BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai perubahan
pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman
dan nilai seseorang untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya melalui proses
belajar yang dilakukan dimana saja dan kapan saja, baik dalam lingkungan formal
atau nonformal. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar memberikan peran
penting terhadap ketercapaian tujuan belajar yang ditandai dengan terlihatnya
suatu perubahan perilaku pada seseorang. Pentingnya faktor yang menunjang
proses belajar akan berkaitan erat terhadap hasil belajar.
Dengan demikian, bila proses belajar mendapat dukungan yang
positif dari setiap orang maka tujuan belajar akan dapat dicapai dengan baik.
Kedudukan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar akan menentukan hasil belajar
yang optimal. Maka dari itu, saya sebagai penulis akan menyampaikan makalah
yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
·
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi belajar ?
·
Bagaimana hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dengan hasil belajar?
·
Bagaimanakah perwujudan perilaku belajar?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah
·
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar
·
Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar dengan hasil belajar
·
Untuk mengetahui perwujudan perilaku belajar
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
2.1.1
Faktor-faktor yang memepengaruhi belajar
Menurut pendapat Masrun dan Martaniah Faktor- faktor yang
mempengaruhi belajar menurut pendapat Masrun dan Martaniah terdiri dari: (1)
kemampuan bawaan anak; (2) kondisi fisik dan psikis anak; (3) kemauan belajar
anak; (4) Sikap murid terhadap guru dan mata pelajaran serta pengertian mereka
mengenai kemajuan mereka; (5) bimbingan (Khodijah, 2011:4).
2.1.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut pendapat Ngalim Purwanto
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut pendapat Ngalim
Purwanto dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : a. Faktor yang ada pada
diri organisme itu sendiri yang disebut sebagai faktor individual b. Faktor
yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial (Purwanto, 2010:102).
Macam-macam faktor individul (1) Kematangan/pertumbuhan
Whitherington menyatakan pertumbuhan merupakan perkembangan yang teratur serta
progresip dari seluruh individu. Dalam arti luas pertumbuhan disebut sebagai
proses yang meliputi pendewasaan, belajar, dan perkembangan (Whitherington,
1978:153-154). (2) Kecerdasan/intelijensi Menurut pendapat Whitherington
(1978:198), intelejensi adalah kesempurnaan bertindak sebagaimana
dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan/kegiatan-kegiatan), intelejensi
sebagai bentuk tindakan/perbuatan merupakan suatu aktifitas yang efisien.
Aktivitas yang dimaksud dalam intelejensi meliputi segala
macam perbuatan dan respons psikis maupun fisis. Kecerdasan/intelijensi
mempengaruhi hasil belajar karena kecerdasan/intelijensi berperan sebagai
kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan
hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh
lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ
pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia
(Syah, 2010:131).
Menurut Whitherington
(1978), intelijensi merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam
proses belajar, karena itu, Semakin tinggi intelijensi seorang individu,
semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelejensi individu, semakin sulit individu
itu mencapai kesuksesan belajar (3) Latihan dan ulangan Dengan adanya latihan
dan ulangan, maka proses tersebut akan mampu meningkatkan kecakapan dan
pengetahuan. Seseorang siswa yang sering melakukan latihan dengan mengerjakan
berbagai soal-soal dan mengulangi pelajaran yang dia dapatkan, kebiasaan
melakukan latihan dan ulangan akan berdampak terhadap peningkatan pemahaman,
kecakapan dan pengetahun.
Menurut pendapat Whitherington (1978:140), kebiasaan
merupakan cara bertindak yang seragam. Ketika kita melakukan suatu tindakan
maka kita akan mengalami proses berfikir dan bersikap yang berulang-ulang
sehingga latihan dan ulangan yang kita lakukan akan menghasilkan hasil belajar
yang baik. Namun, bila seorang tidak melakukan latihan dan mengulang apa yang
dipelajari, maka hasil belajarnya pun tidak akan optimal.
