Sabtu, 31 Mei 2014

Aksiologi : Ilmu dan Moral,Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan, dan Revolusi Genetik Oleh: Sri Purwati



Aksiologi : Ilmu dan Moral,Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan, dan Revolusi Genetik
Oleh: Sri Purwati


Ilmu dan Moral
Pengertian ilmu menurut kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu
Menurut Endrotomo (2004) ilmu merupakan suatu aktivitas tertentu yang menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan pengetahuan tertentu. Menurut Suriasumantri (2007) : ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah moral namun dalam perpektif yang berbeda”.

Pengertian moral menurut kamus bahasa Indonesia adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban; akhlak, budi pekerti; susila’ Secara umum pandangan yang ada mengenai moralitas adalah penilaian sesuatu itu baik atau buruk. Filosof Yunani Aristoteles (Kurtiness dan Gerwitz,1993) menyatakan bahwa moralitas adalah hidup yang tertuang dalam perilaku yang benar, yaitu perilaku yang benar dalam hubungannya dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri.

Tanggungjawab Sosial Ilmuwan
lmu merupakan hasil karya seseorang yang dikomunikasikan dan dikaji secara luas oleh masyarakat. Jika hasil karyanya itu memenuhi syarat-syarat keilmuan, maka karya ilmiah itu akan menjadi ilmu pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat luas. Oleh sebab itu, ilmuwan memiliki tanggungjawab besar, bukan saja karena ia adalah warga masyarakat, tetapi karena ia juga memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat. Fungsinya sebagai ilmuwan, tidak hanya sebatas penelitian bidang keilmuan, tetapi bertanggungjawab atas hasil penelitiannya agar dapat digunakan oleh masyarakat, serta bertanggungjawab dalam mengawal hasil penelitiannya agar tidak disalahgunakan. Dihadapkan dengan masalah moral dan ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, para ilmuwan terbagi kedalam dua golongan pendapat (Suriasumantri, 2007), yaitu :
1.                 Golongan pertama menginginkan ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologism maupun aksiologi.
2.      Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralisasi ilmu hanyalah terbatas pada metafisika keilmuwan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah berlandaskan nilai-nilai moral. Golongan ini mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal, yakni : Ilmu secara factual telah dipergunakan secara destruktif oleh, Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin esoteric hingga kaum ilmuwan lebih mengetahui tentang ekses-ekses yang mungkin terjadi bila terjadi penyalagunaan, Ilmu telah berkembang sedemikian rupa dimana terdapat kemungkinan bahwa ilmu  dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus  revolusi genetika dan teknik perubahan social (social engineering). 

Ilmuwan mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan kepada masyarakat dalam bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar: untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Maka, ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusian (Suriasumantri,2007).
Dibidang etika tanggungjawab sosial seseorang ilmuwan bukan lagi memberi informasi namun memberi contoh. Dia harus tampil didepan bagaimana caranya bersifat obyektif, terbuka, menerima kritikan, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan berani mengakui kesalahan.
.
Rekayasa Genetika
Revolusi genetika merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek penelaah itu sendiri.
Dengan peneltian genetika maka masalahnya menjadi sangat lain, kita tidak menelaah organ-organ manusia dalam upaya untuk menciptakan teknologi yang memberikan kemudahan bagi kita, tetapi melainkan manusia itu sendiri sekarang menjadi objek penelaahan yang akan menghasilkan bukan lagi teknologi yang memberikan kemudahan, melainkan teknlogi untuk merubah manusia itu sendiri. Apakah perubahan-perubahan yang dilakukan di atas moral dapat dibenarkan (Suriasumantri, 2007).

Aksiologi: Ilmu dan kebudayaan, perkembangan ilmu dan perkembangan kebudayaan nasional



Aksiologi: Ilmu dan kebudayaan, perkembangan ilmu dan perkembangan kebudayaan nasional

Oleh: Sri Purwati


Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti nilai dan logos berarti teori, jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Sedang Jujun (2003), aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sedangkan dalam encyclopedia of philosophy diartikan sebagai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai yang dalam teori filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.

Ilmu
Ilmu menurut The Liang Gie dalam Surajio (1987) adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia. Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaahan, penyelidikan, usaha menemukan atau pencarian.
  
Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir
Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, yang memiliki dua kriteria utama, yaitu : Pernyataan harus logis dan didukung fakta empiris (Empiris: berdasarkan pengalaman dan pengetahuan). Kedua kriteria tersebut saling mengikat, yang pertama setiap pernyataan yang disampaikan harus logis dan diperolah dari fakta-fakta empiris, merupakan hakikat berpikir ilmiah. Dari hakikat ini, kita dapat menyimpulakan beberapa karakteristik ilmu : Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada. Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif. Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi Maka disimpulkan manfaat yang dapat diperoleh dari karakteristik ilmu ialah rasional,logis,objektif dan terbuka dan kritis sebagai landasannya.

Ilmu sebagai Asas Moral
Kebenaran bagi ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat ke manusiaanya.

Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Ilmu dan Kebudayaan
Ilmu dan kebudayaan berada pada posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan dipihak lain , pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan.Ilmu terpadu secara intim dengan keseluruhan sistem sosial dan tradisi kebudayaan. Keseluruhan kegiatan manusia erat kaitannya dengan pendidikan, sebab semua materi yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia dengan sadar lewat proses belajar, secara belajarlah yang membuat transfer kebudayaan dari generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Dengan demikian kebudayaan diteruskan dari waktu kewaktu : kebudayaan yang telah lalu bereksitensi pada masa kini, kebudayaan masa kini disampaikan ke masa yang akan datang. Selain itu, dengan ilmu dapat mendukung kebudayaan nasional suatu bangsa agar tetap terjaga dan lestari.
 

