Minggu, 22 September 2013

pengantar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan adalah pengalaman belajar yang dapat diperoleh dimanapun seperti dalam lingkungan budaya masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri untuk saling membina hubungan antara individu dengan individu lainnya karena adanya pola ketergantungan hidup diantara sesama manusia. Manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, karena itu proses interaksi akan terus berlangsung, dan selama manusia masih mampu berinteraksi dalam lingkungan maka akan dihasilkan berbagai hasil kebudayaan baru sebagai wujud perubahan sosial di masyarakat. Keanekaragaman asal usul dan latar belakang pendidikan juga mempengaruhi interaksi sosial sehingga dapat memunculkan perubahan dalam masyarakat. Selain itu, Perkembangan zaman yang semakin maju serta aktivitas sosial masyarakat yang terus berlangsung akan berdampak pula terhadap munculnya pengaruh perubahan sosial bagi pendidikan. Maka dari itu, saya sebagai penulis akan menyampaikan makalah yang berjudul Implikasi perubahan sosial bagi pendidikan.

1.2 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah hakekat pendidikan?
2. Bagaimanakah hakekat perubahan sosial?
3. Bagaimanakah implikasi perubahan sosial bagi pendidikan?

1.3 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.Untuk mengetahui hakekat pendidikan
2.Untuk mengetahui hakekat perubahan sosial
3.Untuk mengetahui implikasi perubahan sosial bagi pendidikan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Pendidikan

Pendidikan menurut pendapat Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan Drs. S. L.Sulo memiliki beberapa batasan berdasarkan fungsinya. Pertama, pendidikan berarti proses transformasi budaya; kedua, pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi; ketiga, pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara sebagai pribadi yang tahu akan hak dan kewajibanya sebagai warga negara; dan keempat pendidikan sebagai usaha penyiapan tenaga kerja (Tirtarahardja, 2008: 33). Adapun menurut pendapat Prof. Dr. Made Pidarta (2009: 3), pendidikan merupakan usaha untuk membuat orang berbudaya. Batasan pengertian ini mengandung makna pendidikan dan budaya akan beriringan dan saling mempengaruhi. Semakin banyak orang menerima pendidikan maka semakin berbudaya orang tersebut. Dan semakin tinggi kebudayaan maka, semakin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya. Pengertian Pendidikan menurut John Dewey, Pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup. Sedangkan, pendidikan dalam batasan dimensi perubahan sosial dapat diartikan sebagai suatu proses mengubah perilaku individu yang mengarah pada pola perubahan perilaku yang baik sehingga individu dapat berperan sebagai agen maupun tingkat kelembagaan yang mampu mengubah struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Pendidikan dapat menimbulkan perubahan dalam masyarakat dan sebaliknya, jika masyarakat mengalami perubahan, secara tidak langsung sistem pendidikan juga mengalami perubahan.

2.2 Hakekat perubahan sosial

Menurut Prof. Selo Soemardjan, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga masyarakat di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk didalam perubahan sosial menyangkut perubahan nilai-nilai, sikap-sikap dimana pola-pola perikehidupan diantara kelompok-kelompok di dalam masyarakat. Adapun menurut Kingsley Davis adalah perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada suatu struktur dan fungsi masyarakat. Gillin dan Gillin mendefinisikan perubahan sosial sebagai variasi dan cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan oleh perubahan geografis, kebudayaan dan penemuan baru dalam masyarakat. Sedangkan menurut Mac. Iver, perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan-hubungan sosial atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah proses yang meliputi bentuk keseluruhan aspek kehidupan masyarakat. perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang berkaitan dengan perubahan lembaga masyarakat, sikap dan nilai sosial, struktur dan fungsi masyarakat. Perubahan sosial menggambarkan suatu proses perkembangan masyarakat yang dapat terjadi secara alamiah dan direncanakan. Perubahan sosial yang bersifat alamiah adalah suatu perubahan yang bersumber dari dalam masyarakat itu sendiri. Sedangkan perubahan sosial yang direncanakan adalah perubahan yang terjadi karena adanya suatu program yang direncanakan seperti perubahan sosial yang sengaja direncanakan dalam aspek pendidikan. Perubahan sosial dalam aspek pendidikan merupakan investasi besar karena pendidikan akan membantu menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga akan mampu meningkatkan derajat dan martabat individu dan kelak menjadi agen perubahan.