Dengan melakukan latihan dan ulangan, seseorang akan dapat
menimbulkan minatnya terhadap sesuatu. Makin besar minat makin besar pula
perhatiannya sehingga memperbesar hasrat atau keinginan yang tinggi untuk
belajar. (4) Motivasi Menurut pendapat W.S. Winkel, motivasi adalah motif yang
sudah menjadi aktif pada saat tertentu (Khodijah, 2011:167). Pendapat ini
didukung oleh M. Ngalim Purwanto yang menyatakan motivasi merupakan pendorong suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak
hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu (Purwanto, 2010:71).
Adapun motivasi belajar dapat diartikan sebagai kekuatan
mental yang mendorong seseorang untuk mengalami terjadinya proses belajar
(Dimyati, 2002:239). (5) Sifat-sifat pribadi seseorang Faktor pribadi seseorang
turut pula memegang peranan dalam belajar. Setiap orang mempunyai sifat-sifat
kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara seorang dengan yang lain.
Adapun sifat keperibadian seperti sifat keras hati, berkemauan keras, tekun
dalam segala usahanya, halus perasaanya, dan ada pula yang sebaliknya.
Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang sedikit banyaknya akan
mempengaruhi hasil belajar. Seorang yang memiliki sifat pribadi menyukai
tantangan, berkemauan keras dalam berusaha dan tekun maka akan mendapatkan
kesuksesan dalam hasil belajar, sebaliknya seorang yang memiliki sifat pribadi
bertentangan dengan sifat tersebut maka akan cenderung mengalami kegagalan
(Purwanto, 2010:104).
Macam-Macam Faktor Sosial (1) Keluarga Keluarga merupakan
lingkungan yang sangat memengaruhi hasil belajar. Seseorang akan beradaptasi
terlebih dahulu dengan anggota keluarganya seperti ayah, ibu, adik, kakak, adik
sebelum beradaptasi dengan lingkungan lainnya. Kasih sayang, kehangatan
hubungan harmonis dalam keluarga, permasalahan keluarga dan ketegangan keluarga
berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan fisik seseorang dan secara
langsung mempengaruhi pula perubahan perilaku dan pemahaman Individu.
Sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuannya dapat memberi dampak terhadap proses belajar. Keadaan suasana dan
keadaan keluarga bermacam-macam yang turut menentukan bagaimana dan sampai di
mana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak termasuk berbagai fasilitas
pendukung yang diperlukan utuk kegiatan belajar dan turut memegang peranan
dalam upaya mencapai hasil belajar yang diinginkan. (2) Guru dan cara mengajar
Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru dan
bagaimana guru itu mengajarkan pengetahun kepada anak-anak didiknya, turut
menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:170-171), dalam kegiatan
pembelajaran guru berusaha menyampaikan sesuatu hal yang disebut “pesan”. Pesan
atau sesuatu hal yang akan disampaikan meliputi pengetahuan, wawasan,
keterampilan, atau isi pengajaran seperti kesenian, kesusilaan, dan agama. (3)
Alat-alat pelajaran Faktor guru dan cara mengajarnya, tidak dapat dilepaskan
dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pengajaran. Alat-alat pengajaran
dapat membantu mempermudah dan mempercepat belajar siswa. (4) Motivasi sosial
Motivasi sosial adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan,
tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons
dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang
menjadi lemah.
Anak dapat menyadari
apa gunanya belajar dan apa tujuan belajar yang hendak dicapai, bila diberi
motivasi yang baik dan sesuai. contohnya, seorang siswa mendapat motivasi dari
guru agar meningkatkan kualiatas kehidupan melakui pendidikan. Guru
menyampaikan guna pendidikan bagi masa depan siswa, dan motivasi tersebut
kemudian menumbuhkan semangat belajar siswa. (5) Lingkungan dan kesempatan
Seseorang yang berasal dari keluarga yang baik, memiliki intelijensi yang baik,
bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik,
belum tentu dapat belajar dengan baik bila keadaan tempat ia bersekolah berisik
karena berada di sekitar bandara ataupun karena jarak sekolah yang terlalu jauh
untuk ditempuh karena kemacetan yang mengakibatkan kelelahan (Purwanto,
2010:105).
