen pembaharu  menggali berbagai macam cara yang mungkin dapat dicapai oleh klien untuk mencapai tujuan, maka agen  pembaharu bertugas untuk mencari cara memotivasi dan menarik perhatian agar klien timbul kemauannya untuk berubah  atau membuka dirinya untuk menerima inovasi.
5.   Mewujudkan kemauan dalam perbuatan. Agen pembaharu berusaha untuk mempengaruhi tingkah  laku  klien.
6.   Menjaga kestabilan penerimaan inovasi dan mencegah tidak berkelanjutannya inovasi. Agen pembaharu harus menjaga kestabilan penerimaan inovasi dengan cara penguatan kepada klien yang telah menerapkan inovasi. Perubahan tingkah laku yang sudah sesuai dengan  inovasi dijaga jangan sampai berubah kembali pada keadaan sebelum adanya inovasi.
7.  Mengakhiri hubungan ketergantungan.  Tujuan akhir tugas agen pembaharu adalah dapat menumbuhkan kesadaran unrtuk berubah dan kemampuan untuk merubah dirinya, sebagai anggota system social yang selalu mendapat tantangan kemajuan jaman.

Contoh agen pembaharuan
Guru yang tergabung dalam MGMP dapat menyampaikan inovasi pendidikan (sebagai agent of change) seperti memaparkan persentasi mengenai penggunaan media interaktif dalam proses pembelajaran kepada guru lainnya dengan tujuan penggunaan media interaktif dapat diadopsi oleh guru-guru lainnya sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran



3 komentar:

  1. Trimakasih mba sangat bermanfaat.. kebetulan sy ada tugas seperti soal no 2 yg mba tulis disini.. sy baru menemukan ini di tahun 2020 padahal mba posting nya udah lama banget tpi masih sangat bermanfaat dari generasi ke generasi.. teruslah berkarya mba 🙏

    BalasHapus
  2. Terima kasih mba atas jawabannya😊. Dan sangat membantu saya dalam mencari jawaban. Kebetulan juga saya ada tugas seperti yg nomor 2😊. Sukses terus buat mba😊🙏

    BalasHapus
  3. Terimakasih semua soal UAS saya jawabannya ada disini

    BalasHapus