Hal-hal yang berkaitan dengan perubahan sosial yaitu :
1. Nilai-nilai sosial Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Melalui pendidikan maka seseorang akan mendapatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai nilai sosial sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan dan akan mampu menjadi agen perubahan dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kehidupan yang dianutnya, namun keadaan dapat terjadi sebaliknya bila seseorang tidak melalui proses pendidikan nilai-nilai sosial dan moral.
2. Pola-pola perilaku Pola-pola perilaku merupakan sikap atau perilaku. Pola perilaku yang baik yang diciptakan melalui proses pendidikan, saat seseorang didik maka akan terbentuk pribadi yang baik dengan pola perilaku yang baik. Sehingga akan berdampak positif terhadap perubahan sosial.
3. Organisasi Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perubahan sosial menyangkut pula perubahan organisasi pendidikan seperti sekolah
4.Lembaga dalam masyarakat ( Politik ). Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Indonesia memiliki Undang-Undang yang mengatur tujuan pendidikan nasional yang dalam pelaksanaannya memerlukan perhatian dan campur tangan pemerintah.
5.Lapisan dalam masyarakat lapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Melalui pendidikan seseorang akan mampu meningkatkan derajat dan martabatnya di lingkungan masyarakat sehingga secara tidak langsung akan mengakibatkan perubahan sosial dalam struktur sosial.

2.4 Implikasi perubahan sosial bagi pendidikan

Penyebab perubahan sosial dan implikasinya bagi pendidikan adalah :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi Menurut Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc (2011: 132) , teknologi merupakan sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan tertentu sebagai perpanjangan dari kemampuan manusia. Dalam aspek pendidikan, teknologi telah mampu menghasilkan perubahan sosial. yang diwujudkan dengan pemanfaatan media pembelajaran seperti komputer agar proses pengajaran dapat terlaksana dengan baik dan menghasilkan keluaran (out put) sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi komputer dan teknologi informasi, pendidikan di Indonesia melakukan pengembangan pendidikan berbasiskan sistem informasi agar mampu mengikuti perubahan jaman. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu suatu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.

2. Globalisasi Menurut Hamijoyo ciri-ciri yang berkaitan dengan globalisasi yaitu: (1)Globalisasi perlu didukung oleh kecepatan informasi, kecanggihan teknologi transportasi dan komunikasi yang diperkuat oleh tatanan organisasi dan manajemen yang tangguh (2)Globalisasi telah melampaui batas tradisional geopolitik. Batas tersebut saat ini harus tunduk pada kekuatan teknologi, ekonomi, dan sosial politik dan sekaligus mempertemukan tatanan yang sebelumnya sulit dipertemukan (3)Adanya saling ketergantungan antarnegara (4)Pendidikan merupakan bagian dari globalisasi. (Uno, 2010: 8)

Dalam dunia pendidikan, globalisasi membawa banyak dampak dan efek. Dampak globalisasi terhadap dunia pendidikan paling tidak terlihat dalam tiga perubahan mendasar dalam dunia pendidikan.
Pertama, dalam perspektif neo-liberalisme, globalisasi menjadikan pendidikan sebagai komoditas dan komersil. Paradigma dalam dunia komersial adalah usaha mencari pasar baru dan memperluas bentuk-bentuk usaha secara kontinyu.Tuntutan pasar ini mendorong perubahan dalam dunia pendidikan. Perubahan tersebut bisa dalam bentuk penyesuaian program studi, kurikulum, manajemen, dan lain-lain. Komersialisasi pendidikan juga memacu privatisasi lembaga-lembaga pendidikan.
Kedua, globalisasi mempengaruhi kontrol pendidikan oleh negara. Sepintas terlihat bahwa pemerintah masih mengontrol sistem pendidikan di suatu negara dengan cara intervensi langsung berupa pembuatan kebijakan.
Ketiga, globalisasi mendorong delokalisasi dan perubahan teknologi dan orientasi pendidikan. Pemanfaataan teknologi baru seperti komputer dan internet telah membawa perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan yang tradisional. Disamping membantu akselerasi arus pertukaran informasi, teknologi tersebut telah ikut mendorong berjamurnya system pendidikan jarak-jauh. Di sini terlihat fenomena delokalisasi, di mana orang-orang belajar dalam suasana yang sangat individual dan menghalanginya untuk berinteraksi dengan tetangga atau orang-orang di sekitarnya..