2.1.3
Faktor yang mempengaruhi belajar menurut Muhibbin Syah
Faktor–faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu : (1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni
kondisi/keadaan jasmani dan rohani siswa (2) Faktor eksternal (faktor dari luar
siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa (3) Faktor pendekatan belajar
(approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi
dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari
materi-materi pelajaran (Syah, 2010:129).
A.
Macam-Macam Faktor Internal :
(a)
Aspek Fisiologis
Menurut Nyayu Khodijah (2011:65), faktor fisiologis yang
mempengaruhi belajar meliputi dua hal yaitu keadaan tonus jasmaniah pada
umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Keadaan tonus jasmaniah
yang baik sehat, tidak mengalami kelelahan akan menghasilkan proses belajar
yang baik, sebaliknya orang yang keadaan jasmaninya lesu akan mengakibatkan
kesulitan belajar. Keadaan tonus jasmaniah sangat berkaitan dengan nutrisi yang
diterima. Kekurangan nutrisi akan menimbulkan kelesuan, lekas mengantuk, lelah
sehingga proses belajar akan terganggu. Selain, keadaan tonus jasmaniah yang
mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis
tertentu, terutama kesehatan panca indera akan mempengaruhi belajar.
Panca indera merupakan alat untuk belajar yang berperan
sebagai pintu gerbang masuknya berbagai informasi yang diperlukan dalam proses
belajar. Kondisi fisik dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah apalagi disertai sakit akan
menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif), sehingga akan terjadi kesulitan dalam
belajar, memahami dan menganalisis, karena menurunnya kondisi fisik akan
menurunkan pula kemampuan fokus terhadap pelajaran yang diberikan karena
berkurangnya kemampuan panca indra, otot-otot tubuh dan sebagainya
(b)
Aspek Psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas belajar yaitu : 1. Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa Menurut
pendapat Arthur Reber, inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau inteligensi sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar (Syah, 2010:1S31). 2. Sikap siswa Sikap
adalah gejala-gejala internal yang berdimensi afekif berupa kecenderungan untuk
memberi tanggapan dengan cara yang relatif tetap terhadap objek yang
dipelajari. Dengan menyakini manfaat bidang studi tertentu, siswa akan merasa
membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itulah diharapkan muncul sikap positif
terhadap bidang studi sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya.
3.
Minat siswa Menurut pendapat Whitherington (1978:135), minat adalah kesadaran
seseorang pada suatu objek, seseorang, suatu persoalan, atau suatu situasi yang
bersangkutan dengan dirinya. Secara sederhana,minat (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Contohnya seorang memiliki minat terhadap pelajaran Agama Islam, maka
ia akan memiliki sifat positif terhadap mata pelajaran tersebut termasuk sikap
positif terhadap guru yang mengajar. Ia memiliki keingintahuan yang besar
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan agama. Dalam tingkah laku, ia
akan menjadi pribadi yang baik, taat dalam ibadah.
4.
Motivasi Siswa Menurut pendapat W.S. Winkel dalam Khodijah (2011), motivasi
berdasarkan sumbernya dibagi terdiri dari dua jenis , yaitu: (1) Motivasi
intrinsik (2) Motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan atau rangsangan untuk
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik
adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh
terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian,, teladan guru, dan orang tua.
Motivasi ekstrinsik diartikan pula sebagai motivasi yang timbul karena
rangsangan atau bantuan orang lain (Khodijah, 2011:168).
B.
Macam-macam Faktor Eksternal
Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam yaitu : (a)
Faktor Lingkungan sosial (b) Faktor lingkungan nonsosial Faktor lingkungan sosial
seperti faktor lingkungan sosial sekolah terdiri dari para guru, para tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Pada faktor lingkungan sosial
keluarga, seseorang anak dapat belajar meniru kebiasaan orang tuanya. Sedangkan
lingkungan non-sosial seperti pada faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan
non-sosial sekolah terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa (Syah, 2010:135) C.
Macam-Macam Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar
diartikan sebagai strategi yang digunakan untuk menunjang efektivitas dan
efisiensi proses belajar (Syah, 2010:136). Pendekatan belajar misalnya, dalam
belajar sejarah seorang siswa dapat melakukan pendekatan historis, pendekatan
ekonomi dalam menganalisis sejarah nasionalisasi ekonomi Indonesi. Macam-macam
pendekatan belajar yaitu :
1.