TUGAS INOVASI DAN DIFUSI PENDIDIKAN



Nama : Sri Purwati
Kelas : Jumat-Sabtu A

1.      Apa yang dimaksud difusi dan inovasi pendidikan?
2.      Bagaimana pengaruh sistem sosial terhadap difusi dan inovasi?
Jawaban
1.        Pengertian Inovasi Pendidikan
         An innovation is any idea, practice, or mate artifact perceived to be new by the relevant unit of adopt. The innovation is the change object. A change is the altera in the structure of a system that requires or could be required relearning on the part of the actor (s) in responseto a situation. The requirements of the situation often involve a res to a new requirement is an inventive process producing an invention. However, all innovations, since not everything an individual or formal or informal group adopt is perceived as new (Duncan, 1977:12)  Sebuah inovasi adalah gagasan, praktik, atau pasangan benda masa sebelumnya yang dianggap baru yang relevan dengan unit mengadopsi. Inovasi adalah perubahan obyek. Perubahan adalah altera di dalam struktur sistem yang requires atau dapat diperlukan relearning pada bagian dari aktor (s) dalam merespon situasi. Persyaratan dari keadaan tersebut sering melibatkan permintaan baru adalah proses yang penuh daya cipta menghasilkan sebuah ciptaan. Tapi tidak semua individu atau kelompok formal dan kelompok informal  yang mengadopsi dianggap sebagai suatu yang  baru.  
Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati berbagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Sedangkan  M. Rogers (1983:11) menyatakan , An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by an individual or other unit of adoption. It matters little, so far as human behavior is concerned, whether or not an idea is "objectively" new as measured by the lapse of time since its first use or discovery. The perceived newness of the idea for the individual determines his or her reaction to it. If the idea seems new to the individual, it is an innovation. inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Dengan demikian dapat disimpulkan inovasi pendidikan merupakan suatu ide, suatu barang, suatu  metode, yang digunakan oleh seseorang sebagai  hasil yang dibuat oleh seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.

Pengertian Difusi Pendidikan
Menurut Parker (1974), difusi adalah suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Porker juga menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif.
            Adapun menurut Suyatiningsih Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui  saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi  dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu  suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
            Sedangkan menurut Everett Rogers (1983), bahwa The essence of the diffusion process is the information exchange by which one individual communicates a new idea to one or several others‟ (Esensi dari proses difusi adalah pertukaran informasi dari  individu yang mengkomunikasikan sebuah ide baru kepada pihak
-pihak lain. Dengan demikian dapat disimpulkan, difusi merupakan upaya penyaluran informasi dari yang menyampaikan inovasi kepada pihak yang lain.

2. Pengaruh sistem sosial terhadap difusi dan inovasi
Konsep sistem sosial terdiri dari dua suku kata sistem dan sosial. Secara Etimologis, bahwa kata Sistem merupakan kata serapan yang berasal dari  bahasa Yunani yaitu systema. Menurut (Damsar, 2011),  sistem merupakan  suatu kelompok elemen-elemen yang saling berhubungan secara independen ( Saling ketergantungan)  dan konstan. Sedangkan kata sosial, salah satunya dapat  berakar  dari kata latin , yaitu socious yang berarti  bersama-sama, bersatu, terikat , sekutu berteman. Atau kata Socio yang bermakna menyekutukan, menjadi teman, mengikat atau mempertemukan. Secara Etimologis kata sosial  dimengerti  sebagai  sesuatu  yang dihubungkan atau dikaitkan dengan teman, pertemanan dan masyarakat.
Menurut Ibrahim (1988:68) Norma sebagai bagian dari sistem sosial akan berpengaruh terhadap kecepatan penerimaan inovasi. Norma yang berlaku dalam sistem sosial merupakan pedoman tingkah laku anggota sistem sosial yang ditaati. Norma memberikan petunjuk tentang standar perbuatan para anggota sistem sosial. (Ibrahim 1988:68). Apabila sebuah inovasi bertentangan dengan Norma maka akan mempengaruhi sebuah inovasi itu cepat diterima atau tidak. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi dengan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.
Sistem sosial sangatlah berpengaruh terhadap proses difusi inovasi pendidikan. Sistem sosial yang berhubungan dengan sekelompok manusia memiliki tujuan yang sama akan saling bekerja sama  dalam memecahkan sebuah masalah. Selanjutnya Ibrahim (1988:70) menjelaskan  masyarakat sebagai kesatuan dari system sosial terdapat agen pembaharu yang bisa mempengaruhi sebuah difusi. Agen pembaharu merupakan pekerja profesional yang berusaha mempengaruhi klien atau sasaran inovasi  untuk mengambil keputusan mengikuti inovasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh Lembaga Pembaruan dimana dia bekerja. Mereka yang termasuk agen pembaharu adalah  guru, penyuluh lapangan, pekerja sosial, juru dakwah, missionaris. 
Dalam pengertian yang lebih luas: penjaja dagangan, kader partai di desa, juru penerang, konsultan atau siapa saja yang berusaha menawarkan gagasan-gagasan baru, barang-barang baru atau tindakan-tindakan baru (inovasi) kepada anggota masyarakat dan berusaha agar orang-orang itu mengadopsi inovasi yang ditawarkan bisa disebut agen pembaru. Fungsi utama agen pembaru adalah: menjadi mata rantai penghubung antara dua sistem sosial atau lebih. Sebagai contoh, penyuluh pertanian lapangan adalah mata rantai yang menghubungkan dinas pertanian dengan para petani. Agen pembaru tidak selalu orang pemerintah, bisa juga orang swasta atau tenaga sukarela dalam menyampaikan berbagai barang atau ide pembaharuan untuk meningkatkan kualitas pertanian.