3.Bertambah atau berkurangnya penduduk Bertambah dan berkurangnya penduduk mempengaruhi perubahan sosial. Suatu wilayah dengan pertambahan penduduk yang pesat dapat menyebabkan masalah- masalah pendidikan, pengangguran, kesenjangan sosial dan masalah-masalah lainnya. Dengan jumlah penduduk yang besar maka fasilitas- fasilitas sosial, pendidikan dan pekerjaan juga ikut meningkat. Jika penduduk di suatu kota yang padat tidak terpenuhi fasilitas pendidikannya maka akan menyebabkan penurunan tingkat pendidikan wilayah tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan pengangguran sehingga dampak pada tingkat perekonomian juga memburuk. Jika masalah ini terus diabaikan maka kemerosotan negara tidak dapat dihindari. Tingkat pendidikan yang buruk dapat menyebabkan anak-anak mengalami depresi. Hal ini memicu terjadinya pekerjaan-pekerjaan yang tidak layak dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Bahkan dampak lain dari masalah ini bisa menyebabkan tingkat tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak meningkat. Generasi muda dan anak-anak yang cerdas adalah kunci kemajuan suatu negara. Jika masa kanak-kanak mereka diisi dengan hal-hal negatif maka jalan menuju kesuksesan bangsa akan semakin jauh. Penduduk merupakan pelaku pembangunan. Maka kualitas penduduk yang tinggi akan lebih menunjang laju pembangunan ekonomi. Usaha yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas penduduk melalui fasilitas pendidikan, perluasan lapangan pekerjaan dan penundaan usia kawin pertama.

 4.Penemuan-penemuan baru (inovasi) Asal kata inovasi berasal dari bahasa latin “innovation” yang artinya pembaharuan atau perubahan. Inovasi merupakan suatu perubahan baru untuk menuju ke arah perbaikan yang berbeda dengan sebelumnya dan dilakukan secara sengaja, terencana (bukan suatu kebetulan). Inovasi pendidikan berfungsi untuk memecahkan masalah atau inovasi pada bidang pendidikan. Inovasi pendidikan menyangkut suatu gagasan atau ide, metode, barang yang dirasa oleh seseorang atau masyarakat (kelompok orang) sebagai hal yang baru, baik itu berupa hasil penemuan baru (inverse) atau baru ditemukan orang (discovery) yang dipakai dalam mencapai tujuan pendidikan dan memecahkan permasalahan pendidikan.
Tujuan utama inovasi pendidikan adalah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan dan kemampuan, yakni kemampuan dari sumber-sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Jadi, keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Tujuan yang direncanakan mengharuskan adanya perincian yang jelas tentang sasaran dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin bisa diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi diadakan. Pembaruan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalah-masalah pendidikan. Majunya bidang teknologi dan komunikasi sekarang ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap kemajuan di bidang lain, termasuk dalam dunia pendidikan.
Tugas pembaruan pendidikan yang terutama adalah memecahkan masalah-masalah yang dijumpai dalam dunia pendidikan, baik dengan cara yang konvensional maupun dengan cara yang inovatif. Inovasi atau pembaruan pendidikan juga merupakan suatu tanggapan baru terhadap masalah kependidikan yang nyata-nyata dihadapi. Titik pangkal pembaruan pendidikan adalah masalah pendidikan yang aktual, yang secara sistematis akan dipecahkan dengan cara inovatif. Adapun perbedaan antara inovasi dengan perubahan adalah perubahan mengacu pada kelangsungan penilaian, penafsiran dan pengharapan kembali dalam perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada, yang dianggap sebagai bagian aktivitas yang biasa. Sedangkan inovasi adalah mengacu kepada ide, objek atau praktik sesuatu yang baru oleh seseorang atau sekelompok orang yang bermaksud untuk memperbaiki tujuan yang diharapkan”. Model dan contoh kegiatan inovasi pendidikan terdiri dari macam , yaitu model “top down innovation” dan model “bottom up innovation”. Model pertama adalah suatu inovasi yang datang dari atas atau yang diciptakan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing. Inovasi ini sengaja diciptakan oleh oleh Depdiknas selaku inovator dan regulator di bidang pendidikan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi, dan sebagainya. Kedua, adalah inovasi model “bottom up innovation”, yaitu model inovasi yang diciptakan berdasarkan ide, kreasi, dan inisiatif sendiri oleh suatu lembaga pendidikan seperti sekolah, universitas, guru, dosen, dan sebagainya. Model bottom up innovation ini lebih banyak dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi swasta dibanding sekolah atau perguruan tinggi negeri, karena sistem pengambilan keputusan yang sentralistis. Misalnya, suatu sekolah melakukan inovasi tentang efektifitas pembelajaran dengan menggunakan media atau alat transformasi pelajaran seperti komputer dan infocus dalam setiap kelas. Dalam hal ini kewenangan atau otoritas sekolah yang bersangkutan lebih menonjol dan dapat mengambil keputusan sendiri sepanjang tidak melanggar kaidah-kaidah normatif. Berikut ini adalah beberapa contoh inovasi pendidikan yang telah dilakukan oleh Depdiknas selama beberapa dekade terakhir ini, yaitu: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), Sistem Pengajaran Modul, Guru Pamong, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), dan sebagainya. BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