Pendekatan Hukum Jost, yaitu pendekatan belajar dengan cara mencicil. Proses
pendekatan ini berguna untuk materi-materi yang bersifat hafalan atau
pembiasaan keterampilan tertentu.
2.
Pendekatan belajar berikutnya adalah pendekatan Ballard dan Clanchy, yaitu
pendekatan belajar yang dipengaruhi oleh sikap atau attitude siswa terhadap
ilmu pengetahuan.
3.
Pendekatan belajar berikutnya adalah pendekatan Biggs (1991), yang menurutnya
pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk dasar. Tiga
hal tersebut adalah pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah),
pendekatan deep (mendalam), pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi)
(Abdi, 2011:1)
2.2
Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dengan hasil belajar
Sebagai suatu proses, maka belajar memiliki masukan atau
input dan hasil pemprosesan atau output. Di dalam proses belajar mengajar di
sekolah, maka yang menjadi masukan mentah (raw input) adalah siswa. Untuk
mencapai hasil/output yang dikehendaki perlu diperhatikan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang.
Proses belajar mengajar (teaching learning prosess) di
pengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor-faktor dari luar yang
mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar diantaranya faktor lingkungan dan
faktor instrumental. Faktor lingkungan terdiri dari faktor lingkungan alam dan
lingkungan sosial,
Sedangkan faktor instrumental terdiri dari kurikulum/bahan
pelajaran, guru/pengajar, sarana, fasilitas, dan administrasi/manajemen. Selain
faktor tersebut, terdapat pula faktor dari dalam yang terdiri dari pertama,
faktor fisiologi yang menyangkut kondisi fisik dan kondisi panca indera. Kedua,
faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan
kemampuan kognitif. Raw input yang baik bila diproses dengan baik dan ditunjang
oleh faktor-faktor pendukung proses belajar yang baik pula, maka akan
menghasilkan output yang baik pula seseuai dengan tujuan belajar yang
diharapkan. Hasil belajar pun akan didapatkan dengan sebaliknya bila dalam
proses belajar tidak didukung oleh faktor-faktor pendukung proses belajar yang
baik dengan demikian perwujudan perilaku belajar tidak akan muncul dan
berpengaruh terhadap tingkah laku, perkembangan dan pengetahuan seseorang.
2.3
Perwujudan perilaku belajar
Perwujudan perilaku belajar akan tampak pada
perubahan-perubahan yang dialami oleh orang yang belajar, perubahan tersebut
diantaranya:
(1) Kebiasaan
Setiap orang yang telah mengalami proses belajar maka akan
terjadi perubahan kebiasaan. Dalam proses belajar terjadi penyusutan atau
pengurangan perilaku yang tidak diperlukan yang berdampak terhadap pembentukan
atau memunculkan suatu pola tingkah laku baru Contoh : seseorang anak berusia
enam tahun baru belajar untuk membaca ayat suci al-quran. Saat baru belajar
anak tersebut mengalami kesalahan dalam pelafalan huruf dan bacaan. Ia belajar
secara terus menerus dan menjadi kebiasaan, akhirnya akan terbiasa membaca ayat
suci al-quran dengan baik dan benar. Jadi kebiasaan membaca ayat suci al-quan
dengan baik dan benar inilah yang menjadi perwujudan perilaku belajar anak
tersebut.
(2)
Keterampilan
Keterampilan merupakan perwujudan kemampuan yang berhubungan
dengan kemampuan psikomotorik, kemaampuan afektif dan kemampuan kognitif karena
memerlukan koordinasi gerakan-gerakan motorik, pemikiran dan penghayatan dari
fungsi mental. Menurut pendapat Athur S Reber dalam Muhibbin Syah (2010:17),
keterampilan adalah kemampuan melakukam pola-pola tingkah laku yang kompleks
dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil
tertentu.
Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan
juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Contoh : seorang
yang belajar membuat dan merangkai bunga, akan menggunakan kemampuan
psikomotoriknya dalam membuat batang tanaman, daun, dan bunga misalnya
melakukan kegiatan menggunting dan memotong. Kemampuan kognitifnya akan
dimanfaatkan saat membentuk pola-pola simetris pada daun dengan menggunakan
perhitungan kecil, sedang atau besar untuk mengukur pola tersebut, sedangkan
kemampuan afektif akan diwujudkan dalam merangkai bunga dengan prinsip
keindahan.