 Pendidikan dalam batasan dimensi perubahan sosial dapat diartikan sebagai suatu proses mengubah perilaku individu yang mengarah pada pola perubahan perilaku yang baik sehingga individu dapat berperan sebagai agen maupun tingkat kelembagaan yang mampu mengubah struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Pendidikan dapat menimbulkan perubahan dalam masyarakat dan sebaliknya, jika masyarakat mengalami perubahan, secara tidak langsung sitem pendidikan juga mengalami perubahan. Perubahan sosial dalam aspek pendidikan merupakan investasi besar karena pendidikan akan membantu menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga akan mampu meningkatkan derajat dan martabat individu dan kelak menjadi agen perubahan. Implikasi perubahan sosial bagi pendidikan tampak pada perkembangan pengetahuan dan tekhnologi, globalisasi, perubahan jumlah penduduk, dan inovasi pendidikan
3.2 Saran
 Agar diperbanyak penelitian dan penulisan karya ilmiah mengenai implikasi teknologi bagi pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Nasution, 2011. Teknologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta
Sari, Tika Pranda. 2012. Dampak Teknologi Informasi Bagi Dunia Pendidikan (http://tikapranandasari.blogspot.com/2012/01/dampak-teknologi-informasi-bagi-dunia.html/diakses 25 Agustus)
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta
Uno, Hamzah dan Nina Lamatenggo. 2010. Teknologi Komunikasi dan Informasi pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Wahyudin, Muhamad. 2007. Pengaruh teknologi informasi dalam pendidikan, (http://staff.blog.ui.ac.id/harrybs/2009/04/21/pengaruh-teknologi-informasi-dalam-pendidikan/ diakses 25 Agustus 2013)
Waruwu, Nurdelima 2010. Pentingnya inovasi dalam pendidikan. (http://didaktika.fitk-uinjkt.ac.id/2010/02/pentingnya-inovasi-dalam-pendidikan.html/ diakses 25 Agustus 2013

Jumat, 13 September 2013

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai perubahan pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman dan nilai seseorang untuk menjadi lebih baik daripada sebelumnya melalui proses belajar yang dilakukan dimana saja dan kapan saja, baik dalam lingkungan formal atau nonformal. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar memberikan peran penting terhadap ketercapaian tujuan belajar yang ditandai dengan terlihatnya suatu perubahan perilaku pada seseorang. Pentingnya faktor yang menunjang proses belajar akan berkaitan erat terhadap hasil belajar.
Dengan demikian, bila proses belajar mendapat dukungan yang positif dari setiap orang maka tujuan belajar akan dapat dicapai dengan baik. Kedudukan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar akan menentukan hasil belajar yang optimal. Maka dari itu, saya sebagai penulis akan menyampaikan makalah yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

1.2  Rumusan Masalah
 Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
·         Faktor-faktor apa yang mempengaruhi belajar ?
·         Bagaimana hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dengan hasil belajar?
·         Bagaimanakah perwujudan perilaku belajar?
1.3  Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
·         Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
·         Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dengan hasil belajar  
·         Untuk mengetahui perwujudan perilaku belajar

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
2.1.1 Faktor-faktor yang memepengaruhi belajar
Menurut pendapat Masrun dan Martaniah Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar menurut pendapat Masrun dan Martaniah terdiri dari: (1) kemampuan bawaan anak; (2) kondisi fisik dan psikis anak; (3) kemauan belajar anak; (4) Sikap murid terhadap guru dan mata pelajaran serta pengertian mereka mengenai kemajuan mereka; (5) bimbingan (Khodijah, 2011:4).
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut pendapat Ngalim Purwanto
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut pendapat Ngalim Purwanto dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut sebagai faktor individual b. Faktor yang ada diluar individu yang disebut faktor sosial (Purwanto, 2010:102).
Macam-macam faktor individul (1) Kematangan/pertumbuhan Whitherington menyatakan pertumbuhan merupakan perkembangan yang teratur serta progresip dari seluruh individu. Dalam arti luas pertumbuhan disebut sebagai proses yang meliputi pendewasaan, belajar, dan perkembangan (Whitherington, 1978:153-154). (2) Kecerdasan/intelijensi Menurut pendapat Whitherington (1978:198), intelejensi adalah kesempurnaan bertindak sebagaimana dimanifestasikan dalam kemampuan-kemampuan/kegiatan-kegiatan), intelejensi sebagai bentuk tindakan/perbuatan merupakan suatu aktifitas yang efisien.
Aktivitas yang dimaksud dalam intelejensi meliputi segala macam perbuatan dan respons psikis maupun fisis. Kecerdasan/intelijensi mempengaruhi hasil belajar karena kecerdasan/intelijensi berperan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia (Syah, 2010:131).
 Menurut Whitherington (1978), intelijensi merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar, karena itu, Semakin tinggi intelijensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelejensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar (3) Latihan dan ulangan Dengan adanya latihan dan ulangan, maka proses tersebut akan mampu meningkatkan kecakapan dan pengetahuan. Seseorang siswa yang sering melakukan latihan dengan mengerjakan berbagai soal-soal dan mengulangi pelajaran yang dia dapatkan, kebiasaan melakukan latihan dan ulangan akan berdampak terhadap peningkatan pemahaman, kecakapan dan pengetahun.
Menurut pendapat Whitherington (1978:140), kebiasaan merupakan cara bertindak yang seragam. Ketika kita melakukan suatu tindakan maka kita akan mengalami proses berfikir dan bersikap yang berulang-ulang sehingga latihan dan ulangan yang kita lakukan akan menghasilkan hasil belajar yang baik. Namun, bila seorang tidak melakukan latihan dan mengulang apa yang dipelajari, maka hasil belajarnya pun tidak akan optimal.
Dengan melakukan latihan dan ulangan, seseorang akan dapat menimbulkan minatnya terhadap sesuatu. Makin besar minat makin besar pula perhatiannya sehingga memperbesar hasrat atau keinginan yang tinggi untuk belajar. (4) Motivasi Menurut pendapat W.S. Winkel, motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu (Khodijah, 2011:167). Pendapat ini didukung oleh M. Ngalim Purwanto yang menyatakan motivasi merupakan pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2010:71).
Adapun motivasi belajar dapat diartikan sebagai kekuatan mental yang mendorong seseorang untuk mengalami terjadinya proses belajar (Dimyati, 2002:239). (5) Sifat-sifat pribadi seseorang Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar. Setiap orang mempunyai sifat-sifat kepribadiannya masing-masing yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Adapun sifat keperibadian seperti sifat keras hati, berkemauan keras, tekun dalam segala usahanya, halus perasaanya, dan ada pula yang sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang sedikit banyaknya akan mempengaruhi hasil belajar. Seorang yang memiliki sifat pribadi menyukai tantangan, berkemauan keras dalam berusaha dan tekun maka akan mendapatkan kesuksesan dalam hasil belajar, sebaliknya seorang yang memiliki sifat pribadi bertentangan dengan sifat tersebut maka akan cenderung mengalami kegagalan (Purwanto, 2010:104).
Macam-Macam Faktor Sosial (1) Keluarga Keluarga merupakan lingkungan yang sangat memengaruhi hasil belajar. Seseorang akan beradaptasi terlebih dahulu dengan anggota keluarganya seperti ayah, ibu, adik, kakak, adik sebelum beradaptasi dengan lingkungan lainnya. Kasih sayang, kehangatan hubungan harmonis dalam keluarga, permasalahan keluarga dan ketegangan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan psikis dan fisik seseorang dan secara langsung mempengaruhi pula perubahan perilaku dan pemahaman Individu. Sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap proses belajar. Keadaan suasana dan keadaan keluarga bermacam-macam yang turut menentukan bagaimana dan sampai di mana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak termasuk berbagai fasilitas pendukung yang diperlukan utuk kegiatan belajar dan turut memegang peranan dalam upaya mencapai hasil belajar yang diinginkan. (2) Guru dan cara mengajar Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru dan bagaimana guru itu mengajarkan pengetahun kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:170-171), dalam kegiatan pembelajaran guru berusaha menyampaikan sesuatu hal yang disebut “pesan”. Pesan atau sesuatu hal yang akan disampaikan meliputi pengetahuan, wawasan, keterampilan, atau isi pengajaran seperti kesenian, kesusilaan, dan agama. (3) Alat-alat pelajaran Faktor guru dan cara mengajarnya, tidak dapat dilepaskan dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pengajaran. Alat-alat pengajaran dapat membantu mempermudah dan mempercepat belajar siswa. (4) Motivasi sosial Motivasi sosial adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
 Anak dapat menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan belajar yang hendak dicapai, bila diberi motivasi yang baik dan sesuai. contohnya, seorang siswa mendapat motivasi dari guru agar meningkatkan kualiatas kehidupan melakui pendidikan. Guru menyampaikan guna pendidikan bagi masa depan siswa, dan motivasi tersebut kemudian menumbuhkan semangat belajar siswa. (5) Lingkungan dan kesempatan Seseorang yang berasal dari keluarga yang baik, memiliki intelijensi yang baik, bersekolah di suatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu dapat belajar dengan baik bila keadaan tempat ia bersekolah berisik karena berada di sekitar bandara ataupun karena jarak sekolah yang terlalu jauh untuk ditempuh karena kemacetan yang mengakibatkan kelelahan (Purwanto, 2010:105).
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi belajar menurut Muhibbin Syah
Faktor–faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu : (1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni kondisi/keadaan jasmani dan rohani siswa (2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa (3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran (Syah, 2010:129).

A. Macam-Macam Faktor Internal :
(a) Aspek Fisiologis
Menurut Nyayu Khodijah (2011:65), faktor fisiologis yang mempengaruhi belajar meliputi dua hal yaitu keadaan tonus jasmaniah pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu. Keadaan tonus jasmaniah yang baik sehat, tidak mengalami kelelahan akan menghasilkan proses belajar yang baik, sebaliknya orang yang keadaan jasmaninya lesu akan mengakibatkan kesulitan belajar. Keadaan tonus jasmaniah sangat berkaitan dengan nutrisi yang diterima. Kekurangan nutrisi akan menimbulkan kelesuan, lekas mengantuk, lelah sehingga proses belajar akan terganggu. Selain, keadaan tonus jasmaniah yang mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu, terutama kesehatan panca indera akan mempengaruhi belajar.
Panca indera merupakan alat untuk belajar yang berperan sebagai pintu gerbang masuknya berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar. Kondisi fisik dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah apalagi disertai sakit akan menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif), sehingga akan terjadi kesulitan dalam belajar, memahami dan menganalisis, karena menurunnya kondisi fisik akan menurunkan pula kemampuan fokus terhadap pelajaran yang diberikan karena berkurangnya kemampuan panca indra, otot-otot tubuh dan sebagainya
(b) Aspek Psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas belajar yaitu : 1. Tingkat kecerdasan/inteligensi siswa Menurut pendapat Arthur Reber, inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau inteligensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar (Syah, 2010:1S31). 2. Sikap siswa Sikap adalah gejala-gejala internal yang berdimensi afekif berupa kecenderungan untuk memberi tanggapan dengan cara yang relatif tetap terhadap objek yang dipelajari. Dengan menyakini manfaat bidang studi tertentu, siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itulah diharapkan muncul sikap positif terhadap bidang studi sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya.

3. Minat siswa Menurut pendapat Whitherington (1978:135), minat adalah kesadaran seseorang pada suatu objek, seseorang, suatu persoalan, atau suatu situasi yang bersangkutan dengan dirinya. Secara sederhana,minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Contohnya seorang memiliki minat terhadap pelajaran Agama Islam, maka ia akan memiliki sifat positif terhadap mata pelajaran tersebut termasuk sikap positif terhadap guru yang mengajar. Ia memiliki keingintahuan yang besar mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan agama. Dalam tingkah laku, ia akan menjadi pribadi yang baik, taat dalam ibadah.

4. Motivasi Siswa Menurut pendapat W.S. Winkel dalam Khodijah (2011), motivasi berdasarkan sumbernya dibagi terdiri dari dua jenis , yaitu: (1) Motivasi intrinsik (2) Motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan atau rangsangan untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian,, teladan guru, dan orang tua. Motivasi ekstrinsik diartikan pula sebagai motivasi yang timbul karena rangsangan atau bantuan orang lain (Khodijah, 2011:168).

B. Macam-macam Faktor Eksternal
Faktor eksternal siswa terdiri atas dua macam yaitu : (a) Faktor Lingkungan sosial (b) Faktor lingkungan nonsosial Faktor lingkungan sosial seperti faktor lingkungan sosial sekolah terdiri dari para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Pada faktor lingkungan sosial keluarga, seseorang anak dapat belajar meniru kebiasaan orang tuanya. Sedangkan lingkungan non-sosial seperti pada faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan non-sosial sekolah terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa (Syah, 2010:135) C.
Macam-Macam Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar diartikan sebagai strategi yang digunakan untuk menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar (Syah, 2010:136). Pendekatan belajar misalnya, dalam belajar sejarah seorang siswa dapat melakukan pendekatan historis, pendekatan ekonomi dalam menganalisis sejarah nasionalisasi ekonomi Indonesi. Macam-macam pendekatan belajar yaitu :
1. Pendekatan Hukum Jost, yaitu pendekatan belajar dengan cara mencicil. Proses pendekatan ini berguna untuk materi-materi yang bersifat hafalan atau pembiasaan keterampilan tertentu.
2. Pendekatan belajar berikutnya adalah pendekatan Ballard dan Clanchy, yaitu pendekatan belajar yang dipengaruhi oleh sikap atau attitude siswa terhadap ilmu pengetahuan.
3. Pendekatan belajar berikutnya adalah pendekatan Biggs (1991), yang menurutnya pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga bentuk dasar. Tiga hal tersebut adalah pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah), pendekatan deep (mendalam), pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi) (Abdi, 2011:1)
2.2 Hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dengan hasil belajar
Sebagai suatu proses, maka belajar memiliki masukan atau input dan hasil pemprosesan atau output. Di dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka yang menjadi masukan mentah (raw input) adalah siswa. Untuk mencapai hasil/output yang dikehendaki perlu diperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang.
Proses belajar mengajar (teaching learning prosess) di pengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar diantaranya faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan terdiri dari faktor lingkungan alam dan lingkungan sosial,
Sedangkan faktor instrumental terdiri dari kurikulum/bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana, fasilitas, dan administrasi/manajemen. Selain faktor tersebut, terdapat pula faktor dari dalam yang terdiri dari pertama, faktor fisiologi yang menyangkut kondisi fisik dan kondisi panca indera. Kedua, faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. Raw input yang baik bila diproses dengan baik dan ditunjang oleh faktor-faktor pendukung proses belajar yang baik pula, maka akan menghasilkan output yang baik pula seseuai dengan tujuan belajar yang diharapkan. Hasil belajar pun akan didapatkan dengan sebaliknya bila dalam proses belajar tidak didukung oleh faktor-faktor pendukung proses belajar yang baik dengan demikian perwujudan perilaku belajar tidak akan muncul dan berpengaruh terhadap tingkah laku, perkembangan dan pengetahuan seseorang.

2.3 Perwujudan perilaku belajar
Perwujudan perilaku belajar akan tampak pada perubahan-perubahan yang dialami oleh orang yang belajar, perubahan tersebut diantaranya:
(1)     Kebiasaan
Setiap orang yang telah mengalami proses belajar maka akan terjadi perubahan kebiasaan. Dalam proses belajar terjadi penyusutan atau pengurangan perilaku yang tidak diperlukan yang berdampak terhadap pembentukan atau memunculkan suatu pola tingkah laku baru Contoh : seseorang anak berusia enam tahun baru belajar untuk membaca ayat suci al-quran. Saat baru belajar anak tersebut mengalami kesalahan dalam pelafalan huruf dan bacaan. Ia belajar secara terus menerus dan menjadi kebiasaan, akhirnya akan terbiasa membaca ayat suci al-quran dengan baik dan benar. Jadi kebiasaan membaca ayat suci al-quan dengan baik dan benar inilah yang menjadi perwujudan perilaku belajar anak tersebut.
(2) Keterampilan
Keterampilan merupakan perwujudan kemampuan yang berhubungan dengan kemampuan psikomotorik, kemaampuan afektif dan kemampuan kognitif karena memerlukan koordinasi gerakan-gerakan motorik, pemikiran dan penghayatan dari fungsi mental. Menurut pendapat Athur S Reber dalam Muhibbin Syah (2010:17), keterampilan adalah kemampuan melakukam pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Contoh : seorang yang belajar membuat dan merangkai bunga, akan menggunakan kemampuan psikomotoriknya dalam membuat batang tanaman, daun, dan bunga misalnya melakukan kegiatan menggunting dan memotong. Kemampuan kognitifnya akan dimanfaatkan saat membentuk pola-pola simetris pada daun dengan menggunakan perhitungan kecil, sedang atau besar untuk mengukur pola tersebut, sedangkan kemampuan afektif akan diwujudkan dalam merangkai bunga dengan prinsip keindahan.
(3) Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Melalui pengamatan seseorang yang belajar akan mampu mencapai pengamatannya yang benar mengenai objek yang diamati sebelum mencapai pengertian (Syah, 2010:117). Contoh, orang yang belajar apa itu makluk hidup? akan melakukan pengamatan terhadap makhluk hidup (hewan, tumbuhan dan manusia). Melalui proses pengamatan, seseorang akan mengetahui bahwa makhkluk hidup memiliki cirri cirri bergerak, bernapas, berkembang biak, makan, dan berpindah tempat
(4) Berfikir asosiatif dan daya ingat
Berfikir asosiatif adalah berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berfikir asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons yang memerlukan peran dari memori atau daya ingat. Seseorang yang belajar akan mengalami penambahan daya ingat serta meningkatkan kemampuan menghubungkan materi pelajaran dengan situasi atau stimulus yang dihadapi (Syah, 2011:118).
(5) Berfikir rasional dan kritis
Berfikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Dalam berfikir rasional, seseorang dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab-sebab, menganalisis dan menarik kesimpulan (Syah, 2011:118).
(6) Inhisbi
Menurut pendapat Muhibbin Syah (2011:119), Inhisbi adalah pengurangan atau pencegahan munculnya suatu respon tertentu karena adanya proses respon lain yang sedang berlangsung. Perwujudan belajar ditandai dengan kesanggupan seseorang untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu kemudia memilih melaksanakan tindakan atau perbuatan lainnya yang lebih baik, lebih benar, dan lebih bermanfaat dalam proses berinteraksi dengan lingkungannya
(7) Tingkah laku afektif
Perilaku dalam ranah afektif menurut Krathwohl dan Blom, dkk dalam Dimyati, (2002:27), perilaku ranah afektif meliputi penerimaan; partisipasi; penilaian dan penemuan kembali; organisasi; dan pembentukan pola hidup. Menurut Muhibin Syah (2011:19) perilaku afektif adalah tingkah laku yang berhubungan dengan beraneka ragam perasaan seperti sedih, marah, takut, gembira, benci, senang dan sebagainya. Tingkah laku afektif sebagai perwujudan perilaku belajar sangat dipengaruhi oleh pengalaman belajar. Contoh orang yang sukses secara afektif dalam belajar tata bahasa akan tampak perwujudan tingkah laku afektif pada aktivitas kesehariannya yang ditandai dengan kemampuan bertutur kata yang sopan santun, pola dan struktur kalimat yang diungkapkan dengan baik dan benar yang akan menjadi sistem nilai dirinya.
BAB III PENUTUP
 3.1 Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar terdiri dari faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang terdiri dari kondisi jasmani dan rohani, kecerdasan/intelijensi, motivasi diri, sifat-sifat dalam diri pribadi, kematangan dan pertumbuhan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, keluarga, masyarakat, guru, fasilitas belajar, sarana belajar, motivasi dari lingkungan di luar individu. Dengan dukungan yang baik dan tersedianya faktor-faktor yang menunjang dan mempengaruhi proses belajar, maka akan didapatkan perwujudan belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 1.2 Saran Saran penulis dalam makalah ini adalah agar lebih banyak penelitian yang membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, Akbar Putra. 2011. Pendekatan Belajar Agama. (http://sukagus.blogspot.com/2011/04/ tugas-filsafat-barat.html/ diakses 28 Agustus 2013)
 Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Khodijah, Nyayu. 2011. Psikologi Pendidikan. Palembang : Grafika Telindo Press
Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Whitherington. 1978. Psikologi Pendidikan. Terjemahan oleh M.Buchori. Jakarta : Aksara Baru