(3)
Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi
arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga.
Melalui pengamatan seseorang yang belajar akan mampu mencapai pengamatannya
yang benar mengenai objek yang diamati sebelum mencapai pengertian (Syah,
2010:117). Contoh, orang yang belajar apa itu makluk hidup? akan melakukan
pengamatan terhadap makhluk hidup (hewan, tumbuhan dan manusia). Melalui proses
pengamatan, seseorang akan mengetahui bahwa makhkluk hidup memiliki cirri cirri
bergerak, bernapas, berkembang biak, makan, dan berpindah tempat
(4)
Berfikir asosiatif dan daya ingat
Berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berfikir asosiatif merupakan proses
pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons yang memerlukan peran
dari memori atau daya ingat. Seseorang yang belajar akan mengalami penambahan
daya ingat serta meningkatkan kemampuan menghubungkan materi pelajaran dengan
situasi atau stimulus yang dihadapi (Syah, 2011:118).
(5)
Berfikir rasional dan kritis
Berfikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku
belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Dalam berfikir
rasional, seseorang dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan
sebab-sebab, menganalisis dan menarik kesimpulan (Syah, 2011:118).
(6)
Inhisbi
Menurut pendapat Muhibbin Syah (2011:119), Inhisbi adalah
pengurangan atau pencegahan munculnya suatu respon tertentu karena adanya
proses respon lain yang sedang berlangsung. Perwujudan belajar ditandai dengan
kesanggupan seseorang untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak
perlu kemudia memilih melaksanakan tindakan atau perbuatan lainnya yang lebih
baik, lebih benar, dan lebih bermanfaat dalam proses berinteraksi dengan
lingkungannya
(7)
Tingkah laku afektif
Perilaku dalam ranah afektif menurut Krathwohl dan Blom, dkk
dalam Dimyati, (2002:27), perilaku ranah afektif meliputi penerimaan;
partisipasi; penilaian dan penemuan kembali; organisasi; dan pembentukan pola
hidup. Menurut Muhibin Syah (2011:19) perilaku afektif adalah tingkah laku yang
berhubungan dengan beraneka ragam perasaan seperti sedih, marah, takut, gembira,
benci, senang dan sebagainya. Tingkah laku afektif sebagai perwujudan perilaku
belajar sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajar. Contoh orang yang sukses
secara afektif dalam belajar tata bahasa akan tampak perwujudan tingkah laku
afektif pada aktivitas kesehariannya yang ditandai dengan kemampuan bertutur
kata yang sopan santun, pola dan struktur kalimat yang diungkapkan dengan baik
dan benar yang akan menjadi sistem nilai dirinya.
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari faktor
internal dan faktor ekternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari dalam diri seseorang yang terdiri dari kondisi jasmani dan rohani,
kecerdasan/intelijensi, motivasi diri, sifat-sifat dalam diri pribadi,
kematangan dan pertumbuhan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar individu yang berhubungan dengan lingkungan sekitar,
keluarga, masyarakat, guru, fasilitas belajar, sarana belajar, motivasi dari
lingkungan di luar individu. Dengan dukungan yang baik dan tersedianya
faktor-faktor yang menunjang dan mempengaruhi proses belajar, maka akan
didapatkan perwujudan belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 1.2 Saran
Saran penulis dalam makalah ini adalah agar lebih banyak penelitian yang
membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdi,
Akbar Putra. 2011. Pendekatan Belajar Agama. (http://sukagus.blogspot.com/2011/04/ tugas-filsafat-barat.html/
diakses 28 Agustus 2013)
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Rineka Cipta
Khodijah,
Nyayu. 2011. Psikologi Pendidikan.
Palembang : Grafika Telindo Press
Purwanto,
Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Syah,
Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Whitherington.
1978. Psikologi Pendidikan.
Terjemahan oleh M.Buchori. Jakarta : Aksara Baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar